Waktu paling baik untuk menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu. Waktu terbaik lainnya adalah sekarang -Pepatah Cina
Pemanasan global bukanlah isapan jempol belaka. Meski banyak pihak menampik fakta seputarnya, dampak dari kenaikan suhu permukaan bumi kian nyata. Berbagai penelitian telah mengungkap korelasi pemanasan global dengan fenomena anomali cuaca-iklim dan naiknya permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es di kutub bumi. Kedua hal ini dianggap sebagai gejala utama pemanasan global.
Kedua gejala tersebut memiliki dampak yang sangat mengancam keberlangsungan hidup penghuni planet bumi. Mulai dari menurunnya hasil pertanian akibat gangguan siklus cuaca, kondisi cuaca ekstrem yang menimbulkan bencana kekeringan hingga banjir, punahnya berbagai spesies hewan dan tumbuhan, meluasnya penyebaran penyakit, hingga tenggelamnya pulau-pulau kecil dan dataran rendah.
Inilah yang dilakukan oleh berbagai stakeholder di Siak, Riau pada pekan lalu. Bertempat di kawasan arboretum milik PT Arara Abadi yang terletak di Kecamatan Perawang, Kabupaten Siak, dilakukan penanaman secara simbolis bibit pohon oleh berbagai pihak.
Semakin banyak pohon, akan semakin banyak pula daun yang menyerap CO2, sehingga konsentrasi CO2 di udara bisa berkurang. Oleh karena itu penanaman pohon merupakan sebuah langkah penting mengurangi pemanasan global.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program restorasi tahun 2014 lalu yang telah melaksanakan penanaman 10.000 bibit pohon Meranti di kawasan cagar biosfer Giak Siam Kecil, yang merupakan salah satu dari 7 Cagar Biosfer yang ada di Indonesia.
Program ini juga didukung penuh oleh Yayasan Belantara, sebuah yayasan nirlaba yang mengumpulkan dan mengelola dana konservasi dan pemberdayaan masyarakat di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Unsur lokal yang turut hadir adalah Pemerintah Derah Siak yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Siak, Said Hamzah, Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Tahura Minas (Kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim), serta Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
Support penuh juga diberikan oleh dua lembaga dari negeri Sakura, yaitu ITTO (International Tropical Timber Organization) dan Japan Agency for Environmental Business. Ini bukti bahwa persahabatan antar kedua negara terjalin dengan baik, termasuk dalam ranah lingkungan hidup.
"Dampaknya adalah terjadinya bencana seperti banjir besar, angin taufan, dan sebagainya. Untuk memperlambat atau menanggulangi pemanasan global, salah satunya adalah dengan penanaman pohon."
Tak kalah penting adalah kehadiran siswa-siswi yang berasal dari sekolah di sekitar kawasan konservasi. Kiranya tidak ada pihak yang lebih tepat untuk diberikan pemahaman serta suri tauladan akan kelestarian lingkungan selain generasi muda. Tak kurang dari belasan siswa-siswi perwakilan dari SMA dan SMK di Perawang hadir dalam acara ini.
Pelajaran di dalam kelas kadang dengan mudah terlupakan, namun dengan mengajak generasi muda langsung ke lapangan melihat aksi nyata, semoga ini akan lebih terpatri dalam benak mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H