Mohon tunggu...
Ifah Latifah
Ifah Latifah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis buku antologi Guru Profesional (Laikesa: 2020). Antologi Jawaban dari Tuhan (Dd Publishing:2020). Antologi Mengedukasi Negeri (Madani Kreatif: 2020) Guru Limited Edition ( Pustaka Literasi : 2021) Puisi 1000 penggiat Literasi judul Indonesia bangkit(Geliat gemilang abad i: 2021) Nak sungguh aku mencintaimu ( Little Soleil : 2021)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampahmu Bukan Untukku

20 Februari 2022   02:13 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:11 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sayur...sayur..."

Terdengar suara penjual sayur keliling yang  menjajakan sayuran dan ikan segar setiap  paginya.

Namanya Wak Udin, dia adalah penjual sayur keliling. 

" Bang cabai merahnya 1 Ons ya" 

Aku menunjuk cabai merah didalam keranjang yang kondisinya masih segar-segar. 

Wak udin dengan cekatan menimbang cabai dan membungkusnya dengan daun pisang. Hari gini masih membungkus dengan daun pisang? hmm..,memangnya kenapa? daun pisang sangat baik jika digunakan sebagai pembungkus apalagi pembungkus makanan karena dari bahan alami jadi tidak mengandung zat kimia yang berbahaya. Tapi sayang sepotong cerita diatas adalah cerita masa lampau. Sekarang penggunaan daun sangat jarang bahkan nyaris hilang. 

Dahulu aku selalu berbelanja dengan tatap muka bukan daring. Wuih, kedengarannya seperti sekolah ya ada tatap muka dan ada daring. Ada banyak pedagang yang menjajakan dagangannya dari pintu kepintu istilah kerennya door to door. 

Biasanya para pedagang membungkus sayuran dengan daun bukan dengan plastik. Begitu juga  dengan tempe dan tahu juga dibungkus dengan daun. 

Namun kemajuan teknologi turut memberikan kontribusi dalam mengubah gaya hidup di masyarakat. Mau tidak mau harus move on dari masa lalu. Tapi, apakah semua masa lalu harus kita lupakan?  lalu mengadopsi kebiasaan baru yang belum tentu baik bagi diri kita. Bagaimana dampaknya bagi kehidupan manusia?

Sekarang zaman lagi demam online alias daring atau digital. Emak-emak  zaman sekarang tidak asing lagi dengan perangkat digital. Tiap hari mereka membuat status di story WA, Fb , Instragram dan lain-lain. Beli baju online, beli ikan online, beli buah dan sayuran online, sampai jajan juga online. kalau kata Penulis buku Wonderfull Family Pak Cahyadi Takariawan yang akrab di sapa pak Cah ada istilah "mendadak digital".

Saat Pandemi Covid-19 menerpa kegiatan belanja online semakin meningkat pesat. menurut halaman Merdeka.com Sepanjang semester I-2021, transaksi e-commerce tumbuh sebanyak 63,4 persen.  Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, peningkatan transaksi ini banyak dilakukan oleh pedagang ritel yang juga merupakan UMKM.

Pada periode Januari-Maret 2021, menurut Similarweb yang dikutip dari halaman Merdeka.com  juga mencatat Tokopedia sebagai platform e-commerce yang paling banyak dikunjungi di Tanah Air. Setiap bulannya, Tokopedia dikunjungi 126,4 juta kali. Sedangkan Shopee dengan kunjungan bulanan 117 juta kali, Bukalapak 31,27 juta kali, Lazada 28,2 juta kali, dan Blibli 18,52 juta kali.

Dari data diatas terbayang ngak?  berapa banyak terjadinya pengiriman barang online?  jika dihitung perbulannya yang melakukan kunjungan  ke Tokopedia, shopee, bukalapak, blibli, dan lazada sebanyak 194,99 juta kali kunjungan. Anggaplah yang melakukan transaksi sebanyak 60 % maka akan terjadi proses pengiriman barang sebanyak 242 ,994 juta barang yang akan dikirim setiap bulannya. 

Dari pengalamPernahkah kita bayangkan berapa banyak sampah pelastik yang dibuang  setiap bulannya? apalagi dihitung pertahun, wah bisa-bisa bumi kita akan dipenuhi oleh sampah palastik. Dilansir dari laman indonesia.go.id, Negara Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik ke tiga didunia setelah Indian dan China. , pada 2020, Indonesia menghasilkan sampah plastik sebanyak 67,8 juta ton atau terdapat 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk. 

Melansir laman forbes.com, Indonesia menghasilkan sampah plastik di laut sebanyak 56,3 juta kilogram, bahkan Sungai Citarum tercatat  sebagai sungai paling tercemar di dunia. 

Pengalamaman saya saat berbelanja online, plastik pembungkus paket barang  yang akan dikirim biasanya lebih dari satu lapisan bisa dua, tiga lapis atau bahkan lebih. 

Tentu pembungkus paket tidak mungkin daun karena daun mudah koyak dan membusuk. sebab perjalanan online bisa berlangsung selama berhari-hari. Pembungkus plastik diperlukan untuk membungkus barang-barang yang akan dikirim, jika barang- yang mudah pecah biasanya akan dilapisi buble wrap yang berlapis-lapis juga.

Sangat disayangkan kesadaran manusia akan bahaya sampah masih sangat kurang. Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Sehingga semakin banyak penggunaan palstik akan semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut.

Faktanya  umumnya plastik dibuat buat dari bahan, polimer polivinil yang  terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Kantong plastik  sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun. 

Akibatnya tanah akan tercemar racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai yang ada di dalam tanah seperti cacing dan lain-lain. Sehingga alam akan kehilangan keseimbangannya. 

Selain itu sampah plastik juga dapat memenuhi selokan sehingga dapat menyebabkan banjir. Sebagai konsumen kita harus bijak turut meminimalisasikan penggunaan sampah plastik. 

Beberapa tips bisa kita terapkan untuk mengurangi sampah plastik diantaranya yaitu :

1. Berbelanjalah seperlunya sesuai kebutuhan. Jangan kalap kalau lihat discount sampai barang yang tidak perlupun akhirnya terbeli

2. Pilihlah tempat belanja yang lebih dekat dengan  wilayah rumah, karena semakin jauh perjalanan barang maka kemungkinan besar akan semakin banyak plastik pengamannya.

3. Mintalah kepada penjual untuk tidak menggunakan bubble wrap, sebab buble wrap masih bisa diganti dengan kertas koran bekas, kardus bekas atau kain perca, serta kurangi penggunaan lakban yang berlebihan.

4. Pembeli memberikan umpan balik  kepada penjual bahwa paket telah sampai dengan selamat walaupun di packing  minimalis sehingga penjual merasa percaya diri untuk tidak melakukan packing yang berlebihan.

Nah jadilah konsumen bijak selamatkan bumi dari ketidakseimbangan. Agar bumi tidak mengalami kehancuran. Apakah kita akan mewariskan kehancuran bagi cucu-cicit kita nanti?. Mari menjadi penyelamat bumi, bukan menjadi perusak. Berbelanjalah secara bijak "Sampahmu bukan untukku".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun