Beberapa hari lalu, di grup Komunitas Postcrossing Indonesia, terpancing sebuah diskusi tentang kartu pos. Diskusi tersebut muncul sebab sebuah kartu pos dari Indonesia yang dikirimkan lewat situs Postcrossing menggelitik pikiran beberapa anggota komunitas. Kartu pos yang dimaksud adalah selembar kartu pos seharga 500 rupiah yang dicetak oleh Pos Indonesia. Biasanya, kartu pos itu dipakai untuk mengirim jawaban teka-teki silang (TTS) di koran Minggu.
Kartu pos tersebut tidak jelas mana bagian depan dan belakangnya karena di satu sisi adalah tempat menulis alamat (pengirim dan penerima, seperti gambar di atas) dan menempel prangko, sedangkan di sisi lainnya kosong melompong sebagai tempat menulis sesuatu. Entah jawaban kuis TTS atau pesan singkat untuk penerima.
Untungnya, si pengirim tidak lupa menulis dan menggambar sesuatu, walau seadanya dan semampunya, di sisi kosong kartu pos. Usut punya usut, pengirim ternyata berasal dari Cilacap dan baru memulai hobi berkirim kartu pos. Dari penelusuran saya, dia sudah mengirimkan 15 kartu pos. Merujuk pada gambar kartu pos yang diunggah penerima (3 penerima mengunggah gambar kartu pos tersebut), semuanya menerima kartu pos "TTS" dengan tulisan tangan dan gambar seadanya. Kebalikannya, dia sudah menerima 17 kartu pos dari penjuru dunia dengan gambar yang indah nan cantik.
Beberapa minggu silam, kejadian yang lebih parah terjadi. Kali ini berasal dari Surabaya dimana seorang anak SD mengirim surat, bukan kartu pos, melalui situs Postcrossing. Sontak sang penerima melaporkan kejadian tersebut di grup Postcrossing internasional sambil mempertanyakan "kartu pos" yang ia terima. Beberapa Postcrosser Indonesia melakukan pembelaan dan meminta penerima untuk maklum. Walau dalam surat yang dikirim pengirim meminta maaf karena tidak punya kartu pos, tetap saja tidak dibenarkan untuk mengirim benda selain kartu pos lewat situs Postcrossing.
Dua kejadian tersebut mendapat tanggapan dari anggota komunitas. Beberapa orang mengirimkan kartu pos gratis kepada yang bersangkutan dan mengajak mereka untuk ikut bergabung di komunitas. Saya sendiri, dengan segala keterbatasan yang ada, justru tertarik untuk melihat fenomena ini sebagai tanda makin sulitnya mencari kartu pos di Indonesia.
Hobi Kartu Pos: Sulit untuk Memulai
Pilihan yang ada bagi yang ingin memulai hobi kartu pos sebelum tahu di mana membeli kartu pos yang layak adalah kartu pos yang dijual di kantor pos. Walaupun Pos Indonesia mencetak kartu pos yang cantik, seperti bisa ditemukan di situs filateli, tapi sekali lagi kartu pos hanya tersedia di kantor pos besar yang memiliki loket filateli. Kantor pos lainnya biasanya masih memiliki stok kartu pos 'TTS' seharga 500 rupiah selembar.
Akhirnya, karena tidak ada pilihan lain, para newbie terpaksa memakai kartu pos tersebut untuk berkirim. Bagi yang memiliki modal lebih, mungkin akan membeli kartu pos secara daring atau pergi ke kota besar demi beberapa lembar kartu pos. Tapi bagi pendatang baru yang benar-benar buta tentang kartu pos dan kesulitan akses kartu pos, langkah pertama memulai hobi ini memang langkah paling sulit.
Kartu Pos di Indonesia
Bila ditelisik lebih dalam, saat ini kartu pos di Indonesia dapat dibagi ke dalam dua golongan: kartu pos yang dijajakan secara daring dan luring. Untuk yang dijual secara daring, cukup ketikan kata kunci "jual kartu pos online" di Google maka munculah lapak-lapak online yang menjualnya. Mayoritas penjual adalah pegiat kartu pos yang mengambil kesempatan dengan langkanya kartu pos di Indonesia. Namun, beberapa desainer juga ada yang menjual karyanya dalam bentuk kartu pos seperti yang dilakukan oleh tees.co.id.