Buddha saranam gacchami, Dhamma saranam gacchami, sangha saranam gacchami
Dutiyampi buddha saranam gacchami, Dutiyampi dhamma saranam gacchami, Dutiyampi sangha saranam gacchami
Tatiyampi buddha saranam gacchami, Tatiyampi dhamma saranam gacchami, Tatiyampi sangha saranam gacchami
Doa Tiratana yang mengagungkan kebesaran Buddha, Dhamma dan Sangha menggaung dengan syahdu di Mahavihara Buddha Manggala Balikpapan. Dengan suasana yang khidmad, lantunan doa-doa yang diucapkan oleh para Bhante dalam bahasa Pali diikuti oleh umat Buddhis lainnya yang menghadiri acara Puja Bhakti pada perayaan Hari Raya Trisuci Waisak di Vihara yang bernaung di bawah Sangha Theravada Indonesia ini.
Perayaan Hari Raya Trisuci Waisak ini masih terngiang walaupun sudah berlalu 2 tahun yang silam. Pada saat itu belum ada pembatasan orang-orang untuk berkumpul dan protokol kesehatan pun belum dilaksanakan seperti saat sekarang ini.Â
Semua kegiatan berjalan dengan normal tanpa harus memakai masker dan dihadiri cukup banyak oleh umat Buddhis yang berdomisili di Kota Balikpapan.
Upacara perayaan Hari Raya Trisuci Waisak masih terasa sangat ramai pada kala itu, baik yang dipusatkan di Candi Borobudur dan Candi Mendut maupun di vihara-vihara yang tersebar di seluruh Indonesia lainnya. Umat Buddhis terlihat begitu antusias setiap kali menyambut perayaan Waisak.
Bahkan sebulan sebelum hari raya Waisak sudah dimulai dengan berbagai acara keagamaan. Tiap malam para umat Buddhis menghadiri acara yang dinamakan dengan Sebulan Pendalaman Dhamma atau disingkat dengan SPD, untuk mendengarkan Dhammadesana yang disampaikan oleh para Bhante maupun para Samanera atau Pandita agama Buddha.
Tujuan penyelenggaraan Sebulan Pendalaman Dhamma ini dimaksudkan untuk meningkatkan dan memperkuat keyakinan akan ajaran Guru Agung Sang Buddha. Selain itu juga bertujuan untuk menciptakan ketenangan batin melalui latihan meditasi dan melakukan berbagai kebajikan melalui berdana.
Puncak kemeriahan perayaan Trisuci Waisak biasanya ditandai dengan peringatan detik-detik Waisak yang diikuti dengan penyalaan lilin teratai atau pelita kemudian berjalan mengelilingi Buddha Rupang yang berdiri setinggi 5 meter di pelataran depan Mahavihara Buddha Manggala sebanyak tiga kali.
Lalu berakhir dengan meletakkan pelita di atas kolam bundar di depan Buddha Rupang tersebut. Kerlap-kerlip cahaya lilin teratai yang berjalan di atas air kolam terlihat sangat cantik sekali menambah semaraknya perayaan Waisak.