Mohon tunggu...
Gres Azmin
Gres Azmin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengunjungi Perguruan Silat Betawi di Sittard, Belanda

8 Januari 2017   14:44 Diperbarui: 8 Januari 2017   14:48 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kostum pada bela diri merupakan kebanggaan. Pada perguruan silat Mengalir Selatan, Guru silat menggunakan pakaian silat hitam hitam, begitu juga dengan asistennya. Sedangkan bagi murid, mereka bebas menggunakan pakaian yang mereka inginkan. Guru silat menggunakan sarung di pinggangnya sebagai penanda ia adalah jawara. Menurutnya, seorang murid untuk boleh menggunakan sarung haruslah telah menempuh pendidikan silat selama 4 paket tingkatan latihan. Setiap tingkatan rata-rata diselesaikan selama 6 bulan. Tingkatan tersebut dimulai dengan gerak dasar dan berakhir dengan tingkatan senjata. Ada lima senjata yang dipelajari dalam silat mengalir selatan yaitu tongkat, toya, trisula, golok, dan pisau. Senjata tersebut dipelajari secara berurutan. Guru sengaja meletakkan pisau pada akhir pelatihan karena baginya pisau membutuhkan tanggung jawab yang tinggi. Jika tidak dipelajari secara bertanggung jawab maka dengan mudah melukai, bahkan membunuh seseorang.

Asisten guru menggunakan baju silat hitam dengan selendang merah di pinggangnya. Selendang dan sarung merupakan penanda perbedaan status antara asisten dan guru. Selendang merah digunakan juga sebagai penanda ia adalah murid. Yang juga saya perhatikan, tidak ada emblem khusus pada pakaian silat yang digunakan.

Murid-murid silat lain menggunakan pakaian sport berwarna hitam. Warna lain tidak dilarang namun sepertinya warna hitam lah yang nyaman bagi mereka. Saya mencoba bertanya mengapa pakaian tersebut haruslah hitam, maka sang asisten menjawab dia pernah diterangkan oleh gurunya dari Malaysia bahwa warna hitam akan menutupi warna darah. Hal ini ternyata sedikit berbeda dengan pemahaman penggunaan warna hitam untuk pakaian silat di Betawi.

Pakaian silat Betawi pada umumnya yang berupa celana pangsi hitam dan baju hitam dapat digunakan untuk menyamarkan diri pada saat latihan di malam hari. Karena pada zaman Belanda, silat Betawi kerap dipakai dalam pemberontakan-pemberontakan, maka perlu kehati-hatian dalam berlatih maen pukulan bila tidak ingin dicurigai oleh pihak Belanda. Selain itu, memang celana pangsi merupakan orang Betawi bila hendak berkebun atau pergi ke sawah sehingga sering dipakai dalam latihan karena dianggap sekalian kotor. Apalagi, kerap kali latihan dilakukan di tanah lapang yang cukup berdebu saat musim panas atau becek berlumpur pada musim hujan.

Meskipun ada pula anggapan bahwa warna hitam pada pakaian pesilat Betawi menujukkan keteguhan hati dalam bersikap. Prinsip yang terakhir ini adalah prinsip yang setau saya dipegang oleh silat Beksi. Selain itu, ada pula pesilat yang menghubungkan warna baju hitam sebagai warna pakaian yang dipilih oleh Rasulullah SAW saat berperang melawan kaum kafir.

Sebagai tempat latihan, perguruan mengalir selatan menggunakan sebuah dojo. Hal ini dilakukan karena saat saya melakukan observasi, saat itu adalah akhir musim gugur dengan suhu sekitar 8 derajat celcius. Menurut guru, terkadang mereka berlatih di luar ruangan pada saat musim panas. Akan tetapi tentu saja tidak bisa dilakukan untuk waktu yang lama karena musim panas hanya berlangsung beberapa bulan saja. Oleh karena itu, sebagian besar latihan di lakukan di dalam ruang yang memang sesuai untuk berlatih dengan matras matras besar menutupi seluruh permukaan lantai.

BELADIRI DAN KESEHARIAN

Berdasarkan diskusi dengan tiga murid silat perguruan mengalir selatan, saya menarik kesimpulan bahwa bela diri bagi mereka merupakan gaya hidup.   Saya mencoba bertanya dan menyaksikan bagaimana bela diri terinternalisasi dalam diri mereka. Yang saya dapatkan cukup mengejutkan karena para murid berlatih bela diri yang mereka tau, entah itu karate, kuntau, maupun silat secara rutin minimal 2 jam setiap hari, 7 hari dalam seminggu. Hasil latihan tersebut memang terlihat dari kelenturan, fleksibilitas tubuh, kesiagaan, dan kekuatan yang mereka miliki.

Misalnya bagi Lorenzo, seorang murid silat, bela diri menjadi lifestyle. karena ia berlatih bela diri, ia tidak merokok maupun minum alkohol. Sesuatu yang sangat aneh bagi remaja Belanda. Namun, dia meyakini dan selalu menjelaskan kepada teman-temannya bahwa dia menyukai olahraga sehingga hidup sehat merupakan pilihannya. Ia dan teman-teman sesama pecinta bela diri hampir tak mengenal waktu untuk berlatih refleks dan kesiagaan, entah di rumah, di mobil, maupun di mana pun. Mereka saling serang tanpa peduli tempat ataupun waktu.

Kesimpulan observasi dan wawancara yang saya lakukan pada perguruan silat Mengalir Selatan di Sittard, Belanda ialah perguruan ini merupakan perguruan yang masih muda dari segi usia. Aliran yang diajarkan adalah Pukul Betawi, namun guru juga memperkenalkan beberapa jurus silat dari aliran lain yang dia ketahui. Selain mengajarkan jurus tradisional, perguruan ini juga mengajarkan silat sebagai bela diri praktis jika terjadi perkelahian jalanan. Diyakini, gerakan silat betawi yang bertarung dengan jarak dekat, menggunakan power yang kuat akan sangat efektif digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun