Ketika ditanya mengenai kuliner khas Yogyakarta pasti sebagian besar dari anda menjawab "gudeg". Ya! Makanan manis yang terbuat dari nangka ini merupakan makanan khas Yogyakarta. Selain gudeg, apakah ada makanan lain yang terlintas di benak anda sekalian? Sebagai orang yang pernah tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta selama 3 tahun, saya hendak berbagi informasi mengenai kuliner khas Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gudeg adalah makanan yang menjadi tujuan utama bagi para wisatawan di Yogyakarta. Meskipun didominasi oleh rasa manis, gudeg juga memberi rasa pedas dari sambal goreng krecek. Selain sambal goreng krecek, gudeg sering dimakan bersama dengan ayam kampung, telur dan tahu/tempe. Gudeg tidak hanya dimakan bersama dengan nasi, tetapi dapat juga dinikmati bersama bubur yang dijamin tidak mengurangi kenikmatannya. Penyajian gudeg ada dua macam, yaitu gudeg basah yang mempunyai kuah aren yang cukup cair dan gudeg kering yang mempunyai kuah aren sangat kental. Di kota Yogyakarta, gudeg dijual pagi hari dan malam hari yang mempunyai ciri khas rasa tersendiri.
sumber: wikipedia
Bakmi Jawa juga tidak kalah terkenal dengan gudeg. Di Yogyakarta banyak sekali warung tenda yang menjual bakmi jawa. Terkadang, selain menjual bakmi, pedagang bakmi jowo menjual nasi goreng. Ada suatu keunikan yang saya perhatikan, yaitu para pengunjung yang ingin membeli bakmi goreng sekaligus nasi goreng, dan para pedagang ini sudah terbiasa dengan pesanan tersebut. Pesanan yang seperti itu disebut "Magelangan", unik sekali bukan?
Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, jadi jelas jika banyak mahasiswa bahkan murid SMA yang merantau dari luar kota untuk menuntut ilmu di Yogyakarta. Nah, kalau untuk kantong mahasiswa atau anak kost, makanan yang satu ini adalah favoritnya. Nasi kucing namanya. Porsinya kecil, biasanya dibungkus dengan daun pisang lalu dilapisi dengan kertas minyak. Isinya hanya nasi dan sambal tempe atau sambal teri, lalu lauknya tinggal pilih sendiri. Lauknya sangat bervariasi, mulai dari sate usus, sate ati-ampela, bakwan, tahu bacem, tempe bacem, sate kerang dan masih banyak lagi. Dengan porsi yang kecil, harganya tentu sangat terjangkau, oleh karena itu makanan ini menjadi favorit anak muda di Yogyakarta. Kalau orang Yogykarta menyebutnya "angkringan". Nasi kucing biasa dijual dengan gerobag dorong, meskipun gerobag ini menetap di satu tempat.
Ketiga macam makanan di atas dapat diolah secara tradisional dan tidak membutuhkan biaya besar dalam proses pemasarannya. Tidak membutuhkan teknologi khusus dan juga tidak membutuhkan tempat mewah. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyrakat di Yogyakarta yang tidak mempunyai modal besar untuk berwirausaha. Meskipun prosesnya masih berjalan sederhana, dengan kreativitas dan ketekunan niscaya usaha ini dapat berhasil dan bertahan lama.
Saya sebagai orang yang pernah tinggal di Yogyakarta sangat merindukan suasana Yogya yang ceria. Orangnya terkenal ramah dan santun, terlebih lagi makanannya yang selalu mampu menggugah selera. Kiranya artikel ini bermanfaat bagi anda yang ingin mencicipi kuliner khas Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H