Kartu Indonesia Pintar atau yang dikenal sebagai KIP adalah sebuah program bantuan sosial dari pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk memberikan dukungan pendidikan kepada mahasiswa dari keluarga miskin atau kurang mampu. Program ini diluncurkan dengan tujuan meningkatkan akses dan peluang pendidikan bagi anak-anak yang berasal dari latar belakang kurang mampu.
Melalui program KIP, para mahasiswa penerima mendapatkan kartu atau nomor unik yang digunakan sebagai identifikasi penerima manfaat. Kartu ini memungkinkan mereka menerima bantuan berupa tunjangan atau subsidi untuk membantu biaya pendidikan.
Target penerima KIP Kuliah yang salah sasaran tentunya terjadi bukan tanpa sebab. Terdapat berbagai faktor penyebab yang mengakibatkan target penerima program ini kurang tepat sasaran. Penyebab utamanya adalah dari proses seleksi yang kurang optimal. Meskipun proses seleksi sudah berbasis pada sistem, tetapi data-data yang diinput oleh calon peserta dapat dipalsukan atau peserta menggunakan data yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Seperti penghasilan orangtua, dapat dengan mudah dipalsukan oleh sebagian calon peserta dengan membuat data palsu seolah-olah kondisi ekonomi calon peserta tersebut kurang memadai. Bisa juga dengan membuat dokumen pendukung yang dibuat di kantor desa dengan bantuan orang dalam. Oleh karena itu, proses seleksi KIP Kuliah bisa dinilai kurang optimal karena masih terdapat target penerima yang salah sasaran.
Terlebih lagi, kuota penerimaan program ini sudah ditentukan oleh masing-masing perguruan tinggi yang pastinya berbeda dengan perguruan tinggi lain. Mahasiswa yang membutuhkan program KIP Kuliah harus bersaing dengan peserta lain mengingat terbatasnya kuota peserta. Kondisi ini sangat memberatkan jika misalnya mahasiswa yang benar-benar membutuhkan tidak lulus hasil seleksi penerimaan.
Mereka yang sudah berharap mendapatkan bantuan ini pasti merasa kecewa dengan hasil yang didapatkan, karena mereka beranggapan dengan kondisi ekonomi yang kurang memadai dapat menjadi peluang untuk mendapatkan program tersebut. Tetapi, mereka kalah saing dengan peserta lain yang memalsukan dokumen persyaratan dengan melebih-lebihkan hingga terkesan sangat membutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H