Mohon tunggu...
KKN RDR 131 UIN WS
KKN RDR 131 UIN WS Mohon Tunggu... Mahasiswa - خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pilih Tema Strategi Penguatan dalam Memahami dan Mengamalkan Agama di Era Pandemi, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Sukses Adakan Webinar Moderasi Beragama

2 November 2021   15:53 Diperbarui: 3 November 2021   09:32 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Yang pertama; Aspek ketika bergaul dengan orang yang pertama kali dikenal atau belum terlalu akrab dengan kita. Maka kita menggunakan dalil QS. An-Nahl: 125

...اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

Maksudnya adalah ketika kita bergaul dengan orang yang belum dikenal, maka kita gunakan konsep "bil hikmati wal mauidhotil hasanah" yaitu dengan keramahan, dan apabila ada kesalahan sedikit maka kita beri nasihat.

Yang kedua; Aspek ketika bergaul dengan orang atau lingkungan yang sudah dikenal namun belum terlalu akrab, misalnya sedesa atau se-oraganisasi. Maka kita gunakan konsep "fastabiqul khoirot" atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Artinya jika kita sudah satu organisasi, maka kita hanya fokus mengejar kebaikan dan tidak boleh mencari-cari kesalahan.

Yang ketiga; Aspek ketika bergaul dengan orang yang sudah akrab sekali, misal dalam lingkup keluarga atau persahabatan. Maka kita dapat menggunakan istilah yg diambil dari hadits yang berbunyi قُلِ الْحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا (yang artinya sampaikanlah kebaikan walaupun itu p ahit). Apabila kita mengetahui salah satu keluarga salah, maka kita wajib menegurnya.

Yang keempat; Aspek bergaul dengan pasangan yang sudah halal. Ini merupakan level pergaulan yang paling puncak atau akhir. Apabila sudah berada di level ini, maka sudah tidak memakai konsep yang di atas, karena masing-masing sudah mengetahui hak dan kewajibannya." Ucap pemateri menjelaskan.

dokpri
dokpri

Setelah selesai menyampaikan materi, tibalah sesi tanya jawab. Ada banyak peserta yang antusias ingin bertanya, salah satunya yaitu Luklay al-Ghiffary dari IAIN Kediri. Ia menanyakan bagaimana strategi kita dalam menguatkan pemahaman dan mengamalkan agama dalam moderasi beragama.

Pemateri langsung menjelaskan, "yaitu dengan Open mind atau berpikir terbuka dalam menerima pemikiran-pemikiran yang lain, membuka pikiran seluas-luasnya, mengolah lagi kecerdasan spiritual dan intelektual, belajar kepada kyai-kyai. Karena memahami agama itu tidak instan, tentu membutuhkan proses yaitu belajar."

Beberapa pertanyaan telah habis dijawab oleh pemateri. Acara ini ditutup oleh moderator dengan membaca Hamdalah, kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama sebagai dokumentasi bahwa Webinar Moderasi Beragama sudah selesai dilaksanakan. . 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun