Mohon tunggu...
Iffatul Fikriyah
Iffatul Fikriyah Mohon Tunggu... -

Psychology '13-UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Samudra Kajian Filsafat Manusia

11 Maret 2014   14:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:04 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap ilmu pasti memiliki objek sebagai fokus kajiannya. Begitu pun dengan filsafat manusia. Sebelum jauh kita membahas luasnya objek kajian filsafat manusia. Mari kita selami terlebih dahulu arti dan makna yang tersirat maupun yang tersurat di balik kata “filsafat manusia”.

Filsafat manusia merupakan bagian integral dan cabang dari sistem filsafat yang di dalamnya membahas tentang metode berpikir, kebebasan berpikir, analisis kritis bahasa dan pengertian yang berkenaan dengan esensi manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia akan dibahas dalam filsafat manusia secara bebas dan luas. Filsafat manusia bila ditinjau dari segi metodiknya memiliki kedudukan yang kurang lebih setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti filsafat sosial, kosmologi, etika, estetika, dan epistemologi. Tetapi bila ditinjau dari ontologisnya, filsafat manusia memiliki kedudukan yang sangatlah penting karena samudra kajiannya bermuara pada esensi (hakikat) manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dan paling luar biasa serta paling unik yang diciptakan oleh tuhan dengan keistimewaan yang berupa insting dan rasio, oleh karena itu, filsafat manusia yang memiliki objek kajian manusia memiliki posisi yang relatif sangat penting dibanding disiplin-disiplin ilmu yang lainnya karena yang dikaji adalah makhluk ciptaan tuhan yang setiap saat bisa berubah pemikiran, sikap, dan tingkat kejiwaannya.

Sebelum berlanjut, sedikit saya membahas tentang judul yang saya cantumkan di atas yaitu “samudra kajian filsafat manusia”. Mengapa saya memberi judul tersebut? Jawaban singkatnya adalah, karena samudra adalah lautan yang besar, bentuk raksasa dari lautan. Penjabaran dari jawaban tersebut adalah, objek yang dikaji oleh filsafat manusia ini adalah sesuatu yang raksasa yaitu manusia yang secara kasat mata ukuran fisiknya memang tidak raksasa, akan tetapi bila kita selami lebih dalam, ia sangatlah besar, luas, dalam dan begitu menakjubkan bagi setiap orang yang menyelaminya, sama seperti samudra, luas, dalam, dan sangatlah menakjubkan bila kita selami.

Zainal Abidin, di dalam bukunya yaitu “filsafat manusia memahami manusia melalui filsafat”, menjelaskan bahwa objek kajian filsafat manusia dilihat dari objek materialnya adalah gejala manusia. Bila kita setarakan dengan perumpamaan yang saya berikan tadi yaitu samudra, gejala manusia memang terbatas pada gejalanya, begitu pun samudra memiliki batas, namun pada hakikatnya, samudra tidak berujung dan bila kita kaji lebih dalam, keindahan dan semua hal yang ada di dalamnya sangatlah sulit untuk kita jabarkan esensinya, karena samudra itu sebuah lautan yang raksasa artinya sangat luas dan besar. Begitu pun dengan gejala manusia, secara harfi, kata gejala, memang terbatas, yaitu hanya gejala. Akan tetapi bila kita perhatikan, setiap hari apa yang manusia kerjakan tidak statis, itu bisa berubah setiap saat dan itu semua merupakan hal yang luas pembahasannya. Objek kajian filsafat manusia yang kedua yaitu ditinjau dari objek formal atau metodenya. Secara metodik, disiplin-disiplin ilmu selain filsafat memiliki metode yang empiris, yaitu mendapatkan ilmu pengetahuan melalui penelitian ilmiah yang bisa dikaji lebih lanjut di laboratorium. Akan tetapi, filsafat manusia tidaklah seperti itu, dia mendapatkan ilmu pengetahuan dari berbagai aspek yang bisa dirasionalkan dan dipikirkan. Setiap sesuatu yang dapat dipikirkan maka itu bisa dijadikan objek kajian filsafat. Aspek-aspek, dimensi-dimensi, dan nilai-nilai yang bersifat metafisis, spiritual, dam universal dari manusia, yang tidak bisa diobservasi dan diteliti serta diukur melalui metode-metode keilmuan, bisa menjadi objek kajian terpenting filsafat manusia. Filsafat manusia bersifat ekstensif (menyeluruh), bahwa filsafat manusia tidak hanya memikirkan dan membahas tentang salah satu unsur dari manusia melainkan segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan yang berkaitan dengannya, semuanya akan dikaji di dalamnya, intensif (mendalam), filsafat manusia, tidak dangkal dalam memikirkan dan mengkaji sesuatu, artinya, filsafat manusia akan membahas tuntas permasalahan objeknya hingga ke akar-akarnya, walaupun pada akhirnya akar dari objek tersebut menimbulkan kontrofersi dari berbagai pakar disiplin ilmu,dan kritis yaitu filsafat manusia tidak serta merta menerima suatu pengetahuan tanpa dipikirkan dan diselami esensinya, karena memang itulah filsafat, berpikir, mencari esensi dari objek kajiannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun