Sebuah lelucon yang tidak lucu dan cenderung menyakitkan :
Hidup di antara serigala-serigala buas yang kelaparan
Dengan mata nanar yang terus menyeringai tanpa henti
Menggeram menakuti seluruh penghuni rimba
Seolah hendak menerkam siapapun yang tak berdaya
Untuk menjadi mangsa yang sia-sia
Hidup diantara serigala rakus selalu dihantui ketakutan
Harus punya banyak cara untuk bersembunyi dan menghindar
Karena mereka tidak mengenal aturan rimba
Tak terkecuali domba hingga naga
Mereka harus dimusnah dari rimba
Oleh serigala yang tak mengenal peradaban
Banyak jiwa-jiwa kerdil yang bersembunyi di balik batu
Berlindung diantara serigala dengan bulu serigala
Untuk mencari selamat atas diri sendiri
Seraya ikut memberi makan serigala rakus
Agar tidak ikut dimangsa sia-sia
Hidup di rimba belantara
Norma dan integritas bukan lagi jadi acuan
Realitas dan rasionalitas dikesampingkan
Kepentingan mayoritas yang membabi buta lebih baik dibela
Untuk menjaga stabilitas di hutan rimba
Kalau tidak mau ikut dimangsa sia-sia
Wahai serigala-serigala yang rakus!
Jangan kamu berpikir semakin banyak kamu beranak pinak
Dunia rimba akan menjadi milikmu saja?
Mungkin kamu tidak pernah mengira
Jika suatu saat nanti semakin banyak kawananmu
Maka kamu akan memangsa sesamamu
Saling berebut makan dan berebut kuasa
Dan kamu akan terus hidup di rimba yang gelap gulita
Hidup di dunia yang tidak mengenal peradaban
Dengan hukum rimba yang akan menjerat lehermu.
Hidup di rimba belantara
Seperti sebuah lelucon yang tidak lucu
Dan cenderung menyakitkan!
Iffat Mochtar
22 Oktober 2020
Di tengah kondisi yang carut marut
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H