Santap makan bareng keluarga kelihatannya merupakan hal yang sepele ya. Tapi tidak bagi saya. Sejak kecil, saya dibiasakan mama dan papa saya, untuk sedapat mungkin memiliki waktu untuk santap makan bersama keluarga. Bahkan, waktu saya dan adik adik masih kecil, papa sering bela-belain pulang makan siang di rumah, menyantap hidangan hasil masakan mama yang memang jago memasak dan membuat kue.
Kebiasaan ini terbawa hingga saya mempunyai keluarga kecil sendiri. Suami saya termasuk bapak sibuk yang sering dinas dan masih harus mengajar hingga malam. Si sulung bersekolah di sebuah SMA Negeri yang letaknya cukup jauh dari rumah, sementara kedua adiknya menjalani program homeschooling. Belum lagi kucing-kucing kami yang selalu setia dan tabah menunggu hingga jam makan tiba, dan kadang saking tidak sabarnya mereka ikut naik ke meja makan, sehingga bikin kami kesal.
Dinamika itulah yang kemudian justru membuat kami selalu menunggu saat santap makan bersama. Sarapan di weekend, bisa di rumah atau sekedar mencari jajanan sarapan yang tidak terlalu jauh dari rumah. Makan siang, saat snack sore, santap malam, pokoknya semua waktu makan yang bisa kami lewatkan bersama, pasti kami bela-belain menyediakan waktu. Tampatnya bisa di rumah, bisa di mobil, bisa di suatu tempat. Termasuk di KFC, yang biasa kami singgahi seperti di Cinere Mall, PIM, atau di Kemang sesekali. Saya dan anak-anak lebih suka yang original karena lebih terasa bumbunya. Sering juga ditambah spaghetti, dan pussing coklatnya yang nyoklaaat banget. Kadang juga pesan antar (delivery), yang mas-masnya sudah hafal rumah saya.
Sebenarnya apa sih alasannya sampai kami begitu menantikan saat santap makan bersama keluarga?
Pertama, jelas membangun dan menguatkan keakraban sesama anggota keluarga. Saling bercerita kesibukan dan perasaan masing-masing, saling bercanda, dan kadang sambil memarahi kucing kucing yang maunya ikutaaan melulu. Momen seperti ini jelas tak tergantikan, dan tak akan terulang ketika anak-anak sudah semakin dewasa dan mungkin mereka akan kuliah atau bekerja di tempat lain. Atau berkeluarga…. Hiks….  Saya sih berharap nanti kalau mereka telah berkeluarga, mereka juga akan mewariskan tradisi yang sama di keluarganya. Dan saya juga berharap mereka akan sering datang ke rumah kami untuk santap makan sambil mengajak anak dan istrinya kelak.
Kedua, saat santap makan bareng keluarga, selalu ada nilai-nilai, selain nilai kebersamaan tadi, yang diwariskan orang tua kepada anak-anaknya, baik lewat diskusi, nasehat, atau perilaku. Inilah yang kami lakukan kepada ketiga anak kami. Sesuai dengan prinsip homeschooling, bahwa setiap momen adalah berharga dan berkualitas, setiap momen adalah saat belajar dan bersenang-senang. Maka demikian pula halnya dengan momen santap makan bersama. Dari matematik sampai teologi, dari biologi sampai sejarah, dan bahkan humor-humor lucu dan ringan.
Ketiga, saat santap makan bareng keluarga adalah saat penuh kejutan yang dinantikan masing-masing anggota keluarga. Entah itu berupa kejutan hidangan yang lezat karya ayah atau ibu. Misalnya suami saya selalu punya ayam panggang khas setiap minggu malam, atau saya dengan aneka snack sore dan tumis tumisan yang aneka ragam kontennya. Bisa juga kejutan itu berupa cerita tentang kemajuan tiap anak, hadiah liburan dari ayah, atau ibu menang lomba blog, misalnya, Oh bisa juga kejutan berupa tingkah laku Gembul dan Poukijan, kedua kucing kami yang lucu.
Kelima, saat santap makan bareng keluarga, setiap anggota keluarga mendapatkan haknya untuk makan makanan yang halal dan baik, dalam suasana yang menyenangkan. Makan yang dimakan dalam keadaan menyenangkan, akan lebih cepat dicerna oleh pencernaan dibanding kualitas yang sama tapi dalam keadaan marah, kesal, dan sedih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H