Mohon tunggu...
Ifa Chairin
Ifa Chairin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

bahasa dan foto

Selanjutnya

Tutup

Book

Mari Belajar Pragmatik

14 Maret 2023   08:19 Diperbarui: 14 Maret 2023   17:52 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Hai sobat Bahasa!

Sudahkah belajar bahasa hari ini?

Belajar bahasa tidak luput dengan belajar berkomunikasi. Bahasa sebagai sarana manusia dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, bahasa sendiri digunakan bermacam-macam fungsi yang disajikan dalam konteks yang bermakna. dari adanya bahasa mempermudah penutur mengungkapkan keinginan, harapan, perasaan dan permintaan kepada lawan tuturnya. Bahasa lisan dan tulisan terwujud dalam bentuk tuturan dengan istilah tindak tutur yang masuk ke dalam sebuah kajian ilmu yaitu pragmatik.

Apa itu pragmatik? Pragmatik merupakan sebuah ilmu yang mekaji tentang mempelajari/memahami makna atau maksud di balik ujaran seseorang penutur ke lawan tutur yang tersirat maupun tersurat. Dalam konteks komunikasi merupakan sesuatu yang menyertai tindak tutur antara penutur dan lawan tutur. Di dalam berkomunikasi perlu dipahami aspek-aspek kontekstualsituasi tutur yaitu berupa:

  • Penutur dan lawan tutur
  • Tujuan tuturan
  • Konteks tuturan
  • Sarana tutur
  • Mematuhi prinsip kerja dalam percakapan antara penutur dan lawan tutur.

Adapun faktor-faktor penentu tindak komunikatif itu adalah:

  • siapa yang berbahasa dengan siapa;
  • untuk tujuan apa;
  • dalam situasi apa;
  • dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana);
  •  jalur yang mana (lisan atau tulisan);
  • dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah atau upacara).

Seseorang menggunakan bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari tidak hanya dituntut untuk menguasai ketepatan penggunaan bahasa secara gramatikal tetapi harus dikaitkan juga dengan situasi dan faktor konteks yang mengiringi terjadinya sebuah peristiwa tutur tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya situasi dan faktor-faktor konteks sangat menentukan dalam mewujudkan sebuah tuturan dari penutur kepada lawan tuturnya. Akibatnya ada kemungkinan bentuk yang sama dapat berbeda makna atau artinya jika digunakan dalam situasi dan kontesk peristiwa tutur lain.

Dalam proses terjadinya peristiwa tutur ada beberapa aspek situasi yaitu yang menyapa (penutur) dan yang disapa (lawan tutur). Pada kehidupan sehari-hari manusia melakukan peristiwa tutur dengan lawan tuturnya, dalam perihal menyapa, mengemukakak keinginan, pendapat, perasaan dan lain-lain. Berikut contoh peristiwa tutur dan lawan tutur dalam kehidupan sehari-hari:

Tindak Tutur Permintaan

Ibu       : “Kak tolong belikan ibu beras di warung, uangnya di meja makan”.

Kakak  : “Ini bu?” (mengambil uang dan berjalan kearah ibu).

Ibu       : “Iya”

Percakapan di atas yakni seorang ibu meminta tolong kepada anaknya untuk membelikan beras di warung. Kalimat tersebut ditandai dengan penggunaan kata ‘tolong’ mengandung kata memohon yaitu memohon kepada anaknya supaya membelikan beras di warung. Pada situasi ini penutur berharap lawan tuturnya untuk melaksanakan apa yang diingikna sang penutur yaitu membeli beras di warung dan permintaan tersebut direspon dan dipahami dengan baik oleh lawan tuturnya yitu anaknya.

Tindak Tutur Pertanyaan

Adik     : “Kakak sedang minum apa?”.

Kakak : “Minum susu”.  

Adik     : “Susu rasa apa kak?”. 

Kakak : “Coklat”. 

Percakapan di atas menunjukan tuturan introgatif atau pertanyaan yang bersifat langsung oleh adik dan kakak dengan bentuk kalimat tanya. Adapun beberapa ciri kalimat tanya yang digunakan pada percakapan di atas yaitu menggunakan kata tanya ‘apa’. Percakapan di atas menunjukkan peristiwa penutur (adik) yang sedang mempertanyakan ‘apa’ yang diminum sang kakak dan lawan tutur (kakak) yang memahami pertanyaan sang adik dan menjawab jika ia sedang minunm susu rasa coklat.

Fenomena berbahasa pada beberapa percakapan di atas sangat wajar terjadi dalam berkomunikasi sehari-hari. Bila diperhatikan wujud bahasa yang digunakan sulit dianalisis secara linguistik (bentuk dan makna). Kehadiran beberapa kata (yang secara sintaksis sulit untuk dibenarkan) untuk mewakili maksud yang sedang dibicarakan pada percakapan di atas, membutuhkan unsur lain untuk mewujudkan makna secara utuh. Unsur yang dimaksud yaitu konteks. Oleh sebab itu, pragmatik merupakan cabang linguistik yang bersifat triadik yakni melibatkan tiga unsur yaitu bentuk, makna, dan konteks. Terlihat bahwa studi pragmatik memberikan banyak kontribusi dalam studi kebahasaan terutama dalam memahami makna sebuah bahasa.

Belajar ilmu pragmatik tentu akan membuat kita mengingat tentang ilmu lingusitik, yaitu berupa linguistik struktural (bentuk dan fungsi) dan linguistik fungsional (bentuk, fungsi dan konteks). Dalam ilmu pragmatik lah kita akan membahas tentang konteks pada lingusitik fungsional tersebut. Dimensi-dimensi yang harus kita pahami ketika belajar tentang ilmu pragmatic dengan memperhatikan siapa penutur dan lawan tutur dan lawan tutur ini akan memiliki dimensi penting dalam sebuah tuturan untuk melihat pragmatik ini ketika dihubungkan dengan ilmu lain seperti sosiolingustik sehingga menjadi sosiopragmatik. Bisa juga penutur dan lawan tutur nanti didukung dengan tujuan tuturan akan menghubungkan dengan ilmu psikologi sehingga menghasilkan psikopragmatik.

Berikut pragmatik dalam berbagai konteks ilmu lain:

  • Pragmatik dan sosiolingusitik
  • Pragmatik dan psikologi
  • Pragmatik dan semantik
  • Pragmatik dan gramatik
  • Pragmatik dan stilistika
  • Pragmatik dan wacana

Penulis:

Ifa Chairin Ananda & Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun