Di perempatan jalan itu seorang pengamen bernyanyi, mengetuk pintu nurani,tak banyak yang peduli.
Disudut jalan, seorang anak tertidur memeluk dinginnya malam. kebusukan apa yang terjadi disini?
Lihatlah senyumnya yang hampa,mereka tidak meminta lain selain sejahtera.
bukankah engkau telah mengumbar janji untuk mensejahterakannya? hingga harus berderap kian kemari,menyumpal dengan sesuap nasi.
DIAM!
Ini bukan persoalan pribadi, ini masalah politik..katanya.
satu dua nyawa sebagai taktik, tapi ini bukan soal angka, bukan soal satu dua tapi soal mereka yang meratap.
yang menengadah menantang mentari menanti setetes nafkah.
Tentang tubuh kecil yang menggigil memeluk dinginya malam
di antara karung-karung dan rumah kardus yang berjejer di pinggir sungai…kau hancurkan pula!
Soal di musnahkannya satu kehidupan
Soal masa depan manusia yang di bekam
Soal hak-hak yang di kebiri
dan mimpi-mimpi kami yang di berangus…lagi-lagi pula!
TUTUP MULUTMU BARANG DINAS!!!
kamu hanya alat dan jangan berpendapat, ini urusan para politisi di majelis sana,yang berpesta di tengah gersang ini.
Mereka tak pernah peduli, padamu, pada mereka, pada yang miskin dan teraniaya.
mereka tak mengurusi siapa-siapa selain dirinya,sekalipun riuh menyeringai,mereka pulas tertidur di kursi 15juta
Namun lain mereka yang selalu kalian atas namakan. Yang terseok tersakiti,
bergelut dengan bara kehidupan lalu kembali pulang tanpa harapan
makan apa kita esok?
Lalu mereka tertidur di gubuk hingga terbangun di esok hari dan memulai kembali mimpi buruk ini.
Kebusukan apa yang terjadi disini?
terlalu banyak dengki yang menghiasi hati…Masihkah kita peduli?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H