Lini masa media sosial penuh dengan cercaan dan rundungan. Konflik antar masyarakat yang dipicu dengan hal-hal kecil. Kemana ukhuwwah bangsa Indonesia?
Budaya mencontek di segala lini masih terjadi. Ketidakmampuan mengelola sumber daya manusia yang berlimpah masih kerap terjadi. Kemana kemandirian negeri ini?
Menyantrikan Indonesia
Hari santri nasional bukan hanya milik santri. Hari santri nasional adalah milik seluruh rakyat Indonesia, karena jiwa santri adalah jiwa Indonesia. Jiwa penuh perjuangan untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik.
Indonesia tidak butuh santri, tapi Indonesia harus menyantrikan dirinya. Menanamkan jiwa-jiwa santri dalam setiap lapis kehidupan masyarakat Indonesia. Santri saja tidak mampu mengentaskan segala masalah yang dialami Indonesia. Hanya Indonesia sendiri yang bisa melepaskan diri dari masalah. Indonesia yang sudah “santri”
Harapan besar saya, Hari Santri Nasional agar menjadi momentum semua orang, tidak hanya santri, untuk menyantrikan diri, melihat diri kita sendiri, sudah santrikah kita? Semoga setiap tahunnya, hari santri tidak hanya diisi oleh kirab santri, lantunan shalawat Nariyah dan apel tahunan serta Pospenas.
Doa-doa kiai dan santri, yang jumlahnya sudah jutaan di Indonesia, siap mengantarkan Indonesia menjadi Rabbun Ghafuur. Kami hanya menunggu Indonesia untuk menjadi Baldatun Thoyyibah, sehingga suatu saat nanti Indonesia menjadi Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur.
Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H