Gajah Mada membuat bahtera sesuai mimpinya. Â Setelah bahtera selesai, bahtera diturunkan ke laut. Agar bahtera dapat turun kelaut dibutuhkan galangan dari manusia. Maka di tangkaplah Sembilan orang Tamiang untuk galangan bahtera tersebut. Kisah ini di percaya sebagai asal mula nama pulau Sembilan.
Pasukan gajah Mada menempuh jalan pintas di sebuah kuala kecil didaerah seruway yaitu kuala Air Masin. Karena dangkal untuk dilalui bahteranya, di lakukan penggalian. Dalam bahasa Tamiang gali adalah kurok. Maka daerah sugai di gali itu di sebut dengan Sungai Kurok.
Perkampungan yang berada diantara sungai Tamiang dan Sungai Kurok di beri nama Muka Sungai Kurok. Semua nama-nama itu kini melekat menjadi nama desa di daerah tersebut.
Patih Gajah Mada bersana pajuritnya memasuki pintu gerbang kota  Benua melalui Sungai Kampung Durian. Kota Benua adalah pusat pemerintahan kerajaan Tamiang sekaligus tempat berdirinya istana Raja Muda Sedia. Pasukan Gajah Mada bermaksud menyerang kawasan desa Landuh.Â
Dalam perjalanan sampai ke sebuah wilayah perbukitan dengan lubuk-lubuk (lembah), terjatuhlah sebuah Pembuluh madat ( pipa Rokok). Pembuluh madat tersebut terbuat dari emas. Sehingga orang-orang menyebut wilayah ini dengan Bukit Suling. Yang berasal dari kata Lubuk bukit Batu Culing. Culing adalah sebutan untuk pembuluh atau pipa.
Kehadiran pasukan Kerajaan Majapahit diketahui oleh Panglima Lela Kaum. Panglima melapor kan kejadian ini kepada Raja Muda Sedia, yang saat itu sedang bermain catur dengan Ratu Po Tuan Suri meuru, dan di saksikan oleh Putri Lindung Bulan.
Raja Muda Sedia tidak menanggapi laporan Panglima Lela Kaum. Ia marasa tidak mungkin Pasukan Majapahit dapat menembus pengamanan kerajaan. Panglima Lela kaum di perintahkan untuk kembali kemarkasnya.
Panglima Lela kaum kembali ke markas sesuai  perintah Raja. Namun sebelum sampai ke Markas Panglima Lela Kaum telah bertemu dengan pasukan Majapahit yang telah berhasil masuk ke komplek istana dengan cara memanjat sige ( tangga).
Pertempuran Dahsyat terjadi, Panglima Lela Kaum beserta prajuritnya tewas. Pasukan Majapahit terus bergerak menuju istana raja. Mengetahui hal itu raja Muda sedia beserta Ratu dan Putrinya menjadi panik. Papan catur yang terbuat dari suasa serta anak catur dan uang emas di lemparkan ke area halaman istana.
Prajurit Majapahit sibuk mengutip anak-anak catur dan uang emas tersebut. Sementara itu Putri Lindung Bulan beserta dayang-dayang lari ke bagian  atas istana dan bersembunyi di balik sebuah gong besar. Raja Muda sedia beserta Ratu dan beberapa pengawal mengambil kesempatan untuk melarikan diri dari istana.  Mereka tidak mengetahui kalau Putri Lindung Bulan masih berada di istana dan bersembunyi di balik sebuah gong.
Raja Muda sedia beserta rombongan keluar istana melalui pintu belakang menuju kota Lintang. Di dalam perjalanan ratu menyadari Putri Lindung Bulan tidak turut bersama mereka. Ratu bertanya kepada para pengawal di mana Putri Lindung Bulan berada. Namun tidak ada seorangpun yang tahu. Keadaan istana sudah di kuasai Prajurit Majapahit tidak memungkinkan mereka untuk kembali lagi ke istana untuk mencari sang Putri.