Dan yang mengejutkan adalah...... Well, ketika ide esai gue diimplementasikan di lomba, gue jadi juara dua di kompetisi esai Psygames, dan juara satu di kompetisi nasional SIDC (Social-Psychological Intervention Design Competition)!1!1!1!1!
Goblok? Banget! Esai yang dibilang bukan ‘esai’ oleh dosen gue, jadi juara di dua buah kompetisi, bahkan salah satunya adalah kompetisi nasional!
Di sanalah titik di mana gue jadi lebih sadar tentang individual differences.Ya, dari kejadian itu akhirnya gue belajar untuk selalu inget bahwa dosen juga manusia. Mereka bisa punya persepsi danpenilaian bagus dan jelek yang subjektif terhadap karya muridnya, dan itu gak absolut!
Makannya, mulai saat itu gue selalu aware. Ketika karya atau tugas gue dibilang jelek sama dosen, ya mungkin karya tersebut akan dibilang bagus sama dosen gue yang lain! Begitu pun sebaliknya, kalo ada orang yang bilang karya gue jelek, ya mungkin dosen gue malah akan mengapresiasinya.
Jadi gak usah kecewa kalo lo dapet nilai jelek, mereka yang menilai lo jelek hanya enggak bisa melihat sesuatu yangmereka anggap bagus dari tugas yang lo kumpulkan.Terus improve aja ide dan kompetensi lo dalam mengerjakan tugas. Jadikan nilai itu sebagai acuan untuk menjadi lebih baik, tapi gak usah baper. Inget, peduli anjing apa kata orang tentang karya lo! Hal yang terpenting adalah lo bisa enjoy dalam membuat karya. Udah, itu yang penting.
Menghafal adalah cara paling dangkal dalam belajar (Sabda, 2011). Menghafal paling cocok untuk diterapkan oleh anak SD! Ya, karena skill higher order thinkingyang bagus pas kita kecil adalah menghafal. Karena pas SD, kita hanya menerima info mentah-mentah, otak kita belum memproses informasi secara kritis. Akhirnya, karena semua informasi secara otomatis diterima oleh otak, maka pas SD kita akan lebih mudah menghafal dibanding sekarang.
Beda dengan masa-masa SMA atau kuliah saat kita udah sedikit-banyak belajar tentang berpikir kritis. Informasi gak akan nempel begitu aja di kepala kita ketika dihafal. Otak kita udah bisa secara otomatis nge-resist banyak informasi hafalan. Otak kita akan lebih mudah dalam menalar secara logis daripada menghafal! Oleh karena itu, cara terbaik belajar saat kita udah gede ya bukan menghafal, tapi dengan belajar konsep dasarnya!
Caranya gimana? Bikin peta konsep, ngajarin orang, diskusi tentang pelajaran, menulis esai, dsb. Ini bukan berarti kita sama sekali gak boleh menghafal. Toh menghafal adalah salah satu aktivitas higher order thinking yang penting, tapi dalam memproses dan menerima informasi saat kuliah, tentunya aktivitas menghafal harus diberi porsi yang paling sedikit dalam teknik pembelajaran lo, karena udah gak efektif dan efisien saat kita udah gede.
Statement yang ada dalam tiga paragraf di atas bukanlah statement ilmiah, jadi cuman berdasarkan opini pribadi dan pengetahuan yang seinget gue kayak gitu dapetnya, tolong kasih masukan ya kalau salah. :))
5. Takut akan perubahan dan hal baru