Jika anak terus menerus dibandingkan lambat laun anak akan memiliki rasa cemas yang berlebihan. Dirinya merasa sangat tertekan dengan sikap orang tua. Rasa cemas yang berlebihan akan memicu terjadinya stres. Jika hal ini terjadi berarti mencoba menyelsaikan masalah pada anak justru  menjadi masalah. Keseharian anak akan murung dan merasa tidak bahagia. Prestasi anak bukan semakin baik malah semakin buruk.
Renggangnya kedekatanÂ
Dengan sikap terus membandingkan menjadikan anak mengambil jarak. Kedekatan menjadi renggang sehingga komunikasi tidak terjadi dengan selaras. Anak menjadi malas berkomunikasi dengan orang tua karena ujung-ujungnya selalu dibandingkan. Jika kedekatan sudah tidak ada lagi, yang dikhawatirkan anak akan menjadi zona yang nyaman. Bagaimana jika anak manemukan zona yang merusak dirinya, situas makin runyam.
RefleksiÂ
Sadarkah sebagi orang tua begitu mengerikannya kalimat membandingkan bagi perkembangan anak. Semua orang tidak ingin dibandingkan. Mereka ingin mendapat kata-kata dukungan. Jika masih perlu adanya perubahan sikap mereka perlu pertimbangan solusi yang tepat. Apakah kita sudah membantu memberikan solusi tanpa membandingkan? Yakinlah bahwa membandingkan bukan solusi baik untuk memotivasi anak.
NiatÂ
Mulai sekarang, sebagai orang tua lebih banyak memberikan kata yang memotivasi. Kata positif yang menggungah semangat dan rasa percaya diri pada anak. Menjalin kedekatan dengan anak dengan menciptakan suasana nyaman dalam keluarga. Perubahan dalam diri anak bukan karena dibandingkan namun karena adanya sentuhan kasih sayang tulus dari orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H