Setiap kali ada musibah yang melibatkan jatuhnya sebuah pesawat terbang, selalu muncul pertanyaan mengapa?
Jawaban akhir tentu saja harus menunggu pemeriksaan Flight Data Recorder (FDR) yang akan memberikan laporan lengkap apa yang terjadi dengan sistem pesawat terbang selama penerbangan terakhir yang berlansung sekitar 12 menit. Namun Flightradar24 telah merilis rekaman profil penerbangan yang layak untuk disimak.
Situs Flightradar24 menyatakan bahwa data yang mereka rilis berasal dari teknologi ADS-B (Automatic Dependent Surveillance-Broadcast).
ADS-B merupakan data yang terdiri dari gabungan rekaman satelit dan sistem navigasi pesawat terbang ini dikirim ke statiun pengamat di darat yang seringakli merupakan bagian dari sistem resmi pengendalian lalu lintas udara. Karena data ini bergantung pada sistem navigasi peswat terbang -- yang mungkin dinyatakan malfungsi berdasarkan analisis FDR -- maka tulisan ini harus dibaca dengan sejumput garam.
Untuk memberikan konteks maka perbandingan antara penerbangan naas JT610 tanggal 29 Oktober dan 26 September yang dikutip oleh situs berita CNN dan BBC layak untuk dilihat terlebih dahulu.Â
Untuk mudahnya saya mengutip gambar profil ketingian yang dimuat oleh situs CNN. Yang patut disimak adalah penerbangan tanggal 29 Oktober tampak normal di menit pertama. Setelah itu, penerbangan tersebut tampak sulit untuk meraih ketingian normal sehingga pada menit ke-10 yang hanya mencapai ketinggian 5.000 kaki daripada 1.500 kaki untuk profil normal.
Fase ini menentukan seberapa besar mesin pesawt terbang harus dirancang. Indikasinya, karena suatu alasan JT610 tanggal 29 Oktober tidak mendapatkan tenaga dorong cukup untuk menjalani profil penerbangan yang normal.
Dalam plot tersebut ground speed tampak tidak berubah, namun harus diingat kalau skala plot tidak cukup besar untuk menangkap variasi kecepatan ini.
Namun plot tersebut menunjukan dengan jelas variasi ketinggian dan kelajuan vertikal.Â