Mohon tunggu...
Iftitah Rahmawati
Iftitah Rahmawati Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, penulis puisi di IG dan penulis buku puisi BUBUK (Bumbu-Bumbu Kehidupan)

Berusaha menjadi manusia pembalajar yang tak pernah lelah untuk terus belajar untuk menyebarkan kebermanfaatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyelami Jejak-Jejak Toleransi Secara Virtual

14 Agustus 2021   21:01 Diperbarui: 14 Agustus 2021   21:40 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Story kesan-kesan mendapat amanah pembaca doa di sesi "Melihat Indonesia  Dari Mata, Hati dan Pikiran"

Dua hari setelah pengumuman lolos esai, diadakan pertemuan perdana OCA 2020. Pelaksanaanya habis Isyak dan setelah  pulang kerja. Lelah sih tapi ada rasa penasaran dan excited mengikuti online class yang gratis ini.

Pertemuan perdana dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta se-Indonesia. Rata-rata mereka yang perempuan menggunakan kerudung karena memang kan ini acara Islami.

Tapi ada yang aneh sih rasanya. Iya acara ini dibuka dengan sambutan hangat dari MC perempuan. Kalau dilihat sekilas, dia seorang perempuan imut, bermata sipit kayak orang Tionghoa, berkacamata, tutur katanya ramah dan ceria, tidak berkerudung.

Aku sebagai seorang muslim yang pernah mengikuti berbagai event Islami, kebanyakan dibawakan oleh MC perempuan yang berkerudung. Tapi di event Islami sebesar ini dan bertaraf nasional tidak demikian.

Setelah MC memperkenalkan diri, ternyata dia bernama kak Jennie. Dari namanya saja tidak ada nuansa Islami, "Jangan, jangan, dia???". Daripada menduga-duga, lebih baik kepoin dulu alias bertabayun.

Dari hasil stalking emang benar kalau kak Jennie itu non muslim, memeluk agama Budha yang tinggal di Aceh (mayoritas Islam). Terus dia termasuk panitia acara yang berasal dari Indika Foundation yang didirikan oleh Kak Ayu juga. Yayasan itu concern dengan isu perdamaian dan toleransi.

Kak Jennie juga pernah sharing saat acara, kalau selama bergabung dengan Indika Foundation ada tradisi setiap hari raya umat beragama selalu diadakan dinner. Dinner itu bertujuan untuk mengikat kebersamaan antar agama dan anggota, misalnya saja ketika ada perayaan Idul Fitri, bagi yang Muslim berbagi ketupat, opor, kue kering lainnya dengan yang beda agama. Sebaliknya ketika Natal, yang Kristen/Katolik juga saling berbagi makanan khas Natal dan kumpul bersama.

Dari secuil realita itu menyentuh rasa toleransiku. Di tengah acara yang mayoritas Islam, ternyata tidak membuat non muslim merasa takut terdeskriminasi. Yang muncul hanyalah keramahan saling menerima, menyapa seperti selayaknya bergaul dengan sahabat.

Apalagi cara komunikasi kak Jennie ini lucu, ceria yang membuat pertemuan perdana semakin cair. Dan kak Jennie juga tak canggung untuk saling menyapa para peserta. Bahkan ada momen yang membuatku merinding juga.

Momen dimana ketika Kak Jennie menjelaskan rundown acara OCA ada satu perserta yang sangat menarik perhatian siapapun yang menyaksikan di layar zoom metting.

Terlihat di video itu seorang anak laki-laki yang duduk di atas kursi roda. Saat dia menyampaikan pertanyaanya, terdengar suara terbata-bata yang tidak jelas namun penuh semangat, terlihat tangan bergerak kaku, tapi aura wajahnya memancarkan kepercayaan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun