2. Penyesuaian Ruang Kota: Integrasi infrastruktur rel dengan lingkungan perkotaan yang sudah ada dapat menjadi rumit. Penataan kembali ruang kota dan pemberian kompensasi kepada pemilik lahan dapat memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan.
3. Koordinasi Lintas Sektor : Proyek pemerataan transportasi berbasis rel melibatkan banyak pemangku kepentingan, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, operator transportasi, dan masyarakat. Koordinasi yang baik diperlukan agar rencana dapat berjalan lancar.
Konklusi
Pemerataan transportasi umum berbasis rel memiliki potensi besar untuk mengurangi polusi udara dan kemacetan di Indonesia. Namun, langkah-langkah yang matang dan kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ada. Dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta akan menjadi faktor penting dalam mewujudkan visi transportasi perkotaan yang lebih berkelanjutan dan efisien. Dengan mempertimbangkan manfaat jangka panjangnya, pemerataan transportasi berbasis rel dapat menjadi langkah penting dalam transformasi positif menuju perkotaan yang lebih bersih dan lebih manusiawi.
Referensi:Â
1. chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://transmediakemenhub.id/wp-content/uploads/2020/07/FA_TRANSMEDIA-2018_edisi-6_LOW.pdf
2. https://munawar.staff.ugm.ac.id/wp-content/pidato-pengukuhan.pdf
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI