Mohon tunggu...
ifa avianty
ifa avianty Mohon Tunggu... -

Saya seorang penulis, ibu rumah tangga, senang membaca, memasak, dan kerja2 kreatif lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bila Tiba Waktunya (Sebuah Catatan Cinta untuk Adik-adikku Para Remaja)

25 Juli 2016   20:59 Diperbarui: 25 Juli 2016   21:08 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, usia menikah minimal seorang laki-laki adalah 18 tahun dan perempuan usia 16 tahun. Tetapi akhir-akhir ini, sesuai dengan perkembangan zaman dan perlunya mempersiapkan pendidikan bagi remaja, sedang giat dikampanyekan dan diusulkan batasan minimal tersebut menjadi 21 tahun bagi laki-laki dan 20 tahun bagi perempuan. Pada usia tersebut, keduanya dianggap sudah lebih dewasa, sudah menyelesaikan pendidikan SMA-nya, dan sudah dimungkinkan untuk bekerja.

Mengapa harus ada pembatasan usia minimal menikah? Bukankah jika memang sudah bertemu jodohnya yang cocok, lebih baik dinikahkan segera, agar menghindari akibat-akibat buruk menunda pernikahan, misalnya seks bebas?

Menikah itu kan bukan hanya untuk sehari dua hari, tapi buat selamanya ya. Nah kita pergi camping semalam saja, bekalnya kadang kayak orang mau pindah. Kebayang kan bekal yang harus kita miliki ketika kita akan menikahi seseorang, untuk selama sisa hidup kita?

Jadi, gunanya batas usia minimal menikah itu adalah agar kedua calon pengantin memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan diri, memgumpulkan bekal-bekal seperti yang sudah kita bahas sebelum ini. Salah satunya adalah masalah kematangan sikap dan pola pikir.

Memang sih, nggak selalu usia itu berbanding lurus dengan kematangan dan kedewasaan sikap dan pikiran. Tapi, secara psikologis, seseorang sudah dianggap seharusnya matang dan dewasa pada usia di atas 20 tahun.

Demikian juga halnya dengan pendidikan. Kebayang kan, sepasang suami istri yang masih berseragam putih abu-abu, ribet tiap hari urusan sekolah, PR, ekskul, dan tetek bengek urusan rumah tangga? Belum lagi masalah ilmu yang dimiliki, misalnya untuk mendidik anak, merawat anak jika sakit dll. Nah lho. Itu sebabnya usia pernikahan minimal adalah ketika calon pengantin sudah beberapa lama lulus dari bangku SMA, kalau bisa sih sudah selesai kuliah atau paling tidak, sudah akan selesai.

Terus, yang namanya menikah dan berumah tangga itu kan perlu uang ya. Uang didapat dari bekerja. Nah, jika pasutri itu masih di bawah umur, bisa nggak mereka dapat pekerjaan yang layak? Susah deh kayaknya. Ada sih, paling-paling pekerjaan yang sifatnya freelance atau nonformal. Ya memang, nggak harus sudah bekerja tetap, tapi paling tidak, bisa tetap bekerja. 

Lah gimana mau tetap bekerja, kalau mencari pekerjaannya saja susah setengah mati, karena kepentok batasan usia? Misalnya kamu jago bikin website. Tapi kan klien yang akan datang padamu juga mikir, nih anak usianya baru segini, memang bisa dia kerjakan proyek saya, sementara jam terbangnya juga belum banyak? Kan lebih baik dia mengorder pada yang lebih senior dari kamu. Meski terdengar tidak fair, tapi itu berlaku lho di dunia kerja.

Jadi, pembatasan usia minimal menikah itu juga menyangkut masalah kemungkinan kesempatan bekerja yang sangat erat hubungannya dengan masalah finansial yang sangat penting dalam berumah tangga. Apalagi kalau istrinya keburu hamil, suami belum bekerja, waaa... alamat berantakan deh, kalau nggak kuat iman.

Pembatasan usia ini juga sangat berkaitan dengan kesehatan reproduksi kaum perempuan. Kan yang bertugas hamil dan melahirkan itu cewek alias perempuan alias istri. Pada usia di bawah 20, seorang perempuan pasti sudah siap secara biologis untuk hamil dan melahirkan. Bahkan segera setelah dia mendapatkan haid pertama, dia sudah siap. Tetapi di bawah usia 20 tahun, kondisi rahim dan alat reproduksi yang lain belum sekuat dan setangguh saat perempuan tersebut sudah melewati usia 20 tahun.

Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah kondisi rahim yang masih terlalu muda. Disamping itu, kehamilan dan kelahiran di usia ibu sangat muda sangat rentan menyebabkan kanker leher rahim (serviks) lho. Ngeri kan?

Kebayang juga ketika ibunya masih sangat muda, dimana secara mental dan emosional dia belum stabil, dia akan sangat mungkin menderita depresi sepanjang usia kehamilan dan bahkan saat kelahiran. Kadang ini berlanjut juga setelah kelahiran. Ibu-ibu berusia sangat muda, sangat rentan terkena baby blues syndrom alias sindrom ibu-ibu baru. Kayak apa tuh sindromnya?

  

Foto dari Catatanharianibu.com
Foto dari Catatanharianibu.com
Ini adalah semacam gejala depresi yang dialami ibu-ibu yang baru melahirkan. Si ibu merasa ngeri, cemas, khawatir, dan asing terhadap bayinya sendiri. Ia seperti tidak berdaya melihat bayinya yang begitu kecil, lemah, dan sangat tergantung padanya, sementara ia sendiri masih ‘berjarak’ dengan bayinya. Secara umum ini terjadi pada ibu yang belum siap secara mental, emosional, dan spiritual untuk memiliki bayi. Bisa juga disebabkan kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar, terutama dari orang-orang terdekat, seperti suami dan orang tua/mertua. Bisa juga karena trauma atau sakit berkepanjangan yang pernah atau sedang diderita.

Nah kalau sudah begini, yang paling menderita adalah si bayi. Dia akan tumbuh menjadi bayi yang depresif, terasing, dan bisa jadi menimbulkan gangguan lainnya. Haduuh, jadi ngeri begini kan?

Barangkali masih banyak alasan yang logis mengapa harus ada batasan usia nikah minimal. Tapi yang jelas, semua itu demi kebaikan kedua pasang calon mempelai lho. Bukankah lebih baik mempersiapkan diri dulu dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah, daripada nekad melangkah tapi habis itu semuanya bubar jalan?

Memang sih, tidak semua pernikahan dini itu berakhir buruk. Ada beberapa yang baik-baik saja sampai tua. Bahkan ada beberapa orang tua kita juga menikahnya di usia sangat muda. Tapi, bukankah jika masih bisa mempersiapkan diri lebih baik, kita tidak perlu ngotot nikah muda, hanya karena ingin melegalkan sesuatu yang belum boleh dilakukan sebelum menikah?

Terserah sih, semua pilihan ada di kamu. Tapi coba pikir lagi masak-masak. Jangan sampai kamu mengambil keputusan menikah dini, sementara nanti kamu menyesal. Kamu yang mengambil keputusan, maka kamu juga harus menghormati keputusanmu itu sendiri, kamu harus bisa mempertanggungjawabkan semua pilihan yang sudah kamu ambil. Ingat lho, masa remaja hanya datang sekali. Jangan sampai menyesal, karena kamu nggak puas menikmatinya dengan keceriaan yang khas remaja, gara-gara keburu nikah dan lanjut mengurus rumah tangga dan anak.

Suatu saat nanti, dimana kamu merasa sudah menemukan seseorang yang sangat tepat buat menjadi belahan jiwa kamu, dan kamupun sudah betul-betul merasa siap untuk membagi hidupmu bersamanya, kamu akan sampai pada kesimpulan, bahwa kamu siap menikah. Kapan itu tepatnya? Tidak ada seorangpun yang tahu. Kamu juga nggak tahu. Hanya Tuhan yang tahu dan Dia-lah yang akan menuntunmu untuk menjadi siap. Kamu hanya akan tahu tanda-tanda bahwa kamu siap.

            Tanda-tandanya bagaimana?

  • Kamu sudah lebih matang dalam pola pikir dan perilaku, tidak tergantung lagi pada lingkungan dalam memecahkan berbagai masalah, termasuk nantinya masalah anak.
  • Kamu sudah memiliki kemandirian intelektual, artinya kamu sudah cukup berpendidikan sehingga dapat menggunakan hasil pendidikan dan ilmu yang kamu punya untuk kehidupan kamu.
  • Kamu sudah memiliki kemantapan spiritual, yang artinya kamu sudah lebih dekat kepada Tuhan dan semakin memahami agama yang kamu anut dengan lebih baik. Iya dong, kalau nggak begitu,  masak kamu tega membuat keluarga kecilmu nanti hidup tanpa pegangan agama?
  • Kamu sudah memiliki kemampuan finansial yang cukup, dan tidak banyak tergantung pada pihak lain, termasuk orang tua. Masalahnya bukan pada sudah bekerja tetap atau belum, tapi sudahkah kamu menjadi orang yang tetap bekerja? Hal ini terutama berlaku bagi yang cowok, karena kamu nanti yang akan memegang tanggung jawab utama sebagai pencari nafkah. Yang cewek juga sebaiknya sih punya modal ketrampilan sehingga bisa tetap bekerja jika dibutuhkan dan diinginkan.
  • Kamu sudah merasa mantap dengan calon yang akan menikah denganmu. Kamu sudah tidak suka ‘lirik-lirik’ sembarangan, apalagi masih menjalin ikatan pacaran dengan yang lain.
  • Kamu sudah mengantongi restu dari orang tuamu. Orang tuamu dulu ya. Nanti kalau sudah ketemu calonnya, baru cari restu orang tuanya. Jangan dibalik, please.
  • Jika belum memiliki calon, kamu sudah menemukan berbagai cara untuk menemukan sang calon. Ingat, tanpa pacaranpun kamu bisa mendapatkan jodoh yang baik ya. Kamu bisa menemukannya di lingkunganmu sendiri, misalnya dia teman kamu sendiri, sahabat adik atau kakakmu, minta dikenalkan orang tuamu atau temanmu juga bisa. Banyak jalan menuju pelaminan deh, nggak harus pacaran kok.
  • Kamu sudah mulai mendisiplinkan diri untuk melakukan kebiasaan-kebiasan baik, misalnya sudah bisa bangun pagi sendiri tanpa harus dibangunkan ibu. Ini penting, sebab cukup menentukan bagaimana kamu kelak bisa mengatur waktu dan dirimu sendiri di dalam rumah tangga nantinya, termasuk juga dalam mendidik anak-anak.

bkkbn-2-5796196ece92736615e43da1.jpg
bkkbn-2-5796196ece92736615e43da1.jpg
           

Foto dari Google

Nah, ayo bikin check list, mana saja yang sudah kamu miliki? Kalau masih banyak yang belum kamu miliki, berarti kamu sebenarnya belum siap. Tapi kalau sudah banyak yang kamu miliki juga belum berarti kamu sudah siap. Masih ada persoalan tentang usia minimal batasan menikah, bagi cewek dan cowok. Ada batas usia minimal juga?

            Ya iyalah. Ini kan menyangkut seberapa banyak bekal yang sudah kamu miliki untuk menuju ke sana, Juga sudah sampai mana pendidikan kamu yang sudah ditempuh. Masih ada banyak jalan yang harus dilalui sebelum benar-benar kamu sampai ke situ.

            Percaya atau tidak, kadang keinginan menikah atau… sekedar lebih dekat dan selalu bersama dia, itu kadang dimulai dari apa yang kamu yakini sebagai jatuh cinta. Yakin kamu beneran jatuh cinta sama dia? Atau sekedar suka?

            Nah ini juga mesti jelas. Tuuuh kan, bener kan mental kamu harus betul-betul sehat untuk sampai yakin pada kesimpulan bahwa kamu sedang jatuh cinta dan bukan sekedar suka. Aihh kenapa jadi ribet ya?

            Enggak juga sih sebenarnya. Ini hanya membuktikan bahwa remaja yang sehat mental dan fisiknya akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk selamat dalam melewati masa remajanya, enggak banyak galau karena cinta. Jiaaaah….

Jatuh cinta diawali di sini

           Salah satu tanda pubertas adalah mulai munculnya rasa suka atau tertarik kepada lawan jenis. Kamu mulai suka memerhatikan teman kamu yang bening dan unyu, berdekat-dekat dan mulai cari perhatian sama dia. Eh, malah nggak hanya sama teman seumur lho, kadang rasa tertarik itu muncul kepada lawan jenis yang lebih tua. Ada banyak lho remaja seumuran kamu yang mengaku kalau cinta pertamanya adalah sama gurunya, sama teman kakak, atau sama tetangga yang sudah kuliah/kerja. Waaa, banyak yang blushing nih.

            Eh, nggak kok, aku mah nggak jatuh cinta kaliii. Cuma suka aja lihat mukanya yang mirip Justin Bieber, aku seorang remaja cewek tentang teman sekelasnya. Yang cowok juga mengaku kalau dia hanya suka mendengar si cewek ternyata suaranya sekeren Katy Perry yang nyanyi “Last Friday Night”. Lalu, apa bedanya suka dengan jatuh cinta sih?

            Nah, ini dia, tanda-tanda kamu lagi jatuh cinta. Ayoo, cross check deh sama diri kamu.

  • Banyak menyebut namanya. Secara ajaib, kamu jadi sering sekali menyebut nama si dia. Kadang dengan penuh kelembutan dan nada yang mendayu, saat kamu cerita dengan orang lain tentang si dia. Tapi ada juga yang menyebut namanya dengan nada sinis, benci dan bahkan jijik. Hati-hati lho, sudah rahasia umum, kalau kamu sering menyebut nama seseorang, itu artinya kamu lagi jatuh cinta sama dia.
  • Kagum sama dia. Pokoknya diaaaa melulu, si dia jadi mendadak seleb, mendadak serba hebat di mata kamu. Yang lain otomatis jadi tereliminasi. Kamu bahkan jadi menutup mata terhadap kehebatan yang mungkin saja dimiliki orang lain dan tidak dia miliki.
  • Rela berkorban buat dia. Apaaa saja akan kamu lakukan agar dia bisa lebih memperhatikan keberadaan kamu. Bahkan melakukan hal yang tadinya tidak kamu sukai, tidak kamu pikirkan sekalipun, mungkin saja terjadi lho. Ini nih yang gawat. Kalau kamu sudah sampai mengorbankan diri kamu, harta kamu, dan semua yang kamu miliki buat dia, siap-siap deh hidup kamu jadi hancur. Iya kalau si dia jadi milik kamu selamanya, kalau habis kamu berkorban dianya malah kabur atau nggak melirik sama sekali? Huaaaaa BIG NO deh yang kayak gini!
  • Merasa takut, kamu jadi serba takut. Takut bikin dia sebel sama kamu, takut bikin dia marah, takut bikin dia sedih, takut dia nggak memperhatikan kamu lagi. Serba takut ini ujungnya sebenarnya adalah kamu takut dia meninggalkan kamu atau si dia nggak jadi milik kamu. Nah lho. Kayaknya ribet sekali ya hidup yang kayak gini?
  • Penuh harapan, yang membuat kamu jadi fulltime daydreamer. Berkhayal seakan-akan kalian akan jadi pasangan paling bahagia, live happily everafter. Berkhayal andaikan dia ‘menembak’ kamu dengan cara yang paling romantis. Repotnya, kadang khayalan ini nggak sesuai dengan kenyataan. Jangankan menembak kamu, dia juga nggak kenal kok sama kamu. Eaaaaa!
  • Mencintai apa yang dia cintai, membenci apa yang dia benci. Pokoknya seiya sekata deh sama dia, kompak. Padahal selera dan pandangan kalian kan nggak selalu sama, dan harusnya itu tidak bisa dipaksakan. Suami istri saja tidak boleh saling memaksa, apalagi baru pedekate. Cape banget kan, apa-apa diatur.

Nah, itu tandanya kamu positif jatuh cinta. Hati-hati lho kecebur. Nggak semua yang indah dalam pandangan mata itu akan indah selamanya. Bunga saja yang tadinya saat mekar, sangat indah dan wangi, besoknya bisa terkulai layu dan bau busuk akhirnya.

Banyak yang harus kamu lihat dan timbang lagi, sudah benarkah ini yang saya lakukan? Benar nggak dia punya perasaan dan cita-cita yang sama dengan saya?  Jangan-jangan ini hanya sesaat, kan jadi repot urusannya ya.

Bedakan jatuh cinta dengan hanya naksir atau suka biasa. Kalau kamu hanya naksir atau suka, perasaanmu tidak sedalam itu. Kamu akan segera melupakan pesona si dia begitu kamu ketemu yang lain yang lebih unyu lagi. Banyak orang bilang itu namanya cinta semusim atau summerfling love.

Jadi, hati-hati lho, kamu sudah mengklaim bahwa kamu jatuh cinta sama si A, eh ternyata dianya hanya sekedar summerfling saja ke kamu. Waaaaa, kasihan kan kamunya.

            Lalu darimana sih datangnya cinta atau suka atau apalah itu?

            Dari mata turun ke hati, dari perut turun ke jantung. Ih, itu sih pantun lama.

            Yang jelas, secara ilmiah, proses tertarik kepada lawan jenis bisa dijelaskan sebagai berikut:

Di dalam tubuh kita, di otak, ada hormon yang bernama PEA, phenylethylamine. Hormon ini yang dicurigai sebagai hormon cinta. Di otak kita terdapat korteks yaitu tempat tersimpannya memori, juga ada amigdala yaitu otak emosi. Ketika seorang perempuan bertemu dengan seorang laki-laki, maka korteks akan mencoba mencocokkan data yang baru masuk dengan data yang telah tersimpan sebelumnya, termasuk apakah mereka pernah bertemu sebelumnya, atau apakah mereka punya kriteria pasangan ideal yang bisa cocok dengan data yang baru tadi. Dari korteks, data akan dibawa ke amigdala yang merupakan pengatur emosi seseorang. 

Dari sinilah muncul kesan tertarik, romantis dan juga proses awal jatuh cinta tersebut. Di sini PEA disekresi bersama dengan hormon lain yaitu dopamine dan norepinephrine. Ketiga hormon inilah yang selanjutnya menimbulkan gelora asmaara, juga perasaan berbunga-bunga.

Jadi, jatuh cinta juga sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah, berarti normal kan? Yes, it’s really normal, Dear. Yang nggak normal itu adalah produk-produk ‘ikutan’nya yang nanti kita akan bahas.

Ada sebuah penjelasan dari filsuf besar Plato tentang cinta. Dia bilang, sesungguhnya setiap manusia di dunia ini diciptakan berpasangan. Sebelum dia menemukan pasangannya, dia akan selalu merasakan kehampaan, kekosongan, ketidaklengkapan. Karena rasa rindu itulah, manusia selalu berusaha menemukan belahan jiwanya. Ada sebuah lagu blues lama, tahun 50-an dari Dinah Washington, “You’re nobody until somebdoy loves you...” sebaris lirik ini mencoba menjelaskan apa yang dikatakan oleh Plato dengan lebih sederhana, bahwa mancintai dan dicintai adalah sebuah kebutuhan untuk sebuah kehidupan yang utuh dan sempurna.

Nah lho. Artinya proses kamu suka, jatuh cinta, sekarang ini ya wajar. Kamu mulai tergerak untuk memenuhi rasa rindu tadi. Tapi hati-hati, karena yang kamu lihat sekarang itu belum tentu pasangan jiwa kamu lho. Kamu yakin banget sih kalau dia orang yang tepat? Jangan dulu. Orang yang pacaran puluhan tahun saja bisa putus dalam pertengkaran yang hitungannya menit lho, dan gara-gara urusan sepele pula!

Eh by the way, kamu tahu nggak, bahwa alasan tertinggi manusia melakukan bunuh diri di dunia adalah karena putus cinta? Bener deh tuh D’Massiv, “cinta ini membunuhku...”. sehubungan dengan ini, ada seorang filsuf dan novelis asal Perancis, Stendhal, bilang kalau cinta itu seperti racun. Makanya dia bikin buku yang berjudul “Cures for Love”. Hihihi.

