Isyarat yang diterima itu membuat Amar bin Ash ketakutan dan segera membatalkan penggusuran dan mengembalikan hak-hak yahudi tersebut. Walau pada akhirnya Yahudi tersebut memberikan tanahnya dengan kerelaan hati.
Kisah ini mengajarkan kita hidup dengan toleransi, walaupun berbeda suku, bangsa, dan agama. Perbuatan semena-semana tidak boleh dilakukan walau kepada mereka yang berbeda keyakinan. Apalagi perbuatan semena-mena dilakukan oleh orang yang memiliki wewenang dan jabatan.
Namun, terkadang pemaknaan toleransi kerap disalah artikan. Sikap toleransi bagi umat muslim bukan berarti turut ikut dalam kegiatan agama orang lain. Tetapi cukup dalam urusan sosial bermasyarakat. Sebab Islam telah memberikan batasan yang jelas melalui surah Al-kafirun 1-6 yang artinya:
"Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Ibnu Katsir menguraikan latar belakang turunnya Surat Al-Kafirun dalam tafsirnya. Dia mencatat bahwa kafir Quraisy pernah mengajak Nabi Muhammad saw untuk menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun, dengan janji bahwa mereka akan menyembah Allah selama satu tahun berikutnya. Maka turunlah surah Alkafirun tersebut sebagai bantahan terhadap Kafir Quraisy.
Toleransi sebagai Pilar Kemanusiaan
Toleransi merupakan refleksi dari kemanusiaan yang sejati. Ini adalah pengakuan bahwa setiap individu memiliki nilai dan martabat yang sama, terlepas dari perbedaan apapun yang mungkin dimiliki. Ketika kita mampu menghormati hak-hak asasi setiap orang tanpa memandang perbedaan, kita sedang menegakkan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan. Ini mencakup hak untuk beragama atau tidak beragama, untuk menyuarakan pendapat, dan untuk hidup tanpa diskriminasi.
Menjembatani Perbedaan Melalui Dialog
Salah satu cara terbaik untuk mempromosikan toleransi adalah melalui dialog dan komunikasi yang terbuka. Ketika kita berbicara satu sama lain dengan rasa hormat dan keinginan untuk memahami, kita dapat membangun jembatan yang menghubungkan perbedaan-perbedaan tersebut. Dialog yang terbuka memungkinkan kita untuk memperluas cakrawala kita, menggali pemahaman yang lebih dalam tentang perspektif orang lain, dan mencari titik-titik persamaan di antara perbedaan kita.
Membangun Kesadaran Melalui Pendidikan
Pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam memperkuat nilai-nilai toleransi dalam masyarakat. Melalui pendidikan yang inklusif dan berorientasi pada toleransi, kita dapat mengajarkan generasi muda untuk menghargai keberagaman dan menghormati perbedaan. Dengan memperkenalkan mereka pada berbagai budaya, tradisi, dan pandangan dunia, kita dapat membantu mereka membangun perspektif yang lebih luas dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas dunia yang kita huni.