Mohon tunggu...
Ifah Latifah
Ifah Latifah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis buku antologi Guru Profesional (Laikesa: 2020). Antologi Jawaban dari Tuhan (Dd Publishing:2020). Antologi Mengedukasi Negeri (Madani Kreatif: 2020) Guru Limited Edition ( Pustaka Literasi : 2021) Puisi 1000 penggiat Literasi judul Indonesia bangkit(Geliat gemilang abad i: 2021) Nak sungguh aku mencintaimu ( Little Soleil : 2021)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ki Hajar Dewantara: Inspirasi Abadi bagi transformasi Pendidikan indonesia

20 Juni 2024   18:42 Diperbarui: 21 Juni 2024   06:08 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ki Hajar Dewantara sumber di kutip dari tulisan Dhewi Bayu Lestari (Diadona)

 

Program Guru Penggerak adalah inisiatif yang digagas oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim dan telah berjalan sejak tahun 2020. Program ini dianggap sebagai transformasi dalam dunia pendidikan. Salah satu alasan yang menarik minat saya terhadap program ini adalah sosok Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi-filosofinya dan pemikirannya yang visioner, meskipun beliau lahir dan besar di era kolonial.

Jika saat ini banyak orang yang memiliki pemikiran visioner, hal tersebut dapat dianggap wajar mengingat kebebasan dalam menimba ilmu pengetahuan, pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi, serta banyaknya institusi pendidikan yang berdiri dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi. Namun, Ki Hadjar Dewantara lahir pada masa ketika pendidikan masih sangat terbatas dan hanya tersedia bagi kalangan tertentu. Akses terhadap berita dan informasi pun sangat sulit. Keberadaan televisi saja masih sangat terbatas, apalagi internet.

Meskipun demikian, ide dan cara pandang Ki Hajar Dewantara justru melesat jauh menembus batas waktu. Terbukti, hingga hari ini, ide dan pemikirannya tetap relevan dengan perkembangan pendidikan masa kini.

Siapa sebenarya bapak Ki Hajar Dewantara? Dari beberapa sumber saya merangkum tentang kehidupan dan sepak terjang kihajar Dewantara.

Baca juga: Lagi-lagi Kopi

Ki Hajar Dewantara, yang dikenal juga dengan sebutan bapak pendidikan Indonesia. Seorang pendidik visioner dari Indonesia yang tidak hanya mengubah pemandangan pendidikan di tanah air, tetapi juga mempersiapkan fondasi bagi masa depan pendidikan yang inklusif dan progresif. Lahir di paku Alam, Yokyakarta 2 Mei tahun 1889 dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Ayahnya bernama Pangeran Soerjaningrat dan ibundanya Raden Ayu Sandiah.  Sebagai keturunan bangsawan beliau berkesempatan mengenyam pendidikan dasar di Europeesche Lagere School dan sekolah kedokteran di Stovia namun tidak sempat selesai, beliau harus berhenti karena sakit.

Masa muda Ki Hajar Dewantara banyak dihabiskan sebagai jurnalis dan bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Beliau menulis banyak artikel yang menyuarakan perlawanan terhadap kolonialisme. Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam organisasi propaganda Budi Utomo yang menyadarkan masyarakat tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada tanggal 25 Desember 1912, Ki Hajar Dewantara, yang juga dikenal sebagai Suwardi Suryoningrat, bersama Dr. Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo mendirikan partai politik pertama di Indonesia dengan nama Indische Partij. Partai ini didirikan dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Ketiga putra bangsa ini dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai. Indische Partij tidak mendapat status badan hukum dari pemerintahan kolonial Belanda karena dianggap memicu semangat rakyat Indonesia untuk melakukan pemberontakan. Perjuangan Ki Hajar Dewantara tidak berhenti di situ; beliau juga mendirikan Komite Bumi Putera sebagai upaya untuk mengkritik pemerintah Belanda.

Setelah menulis artikel berjudul "Als Ik Eens Nederlander Was" (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga), Ki Hajar Dewantara ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka. Kedua sahabat beliau, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo, melontarkan protes hingga akhirnya ketiganya diasingkan ke Belanda atas permintaan mereka sendiri.

Bak kata peribahasa, Permata tetaplah permata meskipun terendam didalam lumpur niscaya akan tetap bercahaya. Begitulah Kihajar dwantara yang dalam pengasingannya justru dimanfaatkan untuk menuntut ilmu memperdalam pengetahuannya sebagai oleh-oleh yang akan diimplementasikan di Indonesia.

Tahun 1919 Kihajar Dewantara Kembali ke Indonesia dan menjadi tenaga pengajar di sekolah binaan saudaranya dan  tanggal 13 Juli 1922 Kihajar Dewantara mendirikan perguruan nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa Ini bukan hanya sekadar sekolah, tetapi sebuah gerakan yang memperjuangkan hak setiap anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa setiap anak memiliki potensi unik yang harus dikembangkan, dan pendidikan adalah kunci untuk membuka potensi tersebut. Dengan pendekatan yang berbasis pada kebebasan belajar dan penghargaan terhadap keberagaman budaya, Taman Siswa menjadi pusat dari gerakan pendidikan nasionalis di Indonesia.

Dalam buku Cornerstone of Education yang ditulis oleh nawafil dan dikutip dari berita kumparan.com. bahwa Kihajar tidak puas terhadap sistem pendidikan yang diterapkan oleh belanda, yaitu dengan paksaan dan hukuman. Meskipun Kihajar dewantara mengenyam pendidikan di sekolah belanda tetapi dia tidak sejalan dengan sistem yang diterapkan. Sekolah-sekolah tersebut hanya mengasah kemampuan kognitif saja seperti, menulis, membaca dan berhitung. Sementara kihajar dewantara ingin pendidikan itu harus bisa membentuk kepribadian siswa.Hingga tercetuslah Patrap triloka yaitu : Ing ngarso sang tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani.

Ing Ngarso Sung Tuladha: Di depan memberi teladan. Guru atau pemimpin harus mampu menjadi contoh yang baik bagi murid atau pengikutnya. Ing Madya Mangun Karsa: Di tengah membangun semangat. Guru harus mampu membangkitkan motivasi dan semangat belajar di antara murid-muridnya. Tut Wuri Handayani: Di belakang memberi dorongan. Guru harus memberikan dorongan dan dukungan kepada murid untuk mandiri dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.

Prinsip-prinsip Pendidikan yang dianut oleh Ki Hajar Dewantara adalah:

  1. Kesetaraan dalam Pendidikan: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya kesetaraan dalam pendidikan, di mana setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi mereka, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
  2. Pendidikan sebagai Proses Membentuk Karakter: Dia percaya bahwa pendidikan sejati tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai moral yang kuat.
  3. Pendidikan untuk Kemerdekaan: Ki Hajar Dewantara menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk mempersiapkan generasi yang akan memimpin bangsa menuju kemerdekaan. Dia mengajarkan siswa untuk mencintai tanah air mereka dan mempersiapkan mereka untuk memainkan peran aktif dalam membangun masa depan Indonesia.

Karena kiprahnya didunia pendidikan yang sangat menonjol, Pada tahun 1950 Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan pertama di bawah pemerintahan Bapak Presiden Soekarno. Beliau juga pernah mendapat penghargaan Doktor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada, dan  mendapat gelar Pahlawan Nasional di tahun yang sama. Tidak hanya itu hari kelahiran beliau 02 mei dijadikan sebagai hari Kebangkitan Nasional.

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh yang tidak hanya hidup di masa lalu, tetapi visinya terhadap pendidikan mengarah ke masa depan. Dia membangun fondasi yang kuat untuk sistem pendidikan yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan global di abad ke-21. Sebagai pendidik visioner, Ki Hajar Dewantara mendedikasikan hidupnya untuk membangun masyarakat yang lebih baik melalui pendidikan yang merata dan inklusif. Tanggal 26 April 1959 Ki Hajar Dewantara wafat dan dimakamkan di Yokyakarta, di pemakaman keluarga Taman Siswa.

Meskipun telah tiada tetapi, warisan Ki Hajar Dewantara terus terasa dalam sistem pendidikan Indonesia hingga hari ini. Tidak hanya Taman Siswa yang menjadi model bagi sekolah-sekolah modern di Indonesia, tetapi juga prinsip-prinsipnya tentang pendidikan inklusif, pembelajaran yang aktif, dan penghargaan terhadap keberagaman budaya terus mengilhami para pendidik dan pengambil kebijakan di seluruh dunia.

Top of Form

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun