Merdeka Belajar haruskah?
Anggapan ganti menteri ganti kurikulum mungkin sudah sering kita dengar. Sebab telah terjadinya beberapa kali pergantian kurikulum setelah bergantinya pemangku kebijakan. Adapun nama-nama kurikulum yang pernah ada yaitu ;
- kurikulum 1947 atau Rentjana pelajaran 1974.
- Kurikulum 1952 yaitu Rentjana Pelajaran terurai.
- Kurikulum 1964,Rencana Pendidikan 1964.
- Kurikulum 1968, Kurikulum 1975.
- Kurikulum 1984.
- Kurikulum 1994.
- Suplemen kurikulum 1999
- Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
- Kurikulum 2006, KTSP ( Kurikulum satuan Pendidikan)
- Kurikulum 2013.
Sekian banyak kurikulum telah dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Bahkan kini muncul kurikulum baru tahun 2021. Kurikulum ini mengintruksikan guru untuk mengajar sesuai kemampuan siswa. Guru diberikan kemerdekaan mengajar dilevel yang tepat untuk anak-anaknya. Artinya Kompetensi yang ditetapkan tidak diseragamkan kompetensinya tetapi dirancang sesuai kebutuhan.
Sebenarnya perubahan bukan masalah bagi seorang guru. Profesi guru memang terus berkembang sesuai perkembangan zaman. Kekhawatiran-kekhawatiran akan perubahan adalah hal yang wajar. Ketidaktahuan seharusnya mendorong kita untuk memiliki upaya mencari tahu. Namun diantara perubahan sebenarnya tetap ada persamaan yaitu Kurikulum yang dibuat memiliki tujuan yang sama yaitu menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa, berakhlaq mulia dan menjadi orang yang cakap sebagaimana tertuang dalam tujuan nasional pendidikan.
Merdeka belajar adalah salah satu program unggulan bapak Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim. Sebuah Langkah dengan terobosan yang dinilai sangat berani yaitu penghapusan ujian nasional (UN), Ujian sekolah berstandar Nasional (USBN) diserahkan kesekolah, penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan perluasan Zonasi (tidak termasuk daerah 3T).
Terobosan ini sungguh mengejutkan setelah sekian lamanya Pendidikan di Indonesia melaksanakan Ujian Nasional sebagai standar kelulusan. Hal ini menjadi yang sorotan sangat tajam sekaligus menuai pro dan kontra. Sosialisasi yang belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga memungkinkan muncul berbagai praduga .
- Miskonsepsi Belajar
Apa sesungguhnya belajar itu. Ada banyak pendapat para ahli yang memaknai arti belajar. Namun ada beberapa anggapan yang berkembang dimasyarakat dianggap sebagai miskonsepsi belajar. Dalam modul yang di berikan pada pelatihan Merdeka Belajar di Portal Guru Belajar menjelaskan beberapa miskonsepsi belajar tersebut adalah :
- Belajar Untuk ujian Selama ini mungkin kita beranggapan belajar untuk ujian, keberhasilan siswa diukur dari hasil ujian. Ujian selesai, belajar pun usai. Pelajaran tak diingat lagi. Padahal dalam kehidupan, tidak ada jadwal ujian. Ujian kehidupan bisa datang sewaktu-waktu, tidak menunggu jadwal ujian tiba.
- Kendali Belajar pada guru      Dalam kegiatan pembelajaran guru menjadi subjek siswa menjadi objek. Siswa tidak dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran, karena tidak dilibatkan, sehingga murid tidak mempunyai rasa memiliki terhadap proses belajar. Ketika sasaran belajar tidak tercapai, seringkali guru yang lebih cemas dibandingkan pelajarnya. Padahal belajar harusnya milik pelajar, sehingga sudah sepatutnya guru melibatkan pelajar dalam mengatur proses belajar.
- Pelajar mempunyai kebutuhan dan minat belajar yang sama. Tiap anak terlahir dengan bakat dan minat yang berbeda. Dekatkan mereka dengan kehidupannya Kenali perkembangan usia, minat dan gaya belajarnya. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, kenyataannya murid butuh mengalami diferensiasi pengalaman belajar sesuai minat, cara belajar dan ketersediaan sumber belajar di sekitarnya.
- Belajar menghapfal dan menggunakan rumus. Orientasi belajar untuk ujian mendorong guru mengajar dengan cara yang memastikan pelajar bisa mengerjakan ujian dengan benar dan cepat.Tidak heran bila pelajar mempunyai keterampilan yang khas, terampil mengerjakan ujian. Padahal banyak tantangan kehidupan tidak seragam sebagaimana ujian standar. Pelajar butuh menalar sebelum memahami dan mengatasi tantangan kehidupan.
- Keberhasilan belajar ditandai dengan nilai angka terstandar
- Nilai standar adalah capaian yang harus didapat siswa. Tuntutan nilai standar terkadang mengabaikan sisi lainnya siswa. Guru dianggap berhasil karena siswanya telah mencapai nilai standar yang diinginkan, tetapi adakah yanga tau nilai standar diperoleh dalam bentuk dan cara yang bagaimana? Mungkin hanya guru itu sendiri yang mengetahuinya apakah sudah memenuhi kriteria penilaian yang ada.
- Penilaian belajar sepenuhnya wewenang guru. Penilaian belajar ditentukan juga oleh guru. Guru yang tahu benar dan salah. Guru yang layak menentukan nilai dari jawaban murid. Seringkali kriteria dan cara penilaian hanya diketahui oleh guru. Pelajar diharapkan menerima begitu saja hasil penilaian, meski tidak paham maknanya. Pelajar tidak tahu perbedaan antara mendapat skor 8 dengan skor 9. Pelajar tidak mendapat informasi tentang apa konsep yang perlu diperkuat atau cara belajar yang harus diperbaiki. Padahal pelajar pun perlu belajar melakukan penilaian. Dalam kehidupan, pelajar dituntut bisa membedakan benar dan salah atau baik dan buruk.
- Miskonsepsi dan Konsep Merdeka Belajar
Merdeka belajar mengubah miskonsepsi menjadi sebuah konsep yang bisa memberikan suatu hasil yang sempurna, bukan hanya menghasilkan sebuah kulit yang baik saja, tetapi menghasilkan isi yang baik pula. Gambaran miskonsepsi yang harus diubah sesuai dengan konsep Pendidikan yang sesungguhnya bisa dilihat dibawah ini ;
- Empat Kunci Merdeka Belajar
- Kemerdekaan:
- Guru merdeka belajar mempunyai kesempatan menentukan tujuan, cara dan refleksi belajar untuk terus menerus melakukan pengembangan diri, seperti: terlibat dalam menetapkan target kinerja sekolah dan guru, memilih pelatihan yang sesuai kebutuhan belajarnya, dan melakukan refleksi berkala terhadap capaian dan proses mencapai target. Kompetensi: Guru merdeka belajar mempunyai kesempatan mengembangkan kompetensinya sehingga siap menghadapi tantangan pengajaran sesuai bidang studi, murid yang diajar dan relevan dengan konteksnya, seperti kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang sesuai kebutuhan belajarnya, kesempatan melakukan proyek percobaan, kesempatan mendapatkan umpan balik berkualitas dan kesempatan menilai kompetensinya.
- Kompetensi
- Guru merdeka belajar mempunyai kesempatan mengembangkan kompetensinya sehingga siap menghadapi tantangan pengajaran sesuai bidang studi, murid yang diajar dan relevan dengan konteksnya, seperti kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang sesuai kebutuhan belajarnya, kesempatan melakukan proyek percobaan, kesempatan mendapatkan umpan balik berkualitas dan kesempatan menilai kompetensinya. Empat Kunci Pengembangan Guru Merdeka Belajar Kolaborasi: Guru merdeka belajar mempunyai kesempatan melakukan kolaborasi
- Kolaborasi: Guru merdeka belajar mempunyai kesempatan melakukan kolaborasi dengan guru dan komunitas untuk menghasilkan karya atau mencapai tujuan bersama, seperti: kesempatan berinteraksi ke sekolah lain, kesempatan terlibat di komunitas yang relevan dan kesempatan melakukan proyek bersama.
- Karier: Guru merdeka belajar mempunyai kesempatan untuk mengenali, memilih, merencanakan dan mengembangkan karier sesuai potensi dan aspirasinya dengan tetap mengajar di kelas, seperti kesempatan berkarya, kesempatan mengenalkan karya melalui presentasi, pameran atau di web/aplikasi dan mendapat umpan balik terhadap karyanya
- Kanvas Refleksi Guru Merdeka Belajar
Â