Tertawa, menguap, menangis, dan banyak hal lainnya, merupakan hal-hal yang sering terjadi dan sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahun 1600-an, ada sebuah teori yang menjelaskan mengapa manusia bisa menangis. Teori ini menyatakan bahwa manusia bisa menangis karena adanya emosi (terutama cinta), yang membuat hati manusia menjadi panas dan akhirnya menghasilkan uap. Kemudian dalam usaha untuk mendinginkan kembali hati yang sudah panas tersebut, maka uap dari hati akan naik hingga ke kepala, lalu menebali daerah mata, dan akhirnya keluar sebagai air mata. Meskipun teori ini bukanlah sebuah kebenaran, bahkan hingga saat ini masih ada orang yang belum tahu mengapa sebenarnya manusia bisa menangis, dan percaya bahwa teori ini benar. Lantas, mengapa sebenarnya manusia bisa menangis?
Manusia memiliki tiga jenis air mata yang diproduksi, yaitu air mata basal, refleks, dan psikis. Air mata basal adalah air mata yang menjaga agar kornea manusia selalu terlubrikasi sehingga mata kita tidak kering. Air mata refleks adalah air mata yang membantu manusia mencuci mata dari iritasi akibat partikel-partikel asing ataupun uap, seperti dari bawang misalnya. Dan yang terakhir, air mata yang paling dikenal oleh manusia yaitu air mata psikis atau air mata menangis. Air mata ini dihasilkan dari respon terhadap emosi yang kuat seperti stress, Kepuasan, Amarah, maupun kesedihan dan penderitaan terhadap nyeri fisik. Air mata psikis mengandung painkiller atau anti-nyeri yang natural yang bernama leucine enkephalin. Yang kemungkinan adalah alasan dibalik mengapa manusia akan merasa lebih baik setelah menangis.
Dengan stimulus emosional seperti saat manusia putus dengan pacar, air mata akan mulai diproduksi. Sesuatu yang bernama lacrimal system yang berada di sekitar bola mata manusia adalah sistem sekretorik yang menghasilkan air mata sekaligus sistem ekskretorik yang mengupasnya. Di saat air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal, yang berada di antara bola mata dan kelopak mata manusia, manusia akan megedipkan mata secara otomatis, membuat air mata yang diproduksi menyebar ke seluruh permukaan mata manusia seperti lapisan kaca. Antara air mata tersebut jatuh keluar, atau tersaring oleh sesuatu yang bernama punctum lakrimal (seperti air di wastafel). Lalu terkuras melalui hidung yang kebetulan merupakan alasan mengapa hidung kita meler saat menangis. Bahkan, sebenarnya menangis mempengaruhi banyak sekali bagian dari tubuh kita. Saat menangis detak jantung manusai akan meningkat, manusia akan berkeringat, nafas juga akan menjadi pelan dan manusia akan merasa seperti ada gumpalan di tenggorokan yang disebut sebagai globus sensation. Ini semua terjadi akibat sistem saraf simpatik yang teraktifasi karena respon dari situasi yang emosional.
Lalu, pernahkah kamu mendengar stereotip yang mengatakan bahwa perempuan menangis lebih dari laki-laki? Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyebab seorang perempuan lebih banyak menangis daripada seorang laki-laki adalah akibat testosteron (hormon reproduksi yang umumnya lebih banyak didapati dalam tubuh laki-laki) yang diduga menghalangi tangisan, sedangkan hormon prolaktin (Laktogen adalah hormon yang berhubungan dengan menyusui, yang bekerja untuk menghasilkan kelenjar susu dan air susu sebelum ibu melahirkan, hormon ini lebih banyak terdapat di dalam tubuh perempuan) justru mendukung tangisan.
Manusia yang menangis karena emosi bahagia atau sedih, tentunya sudah sering dan biasa kita lihat atau bahkan alami sendiri. Selain karena alasan emosi tersebut, manusia juga sering menangis, tapi tanpa mengetahui alasan dibalik tangisannya tersebut (bukan karena sedang sedih atau bahagia). Sebenarnya, dalam bidang kesehatan, manusia menangis bukan saja benar-benar tidak memiliki alasan. Salah satu contoh kondisi dalam kesehatan yang bisa membuat manusia meneteskan air mata atau menangis adalah kondisi ketika manusia dalam kondisi/keadaan cemas (gangguan kecemasan) dan stress. Manusia yang berada dalam kondisi ini akan menangis walaupun tidak merasa sedih atau terharu karena sedang bahagia. Dalam kondisi ini, manusia bisa menangis karena ada rasa panik yang membuat manusia merasakan ketakutan, hingga otak akan mengirimkan sinyal untuk menangis yang merupakan respon untuk meluapkan emosi cemas atau panik tersebut.
Selain karena gangguan kecemasan dan stress, manusia menangis tanpa alasan bisa juga menjadi sebuah penanda/merupakan gejala dari adanya pseudobulbar affect (PBA). Pseudobulbar affect (PBA) adalah kondisi dimana saraf-saraf di dalam otak mengalami cedera. Efek dari cedera saraf otak tersebut adalah terganggunya kemampuan manusia untuk mengendalikan emosi. Selain menyebabkan seseorang atau manusia menangis tanpa sebab, kondisi ini juga bisa menyebabkan manusia tertawa tanpa alasan.
Selain dua kondisi di atas, manusia bisa menangis tiba-tiba tanpa mengetahui alasan mengapa ia menangis bisa saja merupakan gejala/pertanda ketika manusia memasuki kondisi depresi. Depresi merupakan gangguan suasana hati yang dapat menyebabkan perasaan sedih terus-menerus dan hilang minat pada berbagai hal yang disukainya. Hal tersebut dapat membuat manusia atau siapa saja yang mengalami kondisi tersebut  merasa hampa, tidak menemukan kesenangan dalam hidup, putus asa, membenci hal-hal yang awalnya ia gemari, hingga berpikiran untuk bunuh diri.
Demikianlah penjelasan perihal mengapa manusia bisa mengeluarkan air mata dan menangis, dimana dalam hal ini, alasannya karena kondisi emosional. Manusia mengeluarkan air mata atau menangis juga bisa tanpa alasan, dimana secara medis, hal ini sebenarnya memiliki alasan tertentu. Bahkan, manusia yang menangis tanpa tahu alasan dibaliknya, bisa menjadi gejala atau pertanda manusia/individu memasuki kondisi yang kurang baik. Oleh karena itu, diharapkan setelah membaca artikel ini, kita bisa lebih paham dan menyadari kondisi fisik dan psikis kita, sehingga pada akhirnya kita bisa menyadari kondisi dimana kita sudah membutuhkan bantuan serius dari ahli-ahli di bidang media/kesehatan.
Sekian, semoga bermanfaat, dan terima kasih!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H