Siapa sih yang tidak pernah menggunakannya?
Setiap hari kita menggunakan plastik, misalnya saat belanja (plastik kresek), saat mandi, berkendara, berkomunikasi hingga mengirimkan paket penjualan online pasti ada unsur plastiknya. Termasuk juga hampir semua produk yang ada di pasaran menggunakan plastik kemasan.
Mengapa kita menggunakan plastik?
Sebagian besar menjawab karena plastik mudah didapat, murah, ringan, tahan air, awet, fleksibel dan dapat menjaga produk supaya tidak rusak. Kelebihan plastik inilah yang membuat kita menggunakan plastik.
Kehidupan kita dipermudah dengan adanya plastik, tiap hari kita memakai dan memanfaatkan segala kelebihan plastik. Tetapi kita sering mengatakan bahwa plastik itu berbahaya, merusak lingkungan, sulit terurai dan lain sebagainya.
Tahukah anda?
Plastik jangan dibakar, karena mengeluarkan dioxin yang beracun.
Plastik jangan dibuang sembarangan atau ke sungai, karena dapat meracuni tanah dan air.
Plastik jika dibuang ke tempat sampah, maka ujung-ujungnya ke TPA, menjadi gunung sampah, meracuni tanah juga. Industri daur ulang pun belum bisa menyelesaikannya dengan sempurna karena pabrik daur ulang akan menghasilkan plastik yang kualitasnya lebih rendah dari sebelumnya dan akhirnya berakhir di alam karena tidak bisa di daur ulang lagi.
Perlu disepakati bersama bahwa ketika kita makan permen, bungkus permennya adalah tanggung jawab yang makan. Begitu pula dengan bungkus detergen, bungkus minyak goreng, bungkus beras, bungkus gula, bungkus kopi dll adalah tanggung jawab yang memakainya. Kalau merupakan tanggung jawab kita ya seharusnya kita yang mengelolanya. Hanya saja selama ini kita yang belum benar mengelolanya.
Jadi plastik tidak akan mencemari jika kita benar dalam mengelolanya. Apabila plastik tidak dikelola dengan benar maka plastik menjadi berbahaya dan mencemari lingkungan.
Lalu bagaimana mengelola plastik? Tidak semua orang memiliki dana ataupun keterampilan untuk mengelola plastik.
Ecobrick adalah solusinya.
Ecobrick berasal dari kata Eco (lingkungan) dan Brick (bata) yang berarti bata yang ramah lingkungan. Ide seorang Russell Maier yang kemudian dikembangkan pula di Indonesia.
Dalam jumlah banyak, ecobrick dapat digunakan sebagai pengganti batu bata untuk membangun bangunan. Apabila masih sedikit kita bisa memanfaatkannya menjadi furniture seperti meja, kursi, sofa dll.
- Siapkan semua jenis plastik yang sudah tidak terpakai yang kita hasilkan sehari hari, termasuk Styrofoam yang tidak bisa terurai ataupun produk kreasi daur ulang yang sudah tidak bisa digunakan.
- Bersihkan dan keringkan semua plastik tersebut.
- Potong kecil-kecil semua plastik tersebut.
- Siapkan botol plastik (jenis apapun boleh) pastikan kering.
- Masukkan potongan-potongan plastik ke dalam botol
- Padatkan dengan tongkat kayu atau bamboo
- Timbang berat ecobrick, standard minimal berat ecobrick adalah 0,35 x volume botol
Apabila Ecobrick rusak tinggal dimasukkan ke botol baru, jadi tetap tidak mencemari lingkungan.
Pelatihan Ecobrick
Ada banyak Trainer Ecobrick yang ada di dunia ini ( cek https://www.ecobricks.org/map/ ) yang dapat dihubungi untuk memberikan pelatihan ecobrick. Salah satu yang gencar memberikan Pelatihan Ecobrick adalah Perusahan Marimas. Melalui Trainer Ecobrick bersertifikat Global Ecobrick Alliance yang dimilikinya, Marimas mengadakan Pelatihan Ecobrick Gratis untuk umum yang rutin tiap Bulannya di Minggu terakhir.
#plastik #sampah #lingkungan #ecobrick #marimas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H