Ok deh, untuk sementara kita stop dulu omong-omong tentang cintanya. Nanti dilanjutkan lagi, dengan catatan, kita sudah jadi cewek dan cowok smart yang sudah faham dirinya sendiri, tubuhnya sendiri. Dengan itu, kamu bisa lebih mantap jaga diri dan nggak akan menjadi ‘pengemis cinta’, apalagi ‘terbunuh oleh cinta’. Yuk mariii!

Yang penting, mari terus belajar tentang diri kamu, lingkungan kamu, dan apa saja yang menjadi minat kamu demi masa depan yang lebih baik. Kelak bila tiba waktunya, kamu akan mampu menjalankan fungsi reproduksi yang merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, dengan orang yang paling tepat yang Tuhan pilihkan untukmu, dalam ikatan yang kuat, dan tentunya dengan kondisi fisik dan mental kalian yang sudah jauuuuh lebih baik dan lebih stabil.

Sebelum udahan, saya mau kasih kamu sedikit tips lagi nih, tentang Reproduksi Sehat. Yuk disimak yaaa….

REPRODUKSI SEHAT

Remaja yang sehat adalah remaja yang selalu berusaha menjalani gaya hidup sehat, termasuk juga berusaha menjaga agar alat-alat reproduksinya yang amat berharga untuk tetap sehat. Gimana caranya?

  • Menjaga kebersihan dan kesehatan alat-alat reproduksinya dengan merawatnya sebaik-baiknya. Misalnya buat kamu yang cewek, kalau lagi haid dan sedang banyak-banyaknya, jangan malas ganti pembalut. Kalau bisa tiap tiga jam sekali ya. Yang cowok juga kalau bisa jangan pakai celana yang terlalu ketat deh, kasihan alat kelamin kamu yang menjadi nggak nyaman karenanya.
  • Menjauhkan diri dari alat-alat, media, lingkungan, dan kondisi apapun yang bisa memancingmu untuk melakukan tindakan pornografi atau pornoaksi, misalnya: nonton bokep atau membuka situs porno, teman-teman yang suka membicarakan masalah seks sembarangan seolah seks adalah sesuatu yang bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
  • Berperilaku sopan dan waspada sehingga tidak memancing pihak lain untuk melakukan tindakan pornografi dan pornoaksi terhadapmu, misalnya dengan berpakaian sopan dan berbicara sopan.
  • Memahami betul semua fungsi alat-alat reproduksi sehingga tidak akan melakukan tindakan apapun yang bisa merusak alat-alat tersebut.
  • Memahami betul kondisi emosi dan biologismu ketika sedang jatuh cinta sehingga tidak mudah terpancing untuk melakukan hubungan seks.
  • Memiliki komitmen yang kuat untuk hanya melakukan hubungan seks dalam ikatan pernikahan, yang berarti no sex before married
  • Memilih lingkungan dan teman yang baik, yang akan mengajakmu melewati masa remaja dengan selamat, aman, dan nyaman.
  • Selalu berusaha mengingat Tuhan dan memperdalam agama serta keyakinan kamu agar selalu ada yang mengingatkanmu dari dalam dirimu sendiri ketika kamu mulai melenceng.

Siap ya, melewati masa remajamu dengan sehat, selamat, aman dan nyaman? Enak kok jadinya. Hanya remaja yang kayak gini yang dapat menikmati masa remajanya tanpa bayang-bayang dosa dan ketakutan di masa depannya nanti.

Eh, sekaligus, dengan ini kamu sudah menentukan masa depanmu lho. Kamu sudah memilih gaya hidup untuk masa depanmu, yaitu gaya hidup sehat. Kamu juga sudah memilih type kayak gimana nanti pasangan hidup kamu, yaitu yang baik-baik. Dan, hanya pasangan baik-baik yang bisa melahirkan anak yang bahagia dan bisa menjadi orang tua yang bahagia juga. Siplaaah!

Referensi :

Naskah ini diramu dari dua buku karya saya “My Hijab”, NouraBooks, Juni 2016, dan “Remaja Cerdas Berencana” (saya sebagai ghostwriter).

#kesproBKKBNbengcoolen

#BKKBN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun