Mohon tunggu...
Siti Ifa Erlandiana
Siti Ifa Erlandiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - author

mengabarkan kabar paling menyenangkan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saujana - Cerita Pendek

19 Desember 2024   01:05 Diperbarui: 19 Desember 2024   01:04 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kini bukit Gayatri memiliki tuan. Nirmala tinggal diatas bukit Gayatri yang tak jauh dari Wanodia dan Amerta. Ia kesepian namun tenang, ia tak dapat menolak bagaimana Sena akan menjanjikan perlakuan baik pada kedua orang tuanya. Pikir Nirmala sudah tak ada lagi harta yang dapat ia rawat saat ini kecuali Carong dan Prianka.

“Hiduplah lebih lama di sini, berbahagialah Nirmala. Aku akan merindukanmu.”

Tak berucap apapun kecuali menganggukkan kepalanya, ia benar-benar sendirian.

“Kau bisa turun sesukamu, sesiapmu, dan semampumu. Aku tidak akan memaksamu lagi. Terima kasih karena sudah menurutiku sejauh ini.”

Semuanya sudah kembali seperti semula, Wanodia semakin jaya dan luas. Setiap hari pelayan kerajaan bergantian mendaki bukit Gayatri atas titah sang pangeran mahkota demi memastikan Nirmala tetap hidup dan sehat. Namun kali itu adalah hari terakhir dimana Nawasena sendirilah yang menemui Nirmala guna memastikan keadaannya. Langkahnya berjalan pasti menyusuri satu rumah berukuran sedang diatas bukit Gayatri. Ia tak menemukan apapun di sana. Ia hanya menemukan secarik kertas dengan tulisan yang menyayat hatinya. Nirmala ingkar, ia meninggalkan Nawasena.

Terima kasih sudah mengasihiku dengan penuh. Aku selalu mengharapkan yang terbaik untuk kita. Namun takdir tak akan pernah ingkar dengan karma. Aku berulang kali menimbangkan bagaimana aku akan memaafkanmu dan membuka lembaran baru setelah apa yang aku lihat malam itu. Apa yang aku cari di hidup yang sementara seperti ini? Tidak ada. Semuanya sudah kau babat habis beberapa tahun yang lalu.

Kini tak perlu lagi mencariku dengan dalil menebus kesalahan. Aku sudah memaafkanmu sejak aku menyadari bahwa cintaku terlalu besar untukmu daripada balas dendamku. Tak perlu bertanya apakah selama ini aku hanya mempermainkanmu, karena aku benar-benar mencintaimu. Namun Tuhan mempunyai takdir lain untukmu dan untukku.

Aku sudah mendengar perihal perjodohanmu dengan putri Renjana, menikahlah dan berbahagialah Nawasena, seperti katamu kala itu. Simpan cintaku pada relung hatimu paling dalam agar tak perlu kau kesusahan untuk mengaisnya lagi.

Terima kasih, Sena.

Dari Nirmala

Berbahagialah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun