Percakapan di atas yakni seorang ibu meminta tolong kepada anaknya untuk membelikan beras di warung. Kalimat tersebut ditandai dengan penggunaan kata ‘tolong’ mengandung kata memohon yaitu memohon kepada anaknya supaya membelikan beras di warung. Pada situasi ini penutur berharap lawan tuturnya untuk melaksanakan apa yang diingikna sang penutur yaitu membeli beras di warung dan permintaan tersebut direspon dan dipahami dengan baik oleh lawan tuturnya yitu anaknya.
Tindak Tutur Pertanyaan
Adik : “Kakak sedang minum apa?”.
Kakak : “Minum susu”.
Adik : “Susu rasa apa kak?”.
Kakak : “Coklat”.
Percakapan di atas menunjukan tuturan introgatif atau pertanyaan yang bersifat langsung oleh adik dan kakak dengan bentuk kalimat tanya. Adapun beberapa ciri kalimat tanya yang digunakan pada percakapan di atas yaitu menggunakan kata tanya ‘apa’. Percakapan di atas menunjukkan peristiwa penutur (adik) yang sedang mempertanyakan ‘apa’ yang diminum sang kakak dan lawan tutur (kakak) yang memahami pertanyaan sang adik dan menjawab jika ia sedang minunm susu rasa coklat.
Fenomena berbahasa pada beberapa percakapan di atas sangat wajar terjadi dalam berkomunikasi sehari-hari. Bila diperhatikan wujud bahasa yang digunakan sulit dianalisis secara linguistik (bentuk dan makna). Kehadiran beberapa kata (yang secara sintaksis sulit untuk dibenarkan) untuk mewakili maksud yang sedang dibicarakan pada percakapan di atas, membutuhkan unsur lain untuk mewujudkan makna secara utuh. Unsur yang dimaksud yaitu konteks. Oleh sebab itu, pragmatik merupakan cabang linguistik yang bersifat triadik yakni melibatkan tiga unsur yaitu bentuk, makna, dan konteks. Terlihat bahwa studi pragmatik memberikan banyak kontribusi dalam studi kebahasaan terutama dalam memahami makna sebuah bahasa.
Belajar ilmu pragmatik tentu akan membuat kita mengingat tentang ilmu lingusitik, yaitu berupa linguistik struktural (bentuk dan fungsi) dan linguistik fungsional (bentuk, fungsi dan konteks). Dalam ilmu pragmatik lah kita akan membahas tentang konteks pada lingusitik fungsional tersebut. Dimensi-dimensi yang harus kita pahami ketika belajar tentang ilmu pragmatic dengan memperhatikan siapa penutur dan lawan tutur dan lawan tutur ini akan memiliki dimensi penting dalam sebuah tuturan untuk melihat pragmatik ini ketika dihubungkan dengan ilmu lain seperti sosiolingustik sehingga menjadi sosiopragmatik. Bisa juga penutur dan lawan tutur nanti didukung dengan tujuan tuturan akan menghubungkan dengan ilmu psikologi sehingga menghasilkan psikopragmatik.
Berikut pragmatik dalam berbagai konteks ilmu lain:
- Pragmatik dan sosiolingusitik
- Pragmatik dan psikologi
- Pragmatik dan semantik
- Pragmatik dan gramatik
- Pragmatik dan stilistika
- Pragmatik dan wacana
Penulis: