Mohon tunggu...
Ignatia Sarita
Ignatia Sarita Mohon Tunggu... -

Menulis apa yang dilihat, mengungkapkan apa yang dirasakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kematangan Seorang Penari

21 Januari 2016   22:42 Diperbarui: 22 Januari 2016   11:04 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa penari, yang memiliki ‘bekal’ (skill, basic, fisik, jam terbang) yang sama, namun tidak semua dari mereka menyenangkan untuk dilihat.
Ada yang menarikannya dengan full power, semua-semuanya diberi power. Tentu saja menari dengan power adalah baik, namun jika semua-semuanya diberi power tanpa ada titik smooth, audience seolah-olah tidak diberi kesempatan untuk bernafas atau menikmati tariannya. Biasanya, anak kecil sampai remaja yang menekuni bidang tari akan mengalami ini.
Ada yang menarikannya persis dengan apa yang diajarkan, tanpa improvisasi, tanpa free style (jika ada ruang untuk melakukan free style). Tariannya salah? Tidak. Tapi, apakah bisa dinikmati? Dan yang terpenting, apakah penari itu menikmati gerakannya sendiri?
Ada penari yang ekspresinya baik, pembawaannya cukup baik, namun koreonya lost ketika menari di depan umum. Ini sangat sering dijumpai. Menikmati tarian bukan berarti lost dalam koreo dasar yang akan dibawakan.

Namun, adakah penari yang (dalam opini saya) sudah menarikannya dengan baik? Ada. Sangat ada. Biasanya, penari-penari yang sudah menarikannya dengan baik sudah matang. Biasanya, penari yang sudah matang memiliki jam terbang yang tinggi, sehingga secara umum diasumsikan usianya sudah menginjak tahap adulthood atau emerging adulthood (mulai 18 tahun keatas). Matang disini dimaksudkan menari dengan hati, memiliki feel yang baik, mampu menempatkan diri dengan baik. Penari-penari yang seperti itu akan mampu membedakan, mana tarian yang harus ditarikan dengan smooth, mana yang harus diberi power, kapan harus melakukan lock. Penari tersebut juga akan tau ekspresi seperti apa saja yang akan dikeluarkan, saat tarian yang mana. Penari tersebut mampu mengingat koreo dengan baik (bahkan mampu menciptakan koreo sendiri) karena sudah menikmati alur tariannya. Penari-penari ini tidak ragu untuk membagikan tariannya dan mengajarkannya kepada orang lain. Jangankan saat performance, saat latihanpun penari-penari yang sudah matang akan lebih enak untuk ‘dilihat’. Penari yang sudah matang biasanya membawa kebahagiaan bagi orang-orang yang melihat tariannya, sekaligus memberikan hiburan yang ‘world class’.

Tulisan (berupa opini) ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi, observasi (di sekolah saya dan di tempat saya berkuliah), dan beberapa kali blogging dengan sumber yang jujur saja lupa saya simpan.

Saya memang dijuluki penari, namun menurut saya pribadi saya belum bisa dijuluki penari yang matang. Namun, saya mau berjuang lebih lagi supaya nantinya saya dapat menjadi penari yang matang dan membawa hal baik bagi banyak orang.

Jadi, jika saat ini anda sudah menjadi penari, apakah anda bersedia untuk meng-upgrade level anda menjadi penari yang sudah matang?
Dan untuk penari yang merasa sudah matang, apakah anda bersedia untuk membantu teman-teman penari di sekitar anda supaya menjadi sama matangnya seperti anda? :)

***

NB : Tulisan-tulisan saya bisa juga dilihat di nasyabercerita.tumblr.com (lebih lengkap, hehe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun