Mahasiswa zaman now juga harus jeli dalam melihat peluang. Kemenristekdikti setiap tahunnya sebetulnya sudah menciptakan wadah gerakan horizontal dalam bentuk program kreativitas mahasiswa. Bayangkan saja kalau misalnya dana milyaran yang digelintirkan dalam PKM ini dikolaborasikan idenya, tujuannya, dan visinya dengan gerakan vertikal yang dilakukan oleh aktor pergerakan mahasiswa. Tentu hasilnya pasti akan maksimal, dibandingkan dengan gerakan yang terpisah-pisah dan sporadis.
2. Gunakan media sosial dengan baik!
Saya ingat sekali perkataan Mas Gagar, Ketua BEM F. Psi UI tahun 2015. Ia mengatakan bahwa aksi demonstrasi mahasiswa yang berhasil dan efektif adalah aksi yang:
1. Mendapatkan apresiasi positif dari banyak elemen
2. Diliput secara besar di media
3. Membawa massa yang besar
Dan saya setuju dengan pandangannya. Kita para mahasiswa zaman now, selalu mengatakan ketika aksi bahwa kita mewakili rakyat. Realitanya? Apakah benar rakyat merasa diwakili oleh kita? Rakyat yang mana?
Jujur, jarang sekali, atau mungkin bahkan tidak ada aksi demonstrasi mahasiswa yang diliput sekaligus mendapatkan apresiasi positif. Ini sebetulnya menjadi evaluasi bagi mahasiswa-mahasiswa yang melakukan aksi untuk membuat propaganda, yang mungkin bisa membuat orang-orang menganggap bahwa aksi yang mereka lakukan adalah aksi positif. Dan memunculkan image positif, bukan anarkis, tawuran, dsb.
Di sinilah peran anak Humas atau Media. Mereka harus mengerti pola pikir masyarakat mainstream sekaligus pola pikir mahasiswa tukang aksi dan menggabungkannya, untuk menciptakan citra yang positif dan keren. Pertanyaan yang harus dijawab dengan branding di media sosial sebetulnya simpel sekali, bagaimana caranya agar citra aksi dapat terlihat positif? Selama pertanyaan itu belum terjawab, dan 3 syarat aksi yang efektif belum dilaksanakan, tentu aksi tidak akan memberi manfaat besar, dan elit politik pun tidak akan mendapat tekanan dari aksi tersebut. Dampaknya? Lihat saja Jokowi, tidak mau bertemu dengan mahasiswa. Salah siapa aksi kita dianggap negatif sehingga beliau tidak mau bertemu? Kita atau Jokowi?