Emosi yang dipendam sendiri atau emosi yang tidak tersalurkan lama kelamaan akan menumpuk, menjadi konflik batin yang sewaktu-waktu bisa meledak dan muncul dalam bentuk keluhan-keluhan fisik maupun psikologis. Menurut Sigmund Freud, "unexpressed emotions will never die, they are burried alive and will come forth later in uglier way". Dapat diartikan bahwa emosi yang tertahan atau tidak diekspresikan tidak akan pernah mati, mereka hanya "terkubur hidup-hidup" dan sewaktu-waktu bisa muncul dalam bentuk yang lebih berbahaya. Beberapa masalah psikologis yang bisa muncul akibat sering memendam emosi adalah sebagai berikut:
- Depresi, merupakan gangguan dimana penderitanya mengalami penurunan suasana hati. Depresi ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, atau rendah diri, gangguan tidur atau nafsu makan, perasaan Lelah, dan konsentrasi yang buruk (PNPPK, 2021). Â Bahkan untuk tahap yang parah, depresi dapat mengakibatkan bunuh diri. WHO menyatakan bahwa depresi berada pada urutan nomor 4 penyakit di dunia, dan diprediksikan akan menjadi masalah gangguan kesehatan yang utama.
- Kecemasan, penderita akan mengalami kecemasan atau kekhawatiran berlebihan terhadap hal-hal yang ada di kehidupannya dan tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol perasaan tersebut. Hal ini bisa berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Gejalanya dapat berupa kekhawatiran akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi, gelisah, sakit kepala, gemetar dan sulit untuk bersantai, berkeringat, sesak nafas, mulut kering, dll (PPDGJ-III dan DSM-5, 2013)
Selain kedua masalah psikologis di atas, masih banyak dampak lain dari memendam emosi seperti penurunan daya tahan tubuh. Lalu, apa yang perlu dilakukan agar tidak mengalami hal-hal tersebut?
Bagi yang sedang merasa tidak baik-baik saja:
- Self-care, kegiatan ini bisa kamu lakukan sendiri. Perlu untuk benar-benar mengenali emosi yang sedang dirasakan. Belajar untuk jujur dan menerima apapun perasaan itu. Berikan waktu untuk diri sendiri, cari tahu apa yang sedang dirasakan, apa penyebabnya, dan apa yang diinginkan saat ini.
- Bercerita kepada orang terdekat, ceritakan apa yang sedang kamu alami dan apa yang kamu rasakan. Baik itu kepada orang tua, saudara, teman, atau siapa pun yang kamu percayai dan merasa nyaman untuk bercerita.
- Mencari support group atau komunitas teman sebaya (peer group) untuk berbagi cerita dan saling mendukung.
- Journaling atau menulis diari tentang apa yang dialami dan dirasakan.
- Bisa juga mengekspresikan perasaan melalui seni (gambar, melukis, mewarnai, music, dll).
- Melakukan aktivitas yang disukai, misalnya jalan-jalan, menonton, mendengarkan music, olahraga dan aktivitas fisik lainnya.
- Jika hal-hal di atas belum efektif, segera mencari bantuan professional seperti psikolog atau psikiater
Bagi orang terdekat/ orang sekitar:
Berikan telinga untuk mereka yang membutuhkan seorang teman untuk bercerita. Mungkin bagi kita masalah yang dihadapi mereka tidak seberapa. Tapi mereka bukan kita. Mereka tidak setangguh kita. Masalah biasa buat kita, belum tentu biasa dan bisa mereka tanggung. Karena itu, jangan pernah menghakimi orang lain karena dia berbeda dari kita.
Seseorang menceritakan masalahnya kepada kita karena dia percaya bahwa kita bisa menjadi pendengar yang baik, dan tidak melulu karena mereka mengharapkan masukan atau saran kita. Namun, bisa juga karena butuh seseorang yang mau mendengar ceritanya.
Saat banyak beban pikiran, kehadiran seseorang yang mau menjadi pendengar yang baik sudah sangat membantu. Saat menceritakan masalah kepada orang yang dipercaya, kita akan merasa lega. Jadi, dengan menjadi pendengar yang baik tanpa respons menghakimi atau meremehkan, kita sudah sangat membantu. Setidaknya dia merasa tidak sendirian dan ada yang bisa memahaminya. Dengan menjadi pendengar yang baik, kita bisa menyelamatkan 1 nyawa. Salam sehat mental.
Daftar Pustaka
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V. Cetakan 2 -- Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya
IPK Indonesia (2021). Pedoman Nasional Pelayanan Psikologi Klinis edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit IPK Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H