Mohon tunggu...
IG TEGUH EKO
IG TEGUH EKO Mohon Tunggu... Guru - Trainer Pengembangan SDM, Praktisi Pendidikan.

Trainer Pengembangan SDM, Praktisi Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Menjadi Manja, Salah Siapa?

16 Maret 2021   20:25 Diperbarui: 16 Maret 2021   20:44 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demi membahagiakan anak dan atas dasar cinta maka semua permintaannya dituruti. Nampaknya tidak ada yang aneh dengan hal ini, apalagi memiliki banyak uang (walau hutang) dan atas dasar cinta. Padahal, ini adalah perangkap maut dalam membentuk perilaku manja pada anak. Anak akan merasa nyaman sehingga tidak terbiasa dengan perilaku mengusahakan menggapai keinginannya dengan perjuangan.

Prinsip pikiran  anak yang serba dituruti keinginannya adalah  tinggal minta semua sudah dicukupi, mengapa perlu repot-repot mencari. Bisa dilihat dari proses persekolahan anak. 

Apakah bertanggungjawab dengan amanah orang tua untuk sekolah dengan baik dan selesai tepat waktu. Atau hanya sekedar membuang uang dan kesempatan emas untuk berkarya dalam hidupnya. Beberapa akibat buruk keinginan yang selalu dituruti adalah pola  pikiran mencari kesenangan yang tanpa guna. Mencari ribuan alasan untuk menghindar dari tanggung jawab yang diemban.

health.detik.com
health.detik.com

Nampak tak pandai di hadapan anak.

Ini menarik dan tanpa sadar ini banyak dialami orang tua. Orang tua kalah wawasan dengan wawasan anak. Parahnya lagi orang tua tidak mampu memberikan contoh prinsip-prinsip keutamaan hidup. Orang tua tidak lagi mampu berperan dalam kehidupan anak, padahal dalam usia-usia tertentu, pendidikan nilai sungguh perlu ditanamkan.

Anak semakin lihai mencari narasi bohong dan orang tua hanya setuju menganggap narasi bohong itu adalah kebenaran.  Lebih tidak masuk nalar, orang tua malah bangga dengan narasi anak memamerkan pada khalayak umum bahwa narasi itu benar.

Akhirnya, jika memahami bahwa dampak sikap memanjakan itu berdampak tidak baik pada anak, maka mari putar haluan dalam gaya asuh. Efek pada saat dewasa anak menjadi tidak mampu lagi memahami arti tanggung jawab. Dampak nyata saat anak sudah masuk dalam fase dewasa, di mana semua dominan anaklah yang mengambil keputusan dalam setiap langkah hidupnya.

Tidak memiliki tujuan hidup yang jelas sehingga hanya menjadi kaum rebahan. Mengagungkan sikap malas dan tidak peka dengan lingkungan sekitar.  Bukankah ini sangat memprihatinkan. Tidak ada satu pun orang tua yang menginginkan anaknya hidup tanpa tujuan yang jelas. Tidak ingin pula anaknya manja sampai tua. Mengubah dan membenahi  gaya asuh adalah tindakan bijak.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun