Jadi plastik tidak akan mencemari jika kita benar dalam mengelolanya. Apabila plastik tidak dikelola dengan benar maka plastik menjadi berbahaya dan mencemari lingkungan.
Lalu bagaimana mengelola plastik? Tidak semua orang memiliki dana ataupun keterampilan untuk mengelola plastik.
Ecobrick adalah solusinya.
Ecobrick berasal dari kata Eco (lingkungan) dan Brick (bata) yang berarti bata yang ramah lingkungan. Ide seorang Russell Maier yang kemudian dikembangkan pula di Indonesia.
Dalam jumlah banyak, ecobrick dapat digunakan sebagai pengganti batu bata untuk membangun bangunan. Apabila masih sedikit kita bisa memanfaatkannya menjadi furniture seperti meja, kursi, sofa dll.
- Siapkan semua jenis plastik yang sudah tidak terpakai yang kita hasilkan sehari hari, termasuk Styrofoam yang tidak bisa terurai ataupun produk kreasi daur ulang yang sudah tidak bisa digunakan.
- Bersihkan dan keringkan semua plastik tersebut.
- Potong kecil-kecil semua plastik tersebut.
- Siapkan botol plastik (jenis apapun boleh) pastikan kering.
- Masukkan potongan-potongan plastik ke dalam botol
- Padatkan dengan tongkat kayu atau bamboo
- Timbang berat ecobrick, standard minimal berat ecobrick adalah 0,35 x volume botol
Apabila Ecobrick rusak tinggal dimasukkan ke botol baru, jadi tetap tidak mencemari lingkungan.
Pelatihan Ecobrick
Ada banyak Trainer Ecobrick yang ada di dunia ini ( cek https://www.ecobricks.org/map/ ) yang dapat dihubungi untuk memberikan pelatihan ecobrick. Salah satu yang gencar memberikan Pelatihan Ecobrick adalah Perusahan Marimas. Melalui Trainer Ecobrick bersertifikat Global Ecobrick Alliance yang dimilikinya, Marimas mengadakan Pelatihan Ecobrick Gratis untuk umum yang rutin tiap Bulannya di Minggu terakhir.