Formula Satu (F1) sebagai salah satu cabang olahraga, tentu saja tidak terlepas dari kebutuhan finansial dalam menyelenggarakan cabang olahraga tersebut. Ya, mayoritas pekerjaan yang dilakukan manusia di bumi ini pasti membutuhkan finansial.
Voltaire, seorang filsuf Perancis pernah mengemukakan pendapatnya: when it comes to money, everybody is of the same religion. Hal inilah yang memang sebenarnya terjadi. Ketika berhadapan dengan uang, setiap orang memiliki agama yang sama.
Formula Satu pada awalnya terselenggara pada tahun 1920an dan dikelola oleh European Grand Prix Motor Racing. Gelaran Formula Satu tersebut terus berlangsung selama beberapa tahun meskipun kejuaraan dunia Formula Satu secara resmi baru dimulai tahun 1950. Kejuaraan dunia tersebut diikuti oleh beberapa pabrikan mobil Eropa seperti Ferrari, Alfa Romeo, Maseratti, dan Mercedes-Benz.
Semakin menariknya kejuaraan dunia Formula Satu, membuat semakin banyak pabrikan Eropa turut meramaikan kejuaraan tersebut, sebut saja BMW, Renault dan pabrikan-pabrikan tradisional seperti Ferrari dan Mercedes-Benz. Selain itu muncul pula tim-tim yang bermarkas di Eropa seperti Williams, McLaren, Sauber, Arrows, Minardi dan lainnya.
Dengan kondisi seperti tersebut di atas, maka tidaklah berlebihan jika Formula Satu disebut sebagai Kejuaraan Eropa. Bahkan kondisi ini semakin diperkuat dengan munculnya pebalap-pebalap top dunia yang berasal dari Benua Biru, seperti: Alain Prost (Prancis), Nigel Mansell (Inggris), Gerhard Berger (Jerman), Michael Schumacher (Jerman), Mika Hakkinen (Finlandia), Fernando Alonso (Spanyol), Kimi Raikkonen (Finlandia), Sebastian Vettel (Jerman), Nico Rosberg (Jerman), dan Lewis Hamilton (Inggris).
Karena bertitel kejuaraan dunia, maka pihak penyelenggara kejuaraan Formula Satu mulai melirik sirkuit-sirkuit di luar Benua Biru meskipun sejak awal penyelenggaraannya, dominasi sirkuit Eropa seperti Silverstone (Inggris), Nurburgring (Jerman), Hockenheim (Jerman), Monza (Italia), A-1 Ring (Austria), Spa-Franchorchamps (Belgia), Imola (San Marino), serta trek legendaris Monte Carlo (Monaco) tidak terelakkan.
Beberapa sikruit non Eropa yang akhirnya menjadi langganan Formula Satu antara lain: Albert Park (Australia), Montreal (Kanada), Suzuka (Jepang), Sao Paulo (Brasil), dan lainnya. Salah satu wilayah non Eropa yang cukup setia terlibat dalam kejuaraan dunia Formula Satu adalah benua Asia.
Keterlibatan Benua Asia terlihat dari serinya sirkuit Suzuka Jepang menjadi salah satu seri dari kalender Formula Satu. Kemudian munculnya keterlibatan pabrikan-pabrikan Jepang seperti Honda, Yamaha, dan Toyota, serta tampilnya pebalap-pebalap Asia seperti: Yuji Ide, Toranosuke Takagi, Alex Yoong, Narrain Karthikeyan, hingga Rio Haryanto.
Memasuki era Formula Satu moderen dalam satu dekade terakhir ini, penyelenggara Formula Satu mulai melihat ceruk potensi pendapatan untuk menambah pundi-pundi kekayaan mereka yaitu memperbanyak penyelenggaraan di Benua Asia. Jika kita amati, mulai bermunculan sirkuit-sirkuit di Asia yang pada akhirnya dianggap layak untuk menyelenggarakan Formula Satu.
Untuk contoh sirkuit-sirkuit tersebut, kita bisa menyebut Sirkuit Sepang di Malaysia (meskipun sekarang sudah tidak lagi menjadi penyelenggara Formula Satu), Bahrain International Circuit (Bahrain), Shanghai International Circuit (China), Marina Bay Street Circuit (Singapura), Yas Marina Circuit (Abu Dhabi), dan masih banyak lagi.
Pemilihan Benua Asia sebagai opsi alternatif penyelenggaraan Formula Satu tentu bukan tanpa alasan. Mengutip dari situs www.redbull.com, petinggi FIA (Federation Internationale de l'Automobile) --Â induk organisasi penyelenggara kejuaraan balap mobil dunia -- memilih benua Asia karena mereka percaya bahwa Benua Asia akan menjadi pasar terbesar dari kejuaraan ini.
Kalimat dari petinggi FIA tersebut tentu ada benarnya. Benua Asia, memiliki jumlah penduduk yang besar. Data terakhir yang bisa diperoleh oleh penulis, pada tahun 2015, jumlah penduduk di Benua Asia tercatat mencapai angka 4,38 miliar jiwa atau sekitar 59,86% dari total penduduk dunia (https://turnoutounews.com).
Jumlah ini tentu akan terus bertambah jika kita gunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk di Benua Asia tahun 2018. Angka sebanyak inilah yang menjadi rasionalitas para petinggi FIA untuk mengekspansi Benua Asia.
Tentu tidak mungkin jika seluruh penduduk Asia akan menjadi penggemar Formula Satu, tetapi yang perlu diperhatikan adalah dengan jumalah penduduk sebanyak itu, tentu para petinggi FIA bisa berhitung dan memperkirakan, berapa persen calon penggemar potensial Formula Satu dari benua kuning tersebut.
Dari perkiraan ini, diharapkan FIA juga dapat memproyeksikan berapa jumlah pendapatan potensial yang dapat mereka kantongi dari penyelenggaraan Formula Satu di benua Asia.
Harapannya adalah Benua Asia dapat menjadi sumber pendapatan alternatif apabila nantinya Formula Satu mulai tidak banyak mendapat tempat di Benua Eropa. Inilah konsekuensi ketika olahraga sudah didominasi oleh kepentingan bisnis di era globalisasi seperti sekarang ini.
Ditulis oleh:
Ignatius Aryono Putranto
Dosen Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Email: aryono_16@yahoo.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H