Mohon tunggu...
Ifa Pratiwi
Ifa Pratiwi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

APAKAH POLITIK KOTOR?

13 April 2015   12:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:10 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

APAKAH POLITIK KOTOR?

Politik, sering kali terbesit dalam benak kita mengenai makna kata ini. Beragam spekulatif sering disandingkan pada kata yang satu ini. Tak sedikit yag mengatakan bahwa politik merupakan sesuatu yang kotor, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa politik merupakan sesuatu yang kejam. Perkatan-perkataan ini bukan tanpa dasar, mereka mengatakan politik sebagai sesuatu yang kotor karena melihat realita bahwa banyaknya kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam hal politik pemerintahan di Negara ini. Namun berangkat dari fakta tersebut, muncul pertanyaan mendasar terkait dengan hal itu, pertanyaan itu misalnya “Sebenarnya siapakah yang kotor itu? Para politisi atau politik itu sendiri?”

Terkadang kita sering mencampur adukkan antara politik dengan orang yang menjalankannya (politisi), jika kita melihat banyaknya kasus-kasus atau skandal yang menimpa para politisi, atau melihat kecurangan dan tingkah polah para politisi yang sering menyalahi hukum, maka kita sering mengklaim bahwa politik itu kotor, padahal yang kotor sebenarnya bukanlah politik namun politisi itu sendiri.

Jika kita renungkan, sebenarnya apa definisi yang paling cocok diberlakukan untuk mengartikan sebuah kata ini. Ramlan Surbakti sendiri mengajukan enam (6) pendekatan untuk memahami arti politik. Pertama, Pendekatan kekuasaan. Menurut pendekatan ini, yang dimaksud politik adalah cara-cara untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaaan. Dalam pendekatan ini politik biasa dipersepsikan sebagai sesuatu yang kotor. Dikatakn sesuatu yang kotor karena usaha untuk memperoleh dan mempertahankannya sering dilaksanakan dengan cra-cara yang illegal dan amoral.

Kedua,Pendekatan institusional. Menurut pendekatan institusional, politik adalah Negara dengan institusi-institusinya. Jadi yang dipelajari tentang politik adalah menegnai tugas dan kewenangan atau apa yang harus dilakukan oleh lembaga-lembaga Negara. Ketiga, Pendekatan moral, pendekatan ini memandang bahwa politik bukanlah sesuatu yang kotor melainkan sesuatu yang mulia. Diakatakn politik sebagai sesuatu yang mulia, karena politik merupakan suatu kegiatan untuk mendiskusikan dan merumuskan “good society” atau “the best regime”.

Keempat, pendekatan konflik, yang dimaksud politik menurut pendekatan ini adalah kegiatan untuk memperoleh dan mempertahankan kepentingan. Kepentingan yang dimaksud mencakup kepentingan material maupun non material. Kelima, pendekatan fungsional. Menurut pendekatan ini politik adalah kegiatan yang menyangkut alokasi nilai-nilai kepentingan yang dirumuskan dalam kebijaksanaan public. Dan pendekatan yang keenam adalah pendekatan analisis wacana politik.Politik menurut pendekatan ini adalah kegiatan mendiskusikan atau mendefinisikan situasi dari suatu fenomena politik.

Dari keenam pendekatan yang dirumuskan oleh Ramlan Surbakti tersebut, kita dapat mendefinisikan makna dari kata politik sesuai dengan konteks yang ada. Namun seiring arus perkembangan zaman, politik dinegara kita agaknya semakin carut marut saja, banyak sekali yang sering menyalahgunakan kepentingan politik demi meraup apa yang diinginkan si para pekerja politik. Salah seorang cendekiawan muslim yaitu Bapak Kuntowijoyo memberikan pemikiran politiknya yang dikenal dengan istilah Politik Profektik. Pemikiran yang ingin dipaparkan oleh Bapak Kuntowijoyo hanyalah pemikiran beliau berkaitan dengan tema-tema masalah politik khususnya politik islam.

Menurut beliau politik haruslah meiliki nilai-nilai religius atau nilai-nila kenabian yang sering disebut dengan profetik. Lebih jauh dari pemikiran Kuntowijoyo terkait dengan politik profetik, Kuntowijoyo juga merefleksikannya dalam ilmu social profetik. Dari pemikiran Kuntowijoyo tersebut kita dapat mengambil benang merahnya bahwa politik harus disikapi dengan bijak dan harus bernilaikan nilai-nilai regius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun