Oleh : Ighfirli Saputra
Ranah indonesia memiliki dinamika ragam budaya yang fundamental. Hal Itu bisa diteropong dari berbagai aspek sudut pandang yang disingkat IPOLEKSOSBUD (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya). Tentu hal tersebut saling berkaitan.Â
Kolerasi ideologi dengan politik, antara sosial dan ekonomi, ataupun dalam hidup bersosial dan berbudaya. Semua pasti ada kaitannya. Namun kendati tak bisa dilihat dan dirasakan kalau bukan melalui medianya. Ya, anda benar, media itu adalah kesenian menulis. Artinya, melalui karya sastra.
Sastra bagi khalayak ramai dianggap hanya sebatas sebuah syair, novel, cerpen, dongeng, dll. Ya, mereka memang benar. Hal itu perlu dimaklumi. Kontemplasi mereka ada juga benarnya. Namun pandangan itu akan jauh berbeda jika dilihat dari kacamata penikmat sastra. Sebagaimana tertuang dalam buku Al- Adab Al- Arabiy (Sastra Arab), Adab (Sastra) itu adalah "suatu karangan indah yang bertujuan untuk mempengaruhi dan menyentuh perasaan para penikmat sastra".
Memang tidak diragukan lagi keabsahannya, bahwa sastra itu merupakan suatu karya yang indah sekaligus mampu membuai lamunan perasaan para penikmat sastra. Bisa jadi, mereka akan tertawa tepinngakal-pingkal disentuh gelitik sastra, atau malah sebaliknya mereka akan menangis karena tak tahan ditusuk sembilu sastra. Semua itu akan terasa, tergantung dari kandungan sastra itu sendiri. Baik itu karya sastra dalam bentuk novel, puisi, atau hanya sekedar cerita pendek saja. Atau barangkali dari karya puisi yang sudah diadaptasikan kepada seni musik. Itu tergantung dari cara pandang anda saja.
Perlu diketahui, ternyata sastra itu tidak akan bisa menari indah jika tidak memerhatikan aspek-aspek dari sastra itu sendiri. Setidaknya, sastra memiliki 3 aspek penting.
Pertama " Al 'Atifatus Sadiqah" (Perasaan yang jujur). Ingat, sastra itu tidak akan terasa jika tidak melalui jujurnya perasaan anda. Walaupun anda mampu untuk mengarang karya sastra tanpa dibarengi kejujuran perasaan anda, saya rasa itu tidak akan berarti apa-apa. Alias hambar. Faktanya, ketika sastra itu selalu dibarengi dengan perasaan yang indah, so pasti kata demi kata huruf demi huruf yang anda torehkan itu tidak akan ada hentinya tertuang. Mengalir terus tanpa hambatan.
Disamping itu, setelah permainan rasa anda sudah menjiwai, mari kita masuk ke aspek kedua. Yaitu "Al Afkarus Jalilah" (ide/ pikiran yang jelas). Maksudnya, setelah perasaan anda sudah jujur, maka hal itu harus di steering (pengarah/dikendalikan)oleh ide dan pikiran yang jelas tadi. Sehingga, perasaan anda akan teratur nantinya setelah diungkapkan melalui seni tulis menulis dibarengi dengan pemikiran yang jelas.
Ketiga, "Al Akhyal Al Musawwirah" (Khayal). Tulisan yang mulai terarah tadi haruslah dibungkus dan dikemas dengan seberapa tingginya khayalan anda. Karena ini akan menjadi daya tarik sendiri bagi para penikmat sastra. Bisa jadi dengan khayalan yang anda karang itu akan membuai setidaknya lamunan alam pikir penikmat sastra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H