Keberagaman prangko yang berpusat di kantor pos besar di suatu provinsi membuat prangko, terutama seri terbaru, menjadi lebih mahal untuk dimiliki jika kita menghitung biaya yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan satu keping prangko tersebut. Terutama untuk para kolektor atau pengguna yang tinggal di luar kota besar.
Namun, Pos Indonesia tidak semudah itu menghilangkan prangko dari peredaran. Demam Dilan 1990 yang mewabah di kalangan pemuda-pemudi Indonesia dijadikan momentum untuk mengkampanyekan prangko kembali. Pidi Baiq, penulis buku Dilan 1990 yang juga desainer beberapa seri prangko, mendesain prangko Prisma Dilan 1990. Bahkan, Pos Indonesia membuat alamat khusus bagi fans Dilan untuk berkirim surat kepada Dilan dan Milea.
Semoga saja prangko bisa menjadi pilihan masyarakat umum untuk kembali berkorespondensi. Karena dengan sekeping prangko, kita bisa memberikan kabar yang tidak bisa disampaikan oleh sentuhan jari di layar ponsel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H