Mohon tunggu...
Travel Story

Panduan Pendaki Gunung

7 September 2015   06:35 Diperbarui: 7 September 2015   06:35 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekarang ini, banyak sekali orang yang memiliki hobi hiking (mendaki gunung). Kegiatan ini menjadi suatu trend saat ini, sehingga tidak sedikit bermunculan pendaki-pendaki yang kurang dibekali dengan pegetahuan yang cukup dan perlengkapan yang kurang memadai. Selain itu, persiapan yang mereka lakukan terkadang terkesan mendadak dan apa adanya, sehingga perlu adanya suatu panduan dalam melaksanakan hiking (mendaki gunung). 

Dalam melakukan aktivitas hiking (mendaki gunung), ada 9 konsep dasar dan umum dalam persiapannya, agar perjalanan di alam bebas dapat berjalan sesuai dengan rencana kita, yaitu: (1) Tujuan, menentukan gunung mana yang akan di daki, Mencari referensi tentang kondisi gunung tersebut seperti peta, transportasi, kondisi geografis, adat istiadat. (2) Anggaran keuangan, menyusun perkiraan biaya yang diperlukan, seperti SIMAKSI, transportasi dan perbekalan. (3) Waktu Pendakian, Penentuan waktu yang tepat sangat menentukan keberhasilan pendakian, terutama untuk menghindari bahaya-bahaya obyektif seperti hujan dan badai serta penyakit ketinggian dan gannguan dari binatang. Di Indonesia musim pendakian yang baik adalah pada bulan Juni-Agustus, cuacanya cerah karena musim panas serta bertepatan dengan libur sekolah dan kuliah. (4) Peserta, tetapkan jumlah peserta yang akan terlibat dalam kegiatan tersebut, disarankan untuk tidak membawa peserta lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perbekalan dan orang yang berpengalaman. (5) Persiapan Fisik, dalam perencanaan pendakian gunung dibutuhkan kekuatan dan daya tahan otot yang baik, serta memiliki kualitas Volume O2 Maksimum (VO2 Max) yang baik, hal ini perlu untuk mengatasi perbedaan kadar oksigen di suatu ketinggian, serta menghadapi beratnya beban yang dibawa. Persiapan fisik harus dilakukan untuk meningkatkan stamina, daya tahan tubuh dan kemudian menambah kekuatan fisik dan mental bagi seorang pendaki gunung. Sebaiknya persiapan fisik dilakukan 3-2 minggu sebelumya, dan melakukan pemanasan sebelum mendaki gunung. (6) Perlengkapan Perjalanan, Memilih perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi bebannya tidak melebihi kemampuan membawanya. Perhitungan beban total untuk perorangan tidak boleh melebihi sepertiga berat badan (sekitar 15 – 20 kg). Perlengkapan yang harus ada ketika pendakian antara lain: Ransel (carrier), tas kecil, sepatu lapangan, baju lapangan, celana lapangan, topi lapangan, matras, sleeping bag, sarung tangan, pakaian lapangan pengganti, Kaus kaki, jaket, tenda, kupluk (penutup kepala), jas hujan, perlengkapan navigasi (peta, kompas, dll), perlengkapan masak (nesting, kompor lapangan, gas, tempat air, dll), survival kit (pisau multiguna, pluit, senter, cermin, head lamp, pluit,dll), P3K (pembalut segitiga/mitela, hansaplast, betadine, kain kassa, dll), makanan (beras, roti, coklat, daging keju telur, dll). (7) Perizinan, Siapkan kelengkapan surat-surat yang dibutuhkan tempatkan dalam tas tersendiri agar mudah diambil saat diperlukan. (8) Transportasi, Lakukan survei, transportasi apa yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan, sesuaikan dengan anggaran yang ada dan waktu yang ditargetkan. (9) Pelaksanaan di lapangan,  Keberhasilan suatu perjalanan ditentukan oleh kemampuan setiap anggota untuk belajar dan bekerjasama sebagai tim yang kompak. Setiap anggota harus menuruti setiap keputusan dari pimpinannya yang bertanggungjawab dalam kegiatan perjalanan tersebut. Diskusi mengenai masalah yang dihadapi dilakukan saat evaluasi.

Selain persiapan umum seperti yang sudah dibahas diatas, kita juga perlu memperhatikan hal-hal yang umumnya tidak boleh dilakukan selama melakukan pendakian, diantaranya; menyalakan api unggun (sembarangan), merusak dan mengambil segala jenis makhluk hidup yang berhabitat disana, membuang sampah sembarangan dan tidak membawa sampah turun, berbicara kotor dan melakukan hal-hal yang negatif, memaksa untuk tetap mendaki sampai ke puncak, walaupun sudah diperigatkan sejak dari pos registrasi atau dibatasi mendaki sampai di pos-pos tertentu serta dalam kondisi fisik yang lemah atau kurang sehat, dan yang paling penting adalah jangan nekat untuk mengambil gambar demi keindahan dan untuk disebarluaskan, tanpa memperhatikan latar tempat apakah berbahaya untuk keselamatan nantinya.

Pada dasarnya alam itu diciptakan oleh Tuhan untuk kepentingan bersama, termasuk gunung. Kenikmatan mendaki gunung tidak hanya merasakan sensasi pemandangan diatas puncaknya, namun ada pelajaran yang terkandung didalamnnya, seperti kebersamaan, solid/kompak, dan nilai-nilai pribadi kita yang belum kita ketahui. Untuk itu mari kita lestarikan dan jaga alam yang Tuhan berikan kepada kita, sekalipun kita ingin menikmati dan mensyukuri rahmat-Nya. Salam lestari. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun