Mohon tunggu...
Ignatius Kisa
Ignatius Kisa Mohon Tunggu... Pemuka Agama - tinggal di seminari tinggi Pineleng

lahir di modo, 8 Januari 1997, Buol sulawesi tengah. sekarang sedang kuliah di STF-SP sebagai mahasiswa teologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Agama terhadap Dunia Pendidikan di Indonesia

25 Mei 2019   20:59 Diperbarui: 25 Mei 2019   21:23 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tujuan utama dari pendidikan adalah penerusan atau alih pengetahuan. Pendidikan bukanlah alat siap pakai yang dapat digunakan tanpa mempelajari sifatnya. Mengenal pengetahuan harus menjadi syarat utama untuk mempersiapkan pikiran menghadapi ancaman kekeliruan yang membuahkan kesesatan pikir, yang hingga kini masih menjadi parasit dalam pikiran manusia. Mengenal pendidikan adalah soal mempersenjatai pikiran dalam pertempuran hidup dan mati untuk memperoleh kejernian dalam bepikir.

Manusia adalah makhluk yang bersifat fisis, biologis, psikologis, kultural sosial, historis, dan sekaligus religius. Kesatuan kodrat manusia yang kompleks ini perlu dijaga, agar keharmonisannya tetap terjaga dalam jiwa manusia. Oleh karenanyalah, manusia dapat mengetahui dan belajar apa artinya menjadi manusia yang benar. Manusia adalah penghubung antara kesatuan dan keberagaman dari semua hal.

Dalam negara kita, yaitu Negara Kesatuan Republil Indonesia, begitu kaya akan budaya, agama, suku, dan kebiasaan-kebiasaan lokal yang begitu masih sangat kental. Semuanya itu berjajar dari pulau ke pulau membentuk untaian rantai emas yang begitu kuat. Namun untaian rantai yang kuat ini, kini mulai perlahan renggang dengan adanya oknum-oknum tertentu yang menyesatkan anak bangsa yang berbineka ini.

Mereka memakai agama sebagai modus dan kemudian membuatnya menjadi senjata penghancur yang sangat mematikan bagi bangsa kita. Mereka dengan segala pikiran kotor yang menyesatkan merusak anak bangsa kita.

Agama sebenarnya mengajarkan suatu kebenaran yang hakiki, yang dapat menghantar manusia mencapai suatu kebijaksanaan tertinggi dalam hidup. Ilmu agama seharusnya digunakan untuk membuat manusia hidup berdampingan dengan damai antar sesamanya. Namun sayang sekali, sebaliknya agama justeru dipakai sebagai senjata penghacur kedamaian bangsa.

Kita ingat akan peristiwa Poso dan Ambon yang begitu memilukan hati ibu pertiwi. Para bapak yang seharusnya memiliki rasa kasih terhadap sesama, berubah menjadi manusia bengis dan buas. Bukan lagi suara cinta dan perdamaian yang terdengar, tetapi pekikan perang yang menggelegar...bunuh mereka...basmi mereka...bakar mereka....

Rayuan dan gombal para pemuda terhadap para pemudi, berubah menjadi bahasa permusuhan dan penuh dendam yang membara. Nyanyian dan cerita pengantar tidur para ibu untuk putera dan puterinya berubah menjadi nyanyian perkabungan dan kematian. Peristiwa Poso dan Ambon masih begtu hangat dalam memori anak-anak bangsa.

Rasa trauma akan peristiwa sadis dan ngeri itu masih menempel dengan erat dan jauh melekat dalam jiwa. Bahkan baunya masih sangat terasa bila setiap kali menghela nafas. Hal yang sangat disayangkan, perbedaan keyakinan adalah biang kerok dari semua peristiwa itu. Hal itu diperparah lagi dengan kahadiran beberapa oknum yang memperkeruh suasana yang mencekam itu.

Mereka tidak lagi menggunakan agama sebagai jembatan untuk menciptakan perdamaian antar umat yang bertikai, tetapi malah menggunakannya sebagai alat untuk mngusai, menindas, bahkan membasmi saudara sesamanya. Anehnya, mereka begitu bangga dengan itu semua.

Mereka bangga telah menghabisi saudara sendiri. Mereka bangga dengan perilaku mereka yang sudah seperti naluri hewan buas, makhluk rendahan itu. Agama akhirnya menjadi alat yang menghacurkan manusia yang berpendidikan.

Berbagai kerusuhan, aksi terorisme, berita hoax, dan demonstrasi di berbagai pelosok negara, tidak jarang disebabkan oleh agama. Mengapa lagi-lagi harus agama, agama, dan agama? Apakah agama mengajarkan semua kebodohan itu. Saya kira agama mengajarkan suatu kebajikan, kedamaian dan cinta terhadap semesta yang adalah rumah kita semua.

Biarlah peristiwa Ambon dan Poso yang memilukan itu menjadi pelajaran bagi kita dewasa ini. Mengajarkan kita untuk lebih jernih lagi bepikir tentang realitas dunia yang ada. Kini pendidikan yang ada hadir sebagai jalan keluar dari kesestan pikir yang ada.

Gunakanlah pengetahuan kita untuk bepikir secara kritis tentang peristiwa atau apa saja yang kita temui dalam hidup kita. Jangan mudah terobang pikiran kita oleh oknum tertentu yang menggunakan agama dalam bebagai ceramah untuk mengacau-balaukan kerukunan kita. Ingatlah, agama itu mengajarkan kebaikan dan bukan permusuhan.

Kepincangan pendidikan di Indonesia diakibatkan oleh kontrol pemerintah yang masih buruk terhadap berbagai lembaga pendidikan yang ada. Masih banyak sekolah-sekolah yang terbelakang, dengan tenaga pengajar dan fasilitas yang sangat minim.

Di lain pihak, satu masalah pokok yang terlalu sering disalahpahami adalah bagaimana mengembangkan suatu cara belajar yang mampu menangkap masalah-masalah yang bersifat umum dan mendasar. Seraya juga menyisipkan pengetahuan yang bersifat parsial ke dalamnya.

Dominannnya belajar yang terbagi-bagi ke dalam berbagai disiplin ilmu sering membuat subjek didik tidak mampu menghubungkan bagian-bagian itu secara keseluruhan. Belajar semacam ini hendaknya harus diganti dengan belajar yang membantu subjek didik untuk memahami materi ajar sesuai konteks, kompleksitas, dan totalitasnya. Dengan begitu, subjek didik akhirnya memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang realitas yang ditemuinya.

Pemahaman itu bisa menjadi sarana dan tujuan komunikasi yang benar bagi manusia. Sebab itu, betapa pentingannya mengajarkan pemahaman yang benar pada manusia di segala usia, demi masa depan yang lebih cerah.

Saling memahami di antara manusia, entah dekat entah jauh, menjadi kebutuhan penting agar relasi antar manusia melewati tahap kesalahpahaman. Oleh karena itu, semua sebab, cara, dan akibat dari kesalapahaman tersebut harus dipelajari melalui dunia pendidkan. Ini sangat penting, karena kesalahpahaman merupakan penyebab dari segala rasisme, xenofobia, diskriminasi, terorisme, dan dan bebagai penyimpangan sosial lainnya.

Pemahaman dan pengetahuan yang baik yang diperoleh melalui pendidikan akan membentuk dasar yang kokoh bagi pendidikan untuk perdamaian yang meneguhkan fondasi dan panggilan semua umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun