Mohon tunggu...
Iffat Mochtar
Iffat Mochtar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Profesional - Wiraswasta

Country Manager di sebuah Perusahaan Swasta Asing yang bergerak di sektor Pertambangan. Berdomisili di kota minyak Balikpapan, Kalimantan Timur. Memiliki banyak ketertarikan di bidang marketing, traveling, kuliner, membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona Malam di Kota Shanghai

6 November 2020   14:02 Diperbarui: 7 November 2020   08:34 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Malam Hari di Yuyuan Garden| Dokumentasi pribadi

Shanghai, kota yang menyuguhkan berjuta pesona, memberikan semangat kepada semua orang yang berada di sana. Kota yang terus menggeliat tanpa henti sepanjang siang dan malam.

Jauh-jauh hari sebelum berangkat ke kota Shanghai, salah satu impian yang saya tulis di dreambook (wishlist) saya adalah mengunjungi kota Shanghai, lengkap dengan tempelan foto pemandangan kota Shanghai yang berlatar belakang gedung-gedung pencakar langitnya yang berada di sekitar Pudong Century Avenue dimana salah satu bangunan ikoniknya yaitu Oriental Pearl Tower. 

Entah kenapa begitu melihat foto kota Shanghai tersebut saya langsung tertarik untuk meng-explore lebih jauh melalui Youtube maupun Google. 

Seperti biasanya sebelum berangkat ke suatu tempat saya selalu mencari informasi terlebih dahulu mengenai tempat yang akan dituju, mulai dari spot-spot wisata, bangunan ikonik, hotel yang terdekat dengan pusat perbelanjaan, sistem transportasi, tempat kuliner dan lain sebagainya. 

Begitu juga dengan tujuan ke kota Shanghai ini, hal ini agar saya bisa menentukan berapa budget yang akan dikeluarkan selama perjalanan di sana. 

Yang saya pernah dengar dan baca dari beberapa sumber informasi yang sudah pernah berkunjung ke sana bahwa Shanghai ini termasuk salah satu kota termahal, mulai dari biaya akomodasi, transportasi maupun untuk urusan berbelanja.

Shanghai merupakan pusat perdagangan dan keuangan yang terbesar di China yang memiliki populasi penduduk sekitar 30 juta jiwa, kota yang sangat ramai yang memamerkan berbagai keajaiban dan kemewahan arsitektur bangunan mulai dari arsitektur klasik Tiongkok sampai dengan arsitektur modern bergaya Barat, banyak dijumpai di sepanjang jalan di depan The Bund dekat sungai Huangpu. 

Sementara bangunan-bangunan klasik Tiongkok yang sudah berdiri sejak ratusan tahun silam dengan ukiran dan lampu warna-warni yang sangat indah bisa kita jumpai di sekitar Yuyuan Garden yang juga tidak terlalu jauh dari The Bund.

Perjalanan Dari Bandara Pudong Menuju Kota Wuxi

Pada bulan November tahun 2019 sebelum merebaknya wabah Covid-19, saya bersama 2 orang rekan kantor saya berkesempatan untuk memenuhi undangan dari salah satu pabrik di kota Wuxi di Provinsi Jiangsu, 180 km ke arah Barat Laut Kota Shanghai. 

Untuk mencapai kota Wuxi, kami harus terbang ke Kota Shanghai terlebih dahulu kemudian baru dilanjutkan melalui perjalanan darat yang pada saat itu kami dijemput oleh seorang sopir yang ditugaskan oleh pabrik untuk menjemput kami di bandara Pudong International Airport. 

Kami tiba di Bandara Pudong sudah sekitar pukul 10;30 malam dengan menggunakan pesawat Singapore Airline yang terbang dari Singapura. 

Dari Bandara Pudong kemudian kami langsung dibawa oleh sopir ke kota Wuxi melewati jalan tol dengan kecepatan rata-rata hanya sekitar 80 km per jam sehingga memakan waktu tempuh sedikit agak lama yaitu hampir sekitar 2,5 jam perjalanan. 

Mungkin karena merasa kelelahan kedua rekan saya terlelap tidur di sepanjang perjalanan. Kami tiba di Sheraton Wuxi Binhu Hotel sekitar pukul 1 dini hari dimana pada saat itu udara terasa sangat dingin sehingga membuat kami semua merasa menggigil gemetaran karena tidak terbiasa dengan suhu dingin.

Di kota Wuxi kami hanya bermalam selama 3 malam dan selama di sana, kami hanya berkunjung ke pabrik saja untuk melihat produksi dan meeting dengan tim pabrik membahas mengenai proses produksi dan supply chain serta implementasi ERP system yang rencananya dalam waktu dekat juga akan diimplementasikan di perusahaan kami di Indonesia.

Kembali ke Kota Shanghai dengan Bullet Train

Setelah selesai acara kami di Wuxi selanjutnya kami kembali ke kota Shanghai dengan menaiki kereta cepat atau bullet train dari stasiun Wuxi ke Shanghai dan berhenti di Stasiun Hongqiao dekat Bandara International Hongqiao.

Setelah itu kami harus berganti kereta menggunakan Shanghai Metro atau subway menuju stasiun terdekat dengan hotel kami menginap di Ibis Hotel Yu Garden atau Yuyuan Garden. Dari stasiun kereta kami cukup jalan kaki sambil menarik koper bawaan kami menuju hotel yang hanya memakan waktu sekitar 15 menit saja.

Setelah check-in di hotel Ibis kemudian kami sempatkan untuk beristirahat selama 1 jam di kamar untuk memulihkan tenaga kami yang hilang selama perjalanan dari Wuxi ke Shanghai sekalian untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk menikmati petualangan malam kami di kota Shanghai.

Suasana Malam di Yuyuan Garden & The Bund

Dari hotel, kami cukup berjalan kaki menuju Yuyuan Garden yang letaknya tidak terlalu jauh di belakang hotel kami menginap berjarak hanya sekitar 50 meter saja. 

Jangan membayangkan Yuyuan Garden hanya sebuah taman tempat orang duduk bersantai. Yuyuan Garden ini sangat berbeda dengan taman-taman lainnya. 

Yuyuan Garden adalah taman di Cina yang cukup luas yang terletak di samping Kuil Dewa Kota (City God Temple) di timur laut Kota Tua Shanghai (Old Shanghai Town) di Huangpu. 

Di sini ramai sekali apalagi pada malam hari, banyak berdiri bangunan-bangunan berarsitektur klasik Tiongkok dengan warna-warni lampu hias dan lampu sorot disertai dengan taman kolam ikan dengan air yang mengalir jernih yang ditimpa oleh warna-warni sinar lampu sehingga menimbulkan kesan yang sangat gemerlap. 

Di bangunan-bangunan klasik tersebut banyak yang berjualan berbagai jenis makanan maupun pernak-pernik souvenir sehingga suasananya menjadi sangat ramai. Malam itu kami mencoba membeli beberapa jenis makanan seperti dimsum dan mie kuah khas Shanghai yang katanya enak, sambil sesekali kami berfoto di sekitar Yuyuan Garden ini.

Suasana Malam Hari di Yuyuan Garden| Dokumentasi pribadi
Suasana Malam Hari di Yuyuan Garden| Dokumentasi pribadi
Setelah merasa puas menikmati suasana malam di Yuyuan Garden, kami pun terus berjalan menuju The Bund yang berjarak sekitar 1 km dari Yuyuan Garden. 

Di sepanjang sungai Huangpu banyak kapal-kapal wisata berseliweran yang membawa para wisatawan untuk menikmati suasana malam dengan berlatar gedung-gedung pencakar langit yang dihiasi dengan berbagai lampu sorot warna-warni.

Suasana di sepanjang The Bund sangat ramai orang berlalu lalang sambil berfoto ria, sama halnya dengan apa yang kami lakukan. Tanpa merasa lelah kami terus berjalan menyusuri The Bund hingga berkilo-kilo meter dan sampai ke suatu jalan yang terkenal dengan pusat perbelanjaannya yaitu Nanjing Road. 

Pedestrian di Nanjing Road ini ukurannya cukup lebar dan memang dipersiapkan hanya untuk para pejalan kaki sehingga orang-orang yang berjalan lalu lalang di sana tidak perlu merasa khawatir akan terserempet dengan kendaraan bermotor, kelihatannya cukup aman dan nyaman. 

Kami sangat menikmati berjalan di sini hingga akhirnya kaki kami sudah mulai terasa pegal-pegal dan tidak kuat lagi untuk diajak berjalan apalagi untuk kembali pulang ke hotel dengan berjalan kaki. Kami pun memutuskan untuk memberhentikan taksi untuk mangantar kami bertiga kembali ke hotel untuk beristirahat.

Saya masih teringat 2 tahun sebelumnya ketika saya mengunjungi kota Shanghai dan kebetulan waktu itu saya menginap persis di jalan dekat Nanjing Road ini tepatnya di hotel Charms di Jiujiang Road.

Pada waktu itu saya sempat bertemu dengan teman SMA saya dulu yang kebetulan dia tinggal di kota Shanghai mengikuti suaminya seorang expart Australia yang bertugas di Shanghai. 

Kami sudah janjian sebelumnya melalui percakapan WhatsApp untuk bertemu di sini dan pada saat itu dia datang menemui saya di lobby hotel tempat saya menginap. 

Tidak jauh di belakang hotel Charms ini terdapat deretan rumah-rumah makan halal food dan sayapun waktu itu sempat menikmati makan siang bersamanya di salah satu rumah makan halal food di situ.

Berpose Di Nanjing Road Shanghai| Dokumentasi pribadi
Berpose Di Nanjing Road Shanghai| Dokumentasi pribadi
City Tour di Pudong Century Avenue

Untuk memudahkan kami menikmati sudut-sudut kota Shanghai kami pun menggunakan jasa Shanghai One Day Tour untuk membawa kami ke tempat-tempat yang ingin kami tuju. 

Biaya One Day Tour untuk kami bertiga sekitar RMB 4,500 atau sekitar 9 juta rupiah sudah termasuk tiket masuk ke Oriental Pearl Tower, Shanghai World Financial Center (SWFC) Tower dan tiket Boat Tour di Sungai Huangpu pada malam harinya.

Sekitar pukul 08:00 pagi kami dijemput di depan hotel kami menginap kemudian kami berkenalan dengan Tour Guide yang akan membawa kami keliling kota Shanghai. Mobil tour membawa kami langsung menuju sungai Huangpu dan memasuki tunnel di bawah sungai Huangpu menuju Pudong Century Avenue.

Sungai Huangpu Membelah Kota Shanghai| Dokumentasi pribadi
Sungai Huangpu Membelah Kota Shanghai| Dokumentasi pribadi
Menaiki Oriental Pearl Tower

Tujuan pertama yang kami kunjungi adalah Oriental Pearl Tower, di sini kami ingin masuk menara yang menjadi landmark kota Shanghai. Oriental Pearl Tower ini merupakan salah satu dari beberapa menara yang tertinggi di dunia dengan ketinggian 468 meter. 

Sebelum masuk kami sempatkan untuk foto-foto di bawah sekitar menara yang menampakkan pemandangan kota Shanghai di pagi hari. Kami pun menyempatkan untuk membeli kopi di Starbucks di dekat menara sebelum memasuki Tower. 

Dengan menggunakan lift kami diajak oleh tour guide untuk naik hingga mencapai observation deck di ketinggian 267 meter untuk kami bisa melihat kota Shanghai dari atas tower. 

Observation deck ini berbentuk bulat dan di sekelilingnya diberi kaca transparan termasuk di lantainya sehingga kita bisa dengan leluasa melihat pemandangan kota Shanghai yang dibelah oleh sungai Huangpu dengan sangat indah. 

Jika tidak merasa takut dengan ketinggian Anda bisa berjalan-jalan atau berlari di atas lantai transparan atau Anda bisa duduk berfoto dengan pemandangan gedung-gedung di bawah kaki Anda yang nanti akan terlihat cukup ekstrem.

Di dalam Oriental Pearl Tower ini kita juga bisa menyaksikan film diorama mengenai kota Shanghai mulai dari awal berdirinya hingga kota Shanghai pada 50 tahun ke depan. 

Kita cukup berdiri di atas lantai yang berputar secara otomatis yang akan membawa kita untuk melihat film diorama yang dilengkapi dengan teknologi sound system yang sangat bagus sehingga kita merasa seolah-olah berada di tengah-tengah kondisi seperti yang ada di film tersebut. 

Tanpa terasa kami sudah berada di dalam menara ini hampir sekitar 2 jam sehingga kami memutuskan untuk segera turun dan melanjutkan ke tujuan berikutnya yakni menaiki bangunan pencakar langit lainnya yang lebih tinggi lagi yaitu Shanghai World Financial Center Tower (SWFC).

Shanghai World Financial Center Tower

Mobil yang akan membawa kami ke SWFC sudah siap menunggu di depan Oriental Pearl Tower. Namun karena waktunya sudah mendekati pukul 12 siang maka kami putuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum naik ke SWFC Observation Deck. 

Kami makan di sebuah restoran halal food bernuansa Timur Tengah yang berada di dalam shopping mall SWFC, dimana para pelayannya kebanyakan para wanita muslim Cina yang berwajah cantik-cantik berhidung mancung sambil menunjukkan atraksi tarian di depan pengunjung restoran. 

Wanita-wanita cantik yang meliuk-liukan tubuhnya ini sepertinya didatangkan dari provinsi Xinjiang yang terkenal dengan wanita-wanita cantik blasteran Timur Tengah, Eropa, dan Asia. 

Xinjiang merupakan provinsi paling Barat di Tiongkok yang berbatasan langsung dengan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Kazakhstan, Kirgistan serta Tajikistan.

Setelah perut terasa kenyang, kamipun meneruskan lagi petualangan berikutnya dengan menaiki gedung tertinggi kedua di kota Shanghai yaitu Shanghai World Financial Center dengan ketinggian 492 meter. 

Gedung SWFC ini katanya mirip seperti pembuka tutup botol dimana di bagian atasnya di antara lantai ke 97 dan lantai ke 100 ada bagian yang terbuka berbentuk persegi yang dijadikan sebagai observation deck bagi para wisatawan yang ingin melihat kota Shanghai dari ketinggian 474 meter.  

Berbelanja di Xinyang Fashion and Gift Market

Perjalanan berikutnya adalah berbelanja souvenir ke pasar Xinyang Fashion and Gift Market yang terkenal dengan barang-barang "Fake Branded" dengan harga yang murah tetapi kualitasnya yang lumayan bagus. 

Di pasar ini kita harus pandai menawarkannya bukan hanya setengah harga dari harga yang ditawarkan oleh penjualnya tapi jika kita agak sedikit bersabar dengan membandingkan harga di beberapa toko lainnya dan agak sedikit ngotot untuk menawarnya maka kita bisa mendapatkan dengan harga yang sangat murah di bawah 50% dari harga yang ditawarkan di awal. Mirip-miriplah dengan berbelanja di Pasar ITC Mangga Dua atau di Pasar Tanah Abang. 

Intinya jangan mudah langsung tertarik dengan harga barang yang ditawarkan karena bisa jadi nanti kita akan menyesal kalau di tempat lain ada yang menjual dengan harga yang lebih murah. 

Di Pasar Xinyang ini kami membeli beberapa tas yang bermerek "gadungan" dengan harga murah dan kualitas yang bagus. Jika budget perjalanan Anda tidak terlalu besar maka Pasar Xinyang Fashion and Gift Market ini bisa dijadikan salah satu tujuan berbelanja Anda di kota Shanghai.

Boat Tour di Sungai Huangpu

Waktu berjalan begitu cepat tanpa terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan kami harus segera buru-buru untuk menuju The Bund kembali karena kami masih ada satu destinasi lagi yaitu Boat Tour di Sungai Huangpu pada malam hari. 

Acara terakhir inilah yang kami tunggu-tunggu karena dari atas kapal kita bisa menyaksikan keindahan pemandangan gedung-gedung bertingkat dengan gemerlap warna-warni lampu sorot yang mengeluarkan tulisan dan berbagai bentuk gambar-gambar dekorasi yang sangat menarik. 

Kami memasuki kapal sekitar pukul 6 sore dan cukup banyak wisatawan yang ikut serta menaiki kapal pada saat itu. Tiba di kapal kita bisa memilih mau berada di lantai bawah atau di atas karena kapal tersebut cukup besar terdiri dari 3 lantai atau kita juga bisa memilih mau berada di dalam ataupun di luar ruangan. 

Pertama kami memilih untuk naik ke lantai 2 yang berada di luar ruangan supaya bisa leluasa melihat pemandangan malam hari dari atas kapal yang menyusuri sungai Huangpu ini. 

Tak henti-hentinya kami mengagumi keindahan kota Shanghai yang kami saksikan langsung pada malam itu, sepertinya rasa penat karena seharian kami berjalan kaki hilang seketika. 

Kami mengabadikan banyak foto-foto indah sebagai bukti kenang-kenangan kami di kota Shanghai yang bisa dilihat-lihat lagi suatu saat nanti. 

Sekitar 1 jam kami menikmati keindahan malam di atas kapal dan tibalah saatnya kami harus kembali lagi ke hotel untuk beristirahat karena keesokan harinya kami harus siap-siap untuk terbang kembali ke Jakarta.

Boat Tour Di Sungai Huangpu| Dokumentasi pribadi
Boat Tour Di Sungai Huangpu| Dokumentasi pribadi
Menaiki Kereta Cepat Maglev ke Bandara Pudong

Pukul 9 pagi kami sudah harus bersiap-siap untuk berangkat menuju Bandara International Pudong yang berjarak sekitar 46 km dari Kota Shanghai. Walaupun jadwal penerbangan kami dari Shanghai ke Jakarta pada sore harinya sekitar pukul 5 sore dengan menggunakan maskapai China Southern, tapi setidaknya kami tidak perlu terlalu buru-buru karena masih memiliki waktu yang agak panjang.  

Kami memilih menggunakan Shanghai Metro atau MRT berangkat dari Shanghai Metro Station di dekat The Bund menuju Longyang Railway Station. 

Kami berhenti di Longyang untuk makan terlebih dahulu di dekat stasiun tersebut. Di situ ada semacam foodcourt yang menjual berbagai jenis makanan secara buffet dan kita bisa memilih apa yang ingin kita makan, harganya juga tidak terlalu mahal. 

Rencananya dari Stasiun Longyang ini kami akan mencoba naik kereta cepat menuju Pudong International Airport. Kereta cepat berteknologi Magnetically Levitated atau Maglev yang berkecepatan sekitar 430 km per jam ini bisa mencapai bandara Pudong hanya sekitar 10 menit saja dari Stasiun Longyang.  

Tiba di Bandara International Pudong kami masih punya waktu untuk berbelanja makanan ringan sebelum memasuki ruangan check-in di dalam bandara. Bandara Pudong ini merupakan bandara terbesar di Shanghai sehingga agak sedikit membingungkan bagi kami untuk mencari gerbang keberangkatan pesawat yang  akan menerbangkan kami ke Jakarta, terpaksa saya harus bertanya ke petugas bandara dimana letak pintu gerbang keberangkatan tersebut. 

Sebenarnya tidak terlalu sulit jika kita mengikuti petunjuk arah yang sudah disediakan di dalam bandara karena sudah cukup informatif, hanya karena ini adalah pertama kali bagi kami yang berangkat dari Bandara International Pudong jadinya agak sedikit membingungkan.

Dua tahun sebelumnya saya pernah berangkat dari Shanghai tetapi tidak melalui Bandara International Pudong melainkan melalui Bandara International Hongqiao menuju Hongkong untuk transit ke Jakarta.

Untuk proses check-in dan proses pemeriksaan imigrasi di Bandara International Pudong ini cukup cepat dan semua berjalan dengan lancar. Hingga malam harinya sekitar pukul 22;45, akhirnya kamipun tiba kembali ke Jakarta. Perjalanan cukup melelahkan sekaligus menyenangkan.

Sampai jumpa di perjalanan saya berikutnya! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun