1. Fenomena kaum ‘kelas menengah ngehe’. Di zaman sekarang, mahasiswa cenderung menjadi orang yang individualis dan ngehe. Kebanyakan mahasiswa sekarang kurang peduli tentang isu-isu yang terjadi di sekitar, dan hanya akan peduli atau membantu kalau memang menguntungkan bagi dirinya sendiri.
Hal yang penting bagi mahasiswa kelas menengah ngehe adalah hidup nyaman, banyak like di instagram, dan CV penuh, supaya nanti bisa kerja di perusahaan besar. Untuk apa peduli dengan isu reklamasi? Untuk apa demo?
Begitu pula untuk mahasiswa kelas menengah yang tidak terlalu ngehe(masih peduli serta ingin berkontribusi). Pikir mereka tentunya lebih baik berkontribusi dengan cara lain seperti belajar agar IPK tinggi, atau ikut lomba. Sudah dapat piala, dapat duit dan apresiasi pula dari lingkungan sekitar. Kalau merasa tidak punya cukup kompetensi untuk berkontribusi dalam IPK maupun lomba? Ikut oprec staf kepanitiaan saja, tanggung jawabnya tidak berat. Lebih menguntungkan dan tidak ribet seperti ranah ‘pergerakan’.
2. Data-data yang berserakan di internet. Banyak data yang tersedia di internet baik pro maupun kontra reklamasi. Belum lagi kanal media mainstream yang postingannya punya kecenderungan politik tertentu. Sebagai mahasiswa yang ‘biasanya’ kontra dengan pemerintah, cukup sulit untuk melakukan pergerakan yang masif. Apalagi propaganda pemerintah jauh lebih keren. Pada akhirnya, masyarakat akan terbagi menjadi dua pihak, pro dan kontra kepada mahasiswa.
Pertanyaan saya adalah: Menurut kamu masyarakat sekarang lebih banyak yang pro atau yang kontra dengan pergerakan mahasiswa? Kalau yang saya lihat sih banyakan kontra.
Solusi: Mahasiswa butuh perspektif baru dalam pergerakan
Dari kondisi dan arah pergerakan sekarang, anak-anak pergerakan sudah seharusnya melakukan perubahan pola pikir dalam pergerakan. Perubahan pola pikir ini dapat dimulai dari mengubah beberapa instrumen pergerakan seperti demonstrasi dan sudut pandang kajian agar pergerakan kita lebih elegan.
Saya melihat potensi besar ketika mahasiswa mengubah paradigma pergerakan dari paradigma ‘menolak’, ke paradigma ‘merevolusi’. Intinya adalah: Berorientasi pada solusi dan perubahan.
Lalu apa instrumen untuk melakukan solusi dan perubahan di masyarakat?
Tipe Kajian yang Paling Cocok untuk Anak Pergerakan: Policy Paper