Ternyata, industri nasional kita sudah sedemikian majunya, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Ini kesimpulan saya setelah mengunjungi pabrik Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP) di Perawang, Kabupaten Siak, Riau. Memang kunjungan singkat saja, namun sungguh terbayang betapa masif dan canggihnya produksi pulp dan kertas di IKPP Perawang ini.
Menempati area seluas 2.400 hektar, pabrik pulp dan kertas ini mengolah dari bahan baku mentah hingga menjadi kertas sampai dengan pengemasan.
Saya yakin, satu hari penuh pun tidak akan cukup waktu untuk mengunjungi tiap bagian produksi di IKPP Perawang ini. Yang paling menarik perhatian saya adalah bagian pemotongan kertas dan pengemasan.
Baru kali ini saya mendapati kertas gelondongan sebesar ini. Satu gelondongan beratnya mencapai 3-4 ton, saudara sekalian! Tiap unit gelondongan memiliki kode produksi. Kode ini merekam semua informasi, mulai dari shift waktu pekerjaan, sampai detail asal roll. Jadi ketika ada kesalahan, langsung dapat ditelusuri.
Sekilas semua gelondongan kertas jumbo ini terlihat sama, namun ternyata tidak demikian. Setelah mendapat penjelasan dari salah seorang staf pegawai IKPP, saya baru menyadari kertas tersebut berbeda secara ukuran ketebalan dan gradasi warnanya.
Untuk pasar ekspor ke Jepang misalnya, mereka menyukai warna kertas yang tidak terlalu putih terang, melainkan agak redup. Ini ternyata berkaitan dengan penggunaan tinta dan selera penglihatan orang Jepang yang berbeda dengan pasar lainnya.
Selanjutnya mata saya tertuju pada sebuah mesin yang bertugas memotong kertas menjadi unit ukuran tertentu, misalnya A3, atau A4. Kecepatan kerja mesin dalam memotong sungguh menakjubkan. Kecepatannya bervariasi, tergantung ketebalan kertas yang dipotong. Saat itu indikator angka yang tertera menunjukkan angka 82. Ini artinya mesin dapat memotong sebanyak 82 rim kertas per menit! Ya, 1 rim setara dengan 500 lembar kertas, jadi silakan dikalikan sendiri ya berapa totalnya.
Tahap QC ini meliputi kontrol jumlah, ukuran, serta kelayakan kertas. Di bagian kontrol jumlah kertas, terdapat mesin penghitung lembar kertas. Alat ini mirip dengan mesin penghitung uang kertas. Bedanya adalah, ukurannya lebih besar, dan kertasnya tak ikut bergerak ketika dihitung.
Kertas yang terlipat, terkoyak, atau mengalami cacat produksi lain segera dipisahkan. Selanjutnya, kertas tak lolos QC ini ditumpuk untuk kemudian akan diolah lagi menjadi bubur kertas. Demikian seterusnya.
Jumlah karyawan di unit cutting ini sendiri 188 orang. Sementara total karyawan seluruh unit pabrik mencapai 9800 orang dengan komposisi 80% merupakan pekerja lokal. Ini adalah bukti bahwa keberadaan IKPP Perawang dapat memberdayakan warga lokal.
Data terakhir menunjukkan, industri pulp Indonesia menduduki peringkat 9, sedangkan industri kertas kita meraih ranking 6 dunia. Khusus di Asia, industri pulp dan kertas nasional menempati peringkat ke-3. Setelah kunjungan ke pabrik IKPP Perawang, saya optimis bahwa di tahun-tahun yang akan datang kita masih akan menjadi pemain utama dalam industri kertas global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H