BAZAR KEPERCAYAAN
Usia Indonesia tahun ini sudah mencapai tujuh puluh tahun, namun bisa dikatakan bahwa Indonesia masih belum bisa memapankan diri dalam segala aspek kehidupan bernegara. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Indonesia ibarat anak kecil yang masih mencoba mencari jati dirinya. Bagaimana tidak, usia yang sudah mencapai kepala tujuh, kehidupan di Negara kita tidak berjalan dengan baik. Berbagai problematika muncul dalam sendi-sendi kehidupan kita.
Selama tujuh puluh tahun ini kita sudah tujuh kali berganti rezim, selama itu pula kita mengalami berbagai perubahan, baik kearah yang dicita-citakan sampai pada perubahan yang justru membuat sengsara rakyat Indonesia. Dalam satu decade ini saja, perubahan kearah kemakmuran dan kesejahteraan bangsa belum sekali terasa. Padahal selama satu decade ini Indonesia telah mengalami dua kali masa kepemimpinan.
Setiap kali kita disuatu masa diamana kita diharuskan untuk memilih satu dari berbagai kandidat orang yang nantinya akan menduduki pucuk kepemimpinan Negara ini atau yang biasa kita kenal dengan masa pemilu atau kampanye, kita sering kali dibuat terlena dengan semua janji-janji oleh mereka yang mendambakan suara kita. Berbagai janji indah mereka tawarkan demi mengais satu dua pendukung, bagi siapapun yang termakan oleh janji-janji dan perkataan si para pencari pendukung, tentu akan dengan sukarela memberikan suaranya kepada dia.Namun ketiika orang tersebut telah mencapai keinginannya, ketika orang itu telah berhasil menduduki tahta tertinggi di Negara ini, dan ketika dia berhasil mencatatkan dirinya sebagai salah satu rezim yang pernah berkuasa di Negara ini, semua janji-janji manis yang mereka suguhkan lama untuk diwujudkan.
Lagi-lagi rakyat dibuat menunggu terealisasinya janji-janji itu, dan sekali lagi rakyat dibuat berada disuatu suasana dimana rakyat kalang kabut dengan kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan kehendak rakayat sendiri. Kecewa, terluka, mungkin itu yang dirasakan rakyat kita, para pemimpin seolah-olah telah mendistorsi janji-janji mereka, setelh apa yang telah kita lakukan untuknya, setelah kita memberikan kepercayaan mutlak untuknya, dan setelah suara ini mengangungkan namanya dibalik bilik pemilihan.
Jika kita telisik, apapula yang salah dari kenyataan ini, kita sulit mendapatkan sebuah jawaban utuh. Bazar kepercayaan lebih layak disandingkan oleh para pemimpin kita, atau stidaknya para orang yang kita amanahi untuk menjadi wakil kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H