Mohon tunggu...
Iqbal Iftikar
Iqbal Iftikar Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Wannabe

Nothing was never anywhere

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tumpah Darah Kita, Indonesia

4 Mei 2020   15:24 Diperbarui: 4 Mei 2020   15:23 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tragedi Kreung Geukeuh 3 Mei 1999 (Twitter @andreasharsono)

Saya tidak salah tulis di paragraf sebelumnya. Saya benar-benar menyayangkan datangnya reformasi. Bukan karena saya anti-reformasi, tapi karena reformasi yang datang tidak benar-benar mereformasi Indonesia.

Setelah Soeharto turun dari kursi presiden, kita lupa bahwa kekuasaan Orde Baru sesungguhnya bukan berada di Istana. Representasi kekuasaan negara masih ada di barak-barak tentara, terutama di tempat yang jauh dari Jawa. Kekerasan demi kekerasan terjadi di fajar reformasi, seperti kejadian di Timor Timur serta Tragedi Kreung Geukeuh di Aceh.

Dua puluh tahun lebih berlalu sejak reformasi bergulir. Para pemimpin barak tentara di akhir Orde Baru dan awal reformasi kini sudah berpindah ke Istana. Dua puluh tahun lebih mereka memantapkan diri sebagai penguasa negeri ini. Dua puluh tahun lebih pula mereka tidak segan menumpahkan darah warga Indonesia demi kekuasaan dan kekayaan.

Pada akhirnya, setiap warga negara yang tidak punya kuasa hanya menunggu darahnya tumpah di tanah tumpah darahnya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun