Suatu hari dikelas sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Seorang Ibu Guru cantik tengah mengajar muridnya. Tak cukup hanya memberikan pelajaran semata, Ibu Guru juga mencoba membimbing anak didiknya untuk menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dianggap buruk. Kali ini, Ibu Guru memberikan pengetahuan tentang bahaya merokok.
"Pagi anak-anak, sekarang Ibu mau menyampaikan sesuatu hal yang penting yaitu tentang bahaya merokok. Sebelumnya Ibu mau tanya, ada di kelas ini yang merokok?," ujar Bu Guru.
"Tidak Bu Guru," jawab murid-murid kompak.
"Bagus anak-anak! Sebab, merokok itu berbahaya anak-anak. Rokok mengandung nikotin, tar dan bahan-bahan beracun lainya yang bisa menyebabkan berbagai penyakit, dari penyakit saluran pernafasan, kanker sampai bisa membuat mandul. Lihat gambar ini," ujar Bu Guru sambil memperlihatkan gambar-gambar mengerikan akibat rokok.
"Hii," murid-murid sontak bergidik ngeri.
"Jadi, jangan merokok ya anak-anak. Hindari itu. Jangan coba-coba apalagi menjadi kebiasaan. Kalau perlu ingatkan dengan sopan jika ada orang tua yang merokok yah," ujar Bu Guru.
Tiba-tiba ada salah satu murid perempuan yang menyela.
"Bu Guru, kemarin saya liat di TV ada Ibu Menteri merokok setelah di lantik di Istana," kata murid itu.
Bu Guru kebingungan. Tiba-tiba lidahnya kelu, bingung mau menjawab apa.
"Aduh, itu contoh yang tidak baik nak. Jangan ditiru yah...," kata Bu Guru sedikit gagap.
Murid yang kritis itu kembali menyela.
"Bu Guru, bukankah menteri itu pejabat tinggi dan menjadi contoh bagi kita semua, termasuk kita generasi muda. Menteri saja boleh merokok, di Istana lagi, kita boleh juga dong," kata murid perempuan itu.
Seisi kelas, murid perempuan dan laki-laki pun sedikit hening. Mereka berpikir dan menimang-nimang apa yang tadi diungkapkan oleh Bu Guru dan teman sekelasnya.
Bu Guru pun bingung mau menjawab apa. Akhirnya, dia mencoba mengalihkan topik.
"Ehm, anak-anak, selain berbahaya bagi kesehatan, merokok juga boros lho. Kalian tahu boros kan pangkal miskin, kebalikan dari sikap hemat yang pangkal kaya. Coba hitung, berapa banyak uang yang bisa ditabung kalau tidak merokok. Sehari bisa hemat 10 ribu, sebulan 300 ribu, setahun 3 juta 6 ratus. Bisa buat beli barang-barang yang kalian inginkan kan?. Bisa buat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Belajarlah setinggi-tingginya karena itu yang akan menentukan nasib kalian jadi apa nantinya," kata Bu Guru kembali menemukan percaya dirinya.
Murid perempuan lain, yang rupanya kritis juga tiba-tiba mengangkat tangan dan menyela.
"Bu Guru saya liat di TV dan membaca berita. Meski merokok, Bu Menteri kaya raya, bahkan punya pesawat banyak. Terus ngapain juga sekolah tinggi-tinggi, itu Bu Menteri cuma lulusan SMP juga bisa jadi Menteri, pejabat tinggi," kata Murid itu.
Bu Guru kembali kelu. Dia bingung mau menjawab apa lagi. Setelah berpikir agak lama dia menghela nafas panjang, lalu menjawab.
"Begini nak. Kebiasaan merokoknya itu tetap buruk nak. Ibu harap kalian jangan mencontohnya. Kalaupun mau merokok yang harus di ruang merokok, jangan di ruang publik, angkutan umum atau di dekat anak kecil. Bu Menteri itu mungkin sedang khilaf. Sekali lagi janganlah dicontoh kebiasaan yang itu. Ibu menteri itu yang hanya lulus SMP juga jangan dicontoh. Kalian tetap harus bercita-cita tinggi dan melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Menteri yang lulus SMP hanya satu, lebih banyak menteri yang lulusan pendidikan tinggi kan?. Kalau mau mencontoh Bu Menteri, contohlah kerja kerasnya, tirulah prestasinya dan teladani kepedulianya terhadap sesama. Belajarlah untuk memilah apa yang harus dicontoh dan tidak ya nak," kata Bu Guru.
Seisi kelas kemudian hening sejenak.
"Ok, cukup untuk kelas hari ini," ujar Bu Guru kemudian.
Dia bergegas pergi, khawatir ada murid yang menyela kembali dan bertanya soal pakaian seksi, rambut merah, tato dan ngebir-nya Bu Menteri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H