Mohon tunggu...
Ifah Latifah
Ifah Latifah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis buku antologi Guru Profesional (Laikesa: 2020). Antologi Jawaban dari Tuhan (Dd Publishing:2020). Antologi Mengedukasi Negeri (Madani Kreatif: 2020) Guru Limited Edition ( Pustaka Literasi : 2021) Puisi 1000 penggiat Literasi judul Indonesia bangkit(Geliat gemilang abad i: 2021) Nak sungguh aku mencintaimu ( Little Soleil : 2021)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menggali Kekayaan Budaya Kuliner Aceh Tamiang: Kelezatan Bubur Pedas Simbol Tradisi Ramadan

22 Maret 2024   16:50 Diperbarui: 22 Maret 2024   18:35 2150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Variasi Bahan dan Rasa: Meskipun memiliki nama yang sama dengan bubur daerah lain, bubur pedas di Aceh Tamiang memiliki variasi bahan dan rasa yang beragam. Beberapa versi mungkin lebih menekankan pada penggunaan daging sapi atau ayam sebagai bahan utama, sementara yang lain mungkin lebih berfokus pada seafood seperti udang atau ikan. Sementara Bubur pedas  Aceh Tamiang lebih penggunaan sayur, buah, umbi, biji-bijian. Khas bubur pedas Aceh Tamiang, resep warisan leluhur pada masa lampau ikan asin kakap bakar merupakan bahan pelengkap cita rasa gurih dan menghasilkan komposisi rasa yang lezat. Ikan asin Kakap sungguh membuat cita rasa yang berbeda dan sangat khas. Kini ikan kakap ini sering diganti dengan aneka jenis seafood atau bahkan ada yang menambahkan keduanya.

4. Menjadi Bagian dari Tradisi Berbuka Puasa: Bubur pedas telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi berbuka puasa di Aceh Tamiang. Setiap sore menjelang waktu berbuka, masyarakat berburu takjil bubur pedas. Hidangan ini sangat mudah ditemui saat bulan Ramadan, tetapi pada bulan-bulan lain kuliner ini nyaris tak terlihat itu sebabnya Keberadaan bubur pedas menjadi momen yang dinanti-nantikan setiap hari selama bulan Ramadan sebagai menu buka bersama keluarga.

5. Memperkaya Budaya Lokal: Selain sekadar makanan, bubur pedas di Aceh Tamiang juga memperkaya budaya lokal dan menjadi bagian dari identitas kuliner masyarakat Aceh Tamiang. Hidangan ini tidak hanya mencerminkan kekayaan rempah-rempah dan tradisi memasak Aceh Tamiang, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan dalam merayakan bulan Ramadan.

Bubur pedas di Aceh Tamiang bukan hanya sekadar hidangan, tetapi juga sebuah warisan budaya yang memiliki nilai historis dan sosial yang tinggi. Keunikan bubur pedas ini yang hanya tersedia di bulan Ramadan tidak hanya memuaskan selera, tetapi juga menguatkan ikatan antar warga dan memperkaya tradisi kuliner lokal. Dengan setiap suapan bubur pedas, kita tidak hanya menikmati rasa yang lezat, tetapi juga merayakan keberagaman budaya dan kekayaan kuliner Aceh Tamiang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun