Maksimalkan Potensi Tanah Rawa dengan Bertani Kangkung
Pemanfaatan Tanah yang Tidak Terpakai
Di tengah tantangan pangan global, pemanfaatan sumber daya alam yang tidak termanfaatkan menjadi kunci utama untuk memenuhi kebutuhan akan makanan. Salah satu sumber daya yang sering terabaikan adalah tanah rawa. Tanah rawa sering dianggap tidak cocok untuk pertanian konvensional, namun dengan pendekatan yang tepat, tanah ini dapat menjadi ladang subur bagi pertanian, khususnya untuk tanaman kangkung.
Sekitar 20-30 tahun lalu budidaya kangkung sangat populer di desa saya. Semua masyarakat yang tinggal dekat dengan rawa memiliki kebun kangkung. Tidak perlu sampai hektaran kebun kangkung disini cukup menghidupi nafkah keluarga.
Ibu saya salah satu dari sekian banyak masyarakat yang bertani kangkung kala itu. Setiap hari saya membantu memilah dan mengikat kangkung-kangkung tersebut seukuran genggaman tangan untuk di jual di pasar pagi. Alhamdulillah hasil penjualan kangkung yang tidak seberapa mampu membuat asap didapur bisa mengepul.
Mengapa masyarakat setempat memilih tanaman Kangkung?
Kangkung (Ipomoea aquatica) adalah salah satu sayuran hijau yang populer dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Tanaman kangkung dapat tumbuh subur di daerah yang lembap, termasuk tanah rawa. Selain itu, kangkung memiliki siklus pertumbuhan yang cepat, sehingga memungkinkan panen berulang dalam waktu singkat.
Perawatannya pun tidak sulit. Kami jarang menggunakan racun pestisida untuk mengusir hama belalang. Jika kangkung sudah mulai terlihat kurang bagus dan bolong-bolong, cukup dilakukan pembabatan agar tumbuh tunas baru yang lebih baik.
Tidak perlu menunggu lama, cukup menunggu kira-kira 1 Minggu kangkung sudah bisa kembali di panen tergantung ketersediaan airnya.
Apa Keunggulan Bertani Kangkung di Tanah Rawa?
1. Tanah Subur: Tanah rawa kaya akan nutrisi organik dan mineral, yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman kangkung.