Mohon tunggu...
Iffatul Fikriyah
Iffatul Fikriyah Mohon Tunggu... -

Psychology '13-UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Esensi Manusia dalam Kaca Mata Eksistensialisme

7 April 2014   12:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar filsafat berarti belajar tentang esensi atau hakekat dari segala sesuatu yang ada. Dalam filsafat terdapat banyak aliran yang membicarakan tentang hakekat dari setiap makhluk di dunia ini, salah satunya adalah manusia. Manusia adalah makhluk hidup yang berakal yang paling istimewa karena diberi kesempurnaan luar biasa yang diciptakan oleh sang pencipta. Salah satu aliran-aliran tersebut adalah aliran eksistensialisme.

Manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak buta. Artinya, dalam diri manusia, terdapat keinginan yang sangat banyak yang tidak memandang aturan dan norma serta nilai-nilai kehidupan dan itulah kebebasan. Setiap individu berhak melakukan apa pun, menentukan apa pun untuk dirinya. Menurut Soren Aabye Kierkegaard, salah satu tokoh eksistensialisme, manusia memiliki kebebasan atas dirinya sendiri, ia bisa keluar dari batas-batas yang membatasi dirinya untuk mencari esensi dirinya yang sesungguhnya.

Istilah eksistensi berasal dari kata existensi (eks = keluar, sistere = ada atau berada). Jadi, eksistensi memiliki pengertian sebagai sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya atau sesuatu yang mampu melampaui dirinya sendiri, dan dalam kehidupan nyata tidak ada yang mampu melakukan itu kecuali makhluk yang sempurna, manusia. Menurut pengertian tersebut, sangat jelas bahwa aliran ini mempercayai bahwa esensi manusia adalah kebebasan.

Tokoh lain dari aliran ini, Jean Paul Sartre mengatakan bahwa “eksistensi mendahului esensi” yaitu segala hal baru dapat dimaknai ketika ia eksis atau ada terlebih dahulu. Eksistensi, sebagaimana yang dinyatakan oleh Sartre ialah hakekat dari manusia itu akan ada setelah manusia ada. Jika manusia tersebut belum tampak atau tercipta maka manusia tersebut tidak memiliki esensi.

Eksistensialisme Sartre ini menganggap bahwa bunuh diri yang dilakukan oleh manusia merupakan hal yang tidak tabu, hal itu biasa karena manusia memiliki kebebasan dalam menentukan hidupnya. Kapan ia akan meninggalkan dunia ini dan kapan ia akan tetap melanjutkan hidupnya, semua itu tergantung dari keinginan yang dimiliki manusia itu sendiri, karena bagi Sartre, tuhan itu tidak ada, sehingga manusia bebas menentukan tujuan hidupnya, dan jika manusia tidak mampu menentukannya, maka pilihan bunuh diri bisa saja jadi pilihan paling adil. Menurut aliran ini, manusia memiliki kebebasan yang tak ada batas.

Adapun kelebihan dari aliran ini adalah memberikan manusia rasa percaya diri tinggi dalam menemukan siapa dirinya yang sebenarnya tanpa memikirkan hal-hal yang dapat mempengaruhi pikirannya dalam menentukan jalan hidupnya. Namun, ada kelemahan yang membuat saya kurang sependapat dengan pernyataan aliran ini, bahwa manusia memiliki kebebasan yang seluas-luasnya hingga tidak memperdulikan mana yang benar dan mana yang salah, karena menurut aliran ini, kebenaran itu relatif. Manusia boleh saja bebas menentukan jalan hidupnya untuk mencari jati dirinya, akan tetapi jangan sampai mengabaikan nilai-nilai kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun