Mohon tunggu...
Ignatius Vito
Ignatius Vito Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seutas, setali, sebuah, dan seorang manusia yang berkelana mencari arti kehidupan sebenarnya, melalui topik-topik yang ia sering geluti dari cara mengolah raga kita dengan bermain bola kaki. Serta, menikmati adanya alunan musik yang melangkahi dan mewarnai telinga dan kehidupan kita.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mendobrak Kebiasaan Anak Kota dengan Bepergian ke Alam

5 Januari 2023   08:37 Diperbarui: 5 Januari 2023   08:46 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Surya Kencana, Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat. Foto dok. pribadi)

            Bermula dari Bulan Juni 2022. Sebuah pesan masuk ke dalam gawai, yang berisikan ajakan naik ke gunung Gede-Pangrango. Di saat ini, hati saya mulai terpacu dengan cepat karena, sebagai seseorang  yang sehari-harinya selalu dipenuhi dengan lingkungan kota dan juga, tidak kalah penting kemalasan. Sontak, membuat bertanya-tanya "apakah saya kuat dalam menaklukkan gunung tersebut?"

Setelah bertanya-tanya kepada teman yang sudah pawai akan naik ke gunung, maka memberanikan diri dan bersama sepuluh teman saya yang lainnya untuk menaklukkan Gunung Gede-Pangrango yang letaknya di Jawa Barat. Setelah mempersiapkan baik dari raga dan juga perlengkapan yang mumpuni untuk naik ke Gunung Gede-Pangrango. Maka berangkatlah pada 3 Agustus 2022, dengan jalan balik pada tanggal 5 Agustus 2022. 

Berangkatlah menuju Basecamp Gunung Gede-Pangrango pada 2 Agustus 2022 di malam hari jam 12 malam, agar bisa sampai di tujuan pagi, dengan menyewakan sebuah kendaraan bis yang menampung sebelas orang yang lapar akan alam. Cerita panjang di perjalanan, maka sampai di Basecamp pertama Gunung Gede-Pangrango pada jam 05.20 WIB. Di sana kita makan dulu untuk naik ke atas dengan siap sedia. Kemudian, setelah memenuhi rasa lapar maka berjalanlah kita, dalam melintasi Gunung Gede-Pangrango ini kita menaiki via jalur Putri dan turun via jalur Cibodas. 

Dalam jalur putri ini, terdapat lima pos dengan beberapa pos bayangan  yang harus dilewati sebelum tiba di puncak Gunung Gede, belum puncak Pangrango yang lebih tinggi. Selama perjalan menuju pos yang pertama pun kita tertawa-tawa, karena ada salah satu dari teman, karena kaget dan mungkin badannya tidak pernah ditempa sekeras ini, di tengah jalan dia muntah, oleh karena itu kita sekelompok juga harus berhenti karena menunggu membersihkan muntahannya tersebut. Pengalaman dan pemandangan menuju pos satu ini masih dipenuhi dengan banyaknya pengunjung-pengunjung dan juga penjual baik minuman dan makanan untuk disuguhi. Serta, jalanan naik menuju pos pertama masih bisa ditangani.   

Sesampainya di pos pertama , kita sudah seperti olahraga futsal sebanyak lima kali berturut-turut non-stop, semuanya langsung menaruh carriernya (tas gunung), seakan-akan ada gajah yang terdapat di belakang punggungnya. 

Pada saat itu, kami beristirahat kurang lebih 20 menit. Saat selesai beristirahat, berangkat menuju pos kedua, medan menuju pos kedua ini mulai terjal dan juga banyak bebatuan, sehingga dari teman-teman sekelompok mulai ada yang sering berhenti untuk sekedar beristirahat dan juga memakan kudapan-kudapan ringan yang bisa menghasilkan energi. Tetapi, alam memang sangatlah indah, walaupun kita sangat lelah dibayarkan oleh pemandangan dan kebersamaan bersama teman-teman.       

Panjang cerita, sampailah di pos kedua, di pos kedua kita bersendau gurau sambal menunggu teman-teman yang dibelakang sampai karena ada yang terpisah-pisah saat mendaki. Setelah berkumpul, lanjut ke pos ketiga bernama Buntut Lutung, di sini fisik kami semua sudah mulai "kerasan", sedikit mulai beradaptasi bagaimana cara mendaki gunung, walaupun baru pertama kali sekali. 

Pos Buntut Luntung ini, kami terpisah menjadi tiga kelompok, sehingga jika sudah ada yang beristirahat tidak apa untuk segera berangkat menuju surya kencana karena langit sudah mau gelap. Tetapi, pos ketiga menuju pos keempat ini merupakan medan yang tersulit dan panjang untuk pendaki pemula. Mau tidak mau kita harus lewati sebelum langit sudah gelap. Sesampainya di pos keempat kami disuguhi oleh pemandangan yang sangat bagus walaupun, sudah terbilang cukup hitam tetapi pemandangan alam memang tiada duanya. Tetapi di saat kita sudah berjalan menuju ke pos terakhir yaitu pos Surya Kencana, disini sudah gelap gulita dan harus memakai headlamp atau penerangan lainnya, bahkan ini masih jam tujuh malam tetapi sudah serasa seperti jam dua belas di Jakarta. Sesampainya di Surya Kencana kami beristirahat dengan makan malam dan dilanjuti dengan istirahat agar besoknya bisa naik ke puncak Gede dengan on time. 

Setelah bermalam di Pos Surya Kencana, kita berfoto-foto dahulu menikmati secangkir kopi dan pemandangan indah dari Surya Kencan tersebut. Perjalanan menuju ke Puncak Gunung Gede diperkirakan  sangatlah dekat, oleh karena itu kami bersiap-siap dan berangkat agak telat pada jadwal. Tetapi sesampainya di Puncak Gunung Gede, serasa sudah menaklukkan dunia, diatas masih keliatan kabut yang sangat tebal dan ditemani dengan udara dingin yang masuk sampai ke tulang-tulang. Selama perjalanan itu sangatlah sepadan atas persiapan dan perjuangan yang sudah kita tempuh selama ini. Setelah beberapa waktu, berfoto-foto bersama maka saatlah waktunya kita turun, dan makan sebentar di tanah yang lapang.

Selesai makan, maka turun via jalur Cibodas, disini medannnya yang "disajikan" sudah banyak dalam berbentuk tangga turun, tetapi masih ditemani oleh akar-akar pohon yang berserabutan. Ada suatu turunan ataupun tanjakan yang dinamai, Tanjakan Setan, karena medan ini sangatlah curam dan terjal. Sehingga kami satu persatu sambal memegangi tali yang ada di sebelahnya untuk turun. Itu merupakan pengalam pertama kalinya melewati hal tersebut. Tetapi setelah melewati medan itu, makin landai medannya dan makin mengasyikkan karena sudah sampai di tempat tujuan terakhir. Setelah itu kami melewati, yang namanya telaga biru, bisa dibilang seperti waduk yang biasanya dipenuhi oleh ikan-ikan di dalamnya tetapi pas saat itu tidak ada. 

Pengalaman naik gunung ini, di saat anda dihadapi ingin menaiki wahana roller coaster, tetapi anda sebelum menaikinya selalu ada rasa kekhawatiran, sebelum pastinya ada ajakan dari teman-teman yang selalu mendukung anda di belakang untuk menaikinya. Saat menginjakkan kaki ke dalam wahana tersebut rasa gelisah muncul tetapi, penasaran timbul setelahnya. Saat terjadi roller coaster tersebut, banyaknya cerita dan pengalaman yang didapatkan setelah melakukan kegiatan tersebut, baik itu positif ataupun negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun