Pada tahun 1099 Masehi, Pasukan Salib menyerbu kota al-Quds, mengepung, mendudukinya, serta membantai laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Panglima Salib Raymonf memasuki pelataran Masjidil Aqsha di antara mayat-mayat yang berserakan dan darah yang mengalir. Al Quds jatuh di bawah pendudukan Tentara Salib selama hampir 90 tahun.  Atas izin Allah,  Shalahuddin al-Ayyubi membawa kemenangan besar dengan pembebasan Masjid Al-Aqsha  pada tanggal 27 Rajab 583 H./ 2 Oktober 1187 M. Bulan Rajab adalah bulan kemenangan dalam pembebasan Masjid Al-Aqsha. Kemenangan pertama pada peristiwa isra', kemudian Umar menaklukkannya setelah enam belas tahun, dan Shalahuddin membebaskannya dari tentara salib pada bulan yang sama.
3. Akan Kembali Dibebaskan oleh Umat Islam
Menyadarkan umat Islam pada posisi Al Quds sebagai kemuliaan Islam akan menghasilkan kekuatan baru yang mampu membebaskan kembali Palestina. Apalagi bila menengok sejarah kekuatan umat Islam dalam menjalankan tanggung jawab agamanya dan keindahan ukhuwah islamiyah yang sudah berulang ditunjukkan dalam sejarah ketika malapetaka menimpa sebagian umat Islam. Kesadaran itulah yang harus segera kita wujudkan bersama.
Sejak awal,  pendudukan  Palestina oleh kaum Zionis Israel telah sangat nyata  menunjukkan sejauhmana keterlibatan, dukungan dan rancangan negara-negara Eropa dan AS di dalamnya.Â
- 2 November 1917 Menlu Inggris Arthur Balfour menegaskan dukungan resmi pemerintah Inggris untuk pendirian negara bagi orang-orang Yahudi di tanah Palestina yang ada dalam wilayah khilafah Utsmani. Ini sebagaimana surat Balfour pada Rothschild pemimpin komunitas Yahudi. Surat berisi 67 kata itu kemudian fenomenal dikenal sebagai Deklarasi Balfour.  Lebih gamblang  bisa dilihat dalam buku karya Jonathan Schneer  The Balfour Declaration: The Origins of the Arab-Israeli Conflict.  Hingga hari ini posisi Inggris tidak berubah. Meski mendapat banyak kecaman, Theresa May malah merayakan 100 tahun Deklarasi Balfour dengan mengundang makan malam PM Israel Netanyahu.
- 14 Mei 1948 negara Zionis Israel pun berdiri, dengan dukungan penuh AS. sebelumnya PBB sudah membuka jalan dengan membagi Palestina menjadi dua wilayah (29/11/1947). Berdasarkan pembagian dari PBB, orang-orang Yahudi menguasai lebih dari separuh wilayah Palestina, meski jumlahnya mereka hanya setengah dari jumlah penduduk Palestina. Ratusan ribu penduduk Palestina terusir.
- 5- 10 Juni 1967, dikenal dengan perang 6 hari , Â Israel mencaplok wilayah Palestina yang tersisa. Wilayah itu mencakup Tepi Barat, Yerussalem bagian timur, Jalur Gaza, juga Dataran Tinggi Golan di Suriah dan Semenanjung Sinai di Mesir. Â Perang abal-abal Arab-Israel ini juga nyata didukung penuh oleh AS.
Nur Arafeh, analis Al Shabaka yang menjadi lembaga think-tank Palestina, berkata pada Al Jazeera, "Saya tidak melihat kemungkinan Israel menarik diri dari wilayah-wilayah pendudukan dan mengakhiri usaha pemukim-kolonialnya, selama ia menikmati budaya impunitas dan tidak pernah diperhitungkan oleh masyarakat internasional untuk beragam kasus pelanggaran hukum internasional dan hak asasi manusia"
Semua kegagalan untuk menghentikan kejahatan Israel dan mengusirnya dari wilayah pendudukan berporos pada lemahnya kekuatan dunia Islam. Tidak ada persatuan yang menghadirkan komando tunggal dalam menyikapi setiap tindakan Israel. Juga tidak mampu terkumpul sumberdaya dunia Islam  yang memadai baik berupa strategi unggul, senjata setara dan pasukan sebanding dengan kekuatan musuh. Umat Islam perlu satu kepemimpinan politik untuk mewujudkan semua itu.
Lebih buruk lagi,  pemimpin dari dunia Islam dan faksi-faksi di Palestina sendiri masih menggantungkan harapan pada solusi semu yang ditawarkan PBB dan dunia Barat. Perlu segera disadari bahwa semua tawaran solusi itu hanya ilusi yang mematikan harapan umat Islam untuk mengembalikan kedudukan Palestina  sebagaimana seharusnya.